Keselamatan keamanan penerbangan dalam perjalanan udara sangat berbeda sekali dengan perjalanan di darat maupun di laut. Apabila terjadi sesuatu di udara maka kemungkinan celaka sangat besar dibanding darat maupun laut. Kalau di darat atau laut, kita bisa berhenti sejenak untuk mencek sesuatu yang membahayakan keselamatan penerbangan dan penumpang, sedangkan di udara pesawat tidak mungkin berhenti sejenak, oleh karena itu demi keselamatan keamanan penerbangan pemeriksaan di darat penting untuk dilakukan.
Pemeriksaan menyangkut kondisi pesawat terbang dan para penumpang yang akan terbang. Untuk kondisi pesawat sendiri sudah ada tim yang akan melakukan prosedur pemeriksaan baku sesuai dengan SOP dan ketentuan. Namun yang lebih penting adalah pemeriksaan para penumpang yang akan terbang karena kondisi masing-masing penumpang akan sangat berbeda satu dengan lainnya.
Pemeriksaan penumpang merupakan ritual wajib sebelum masuk ke dalam pesawat melalui ruang tunggu. Mengapa demikian? Karena terlalu banyak item barang yang harus diperiksa. Apalagi sekarang tindak kejahatan semakin canggih sehingga perlu pemeriksaan yang lebih ketat pula untuk menandinginya.
Benda-benda yang menjadi objek pemeriksaan antara lain barang-barang illegal seperti narkoba, barang tanpa pajak, dan benda-benda yang berpotensi dapat menimbulkan gangguan di pesawat seperti korek api, cairan gas, gunting, pisau, dan sebagainya. Â Bila ditemukan barang-barang tersebut langsung disita, namun bila barangnya melanggar undang-undang seperti narkoba, pembawa barang tersebut ikut ditahan, tidak hanya sekedar menyita barang bawaannya.
Untuk pemeriksaan pertama biasanya tidak terlalu ketat untuk penumpang, hanya barang bawaan saja karena akan dimasukkan dalam bagasi. Pemeriksaan baru berlangsung ketat pada pintu kedua sebelum masuk ke ruang tunggu.
Para penumpang masih saja baru membuka ikat pinggang, jaket, mengeluarkan telepon genggam dan uang logam di depan alat pemindai. Akhirnya antrean pemeriksaan menjadi panjang karena harus menunggu barang-barang tersebut dilepas untuk dimasukkan dalam nampan khusus pemeriksaan. Apalagi jika hanya ada satu atau dua alat pemindai yang beroperasi sementara jumlah penumpang semakin banyak, otomatis waktu tunggu semakin panjang.
Kalau setiap orang membutuhkan minimal satu menit saja untuk melepas semua benda yang melekat pada tubuh, bisa dipastikan lamanya antrian untuk memasukkan barang ke dalam alat pemindai. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi dan sosialisasinya kepada penumpang dalam rangka percepatan pemeriksaan penumpang beserta barang bawaannya.
Berikut adalah tips yang dapat dilakukan untuk mempercepat pemeriksaan:
Pertama, penumpang diwajibkan membawa tas kecil untuk menyimpan barang-barang metal atau yang harus diperiksa seperti telepon genggam, uang logam, ikat pinggang, jam tangan, dompet, tablet, dan sebagainya. Tas kecil tersebut berfungsi untuk menyatukan semua barang tersebut dalam satu wadah sehingga tidak berceceran saat dilakukan pemindaian.
Kedua, sebelum masuk ke alat pemindai, perlu disediakan ruang khusus untuk melepas semua atribut yang harus diperiksa terpisah seperti jaket, ikat pinggang, jam tangan, kacamata, dan sebagainya sehingga tidak mengganggu antrian pemeriksaan. Bagi yang sudah siap dari awal tidak perlu masuk ruang tersebut tapi langsung mengantri di depan mesin pemindai.
Ketiga, perlu sosialisasi kepada para penumpang untuk memasukkan barang seperti jaket dan topi ke dalam tas jinjing, dan perlunya membawa tas kecil untuk menyimpan barang-barang lainnya agar penumpang dapat memahami bahwa pemeriksaan dapat berlangsung cepat bila barang-barang tersebut sudah dipisahkan dari tubuh.
* * * *
Kadang-kadang kita juga mengalami delay atau penundaan keberangkatan pesawat dikarenakan alasan operasional. Selain jadwal penerbangan yang sibuk, delay juga terjadi karena kondisi pesawat yang memerlukan pemeriksaan ekstra, kondisi cuaca yang kurang baik, atau bencana lain yang harus diantisipasi.
Saya sendiri pernah mengalami delay lebih dari tiga jam, antara lain karena kondisi cuaca yang mendung disertai angin kencang, kemudian disusul hujan lebat saat berada di Bandara Sorong. Kemudian bencana asap sehingga menunda keberangkatan saya ke Pekanbaru dari Jakarta lebih dari enam jam.
Bencana kebakaran server di Bandara Soekarno Hatta juga ikut menunda penerbangan saya selama hampir sehari penuh sampai menginap di Batam.
 Seperti yang telah diceritakan di atas, naik pesawat berbeda sekali dengan perjalanan darat. Kita bisa nekat melanjutkan perjalanan darat, dengan resiko berhenti di tengah jalan apabila ada gangguan. Di udara tidak ada tempat berhenti atau toleransi terhadap kesalahan sekecil apapun di dalam pesawat. Lebih baik terlambat di darat daripada terjadi sesuatu di udara.
Hal ini semata-mata demi keselamatan keamanan penerbangan yang sangat zero tolerance. Lebih baik tidak berangkat daripada tidak kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H