Berburu tiket pesawat merupakan salah satu syarat wajib traveler yang akan bepergian ke luar negeri. Namun demikian, ongkos pesawat terbang tergolong mahal dibanding moda transportasi lain, apalagi bila ada jadwal libur panjang atau hari kejepit. Tiket pesawat berbeda dengan tiket kereta api atau bis yang relatif stabil di luar negeri (walau KAI kini mencoba menerapkan beberapa kelas di gerbongnya). Harga tiket pesawat bisa berbeda tiap orang walaupun dalam satu pesawat dengan kelas yang sama (misal ekonomi) dan disuguhi makanan yang sama pula. Yang membedakan biasanya hanya fasilitas refundable atau reschedule saja, semakin mahal semakin mudah mengubah jadwal atau membatalkan terbang.
1. Buat benchmark harga tiket
Masing-masing tujuan punya benchmark atau harga rata-rata sendiri, seperti misalnya dari Jakarta - Kuala Lumpur PP berkisar antara 1,2 - 1,6 Juta Rupiah, Â Jakarta - Tokyo berkisar antara 5-7 Juta Rupiah untuk maskapai premium. Sementara untuk maskapai budget harganya sedikit lebih rendah dari harga benchmark, misal Jakarta - KL antara 800 - 1 Juta Rupiah. Kalau ada maskapai premium menawarkan harga sama atau lebih rendah, dapat dipastikan mereka sedang promo seperti Malaysia Airlines yang nyaris bangkrut setelah dua pesawatnya jatuh di saat yang hampir bersamaan. Benchmark ini berguna bagi kita untuk memutuskan apakah akan membeli tiket segera atau menunggu saat yang tepat.
2. Tekun dan Sabar
Diperlukan ketekunan dan kesabaran luar biasa untuk mencari tiket murah. Jangan langsung tergoda harga yang sedikit di bawah benchmark, tapi tunggu beberapa hari. Pengalaman saya waktu cari tiket ke India, harga benchmark rata-rata 2,5 - 3 Juta Rupiah (di luar ke New Delhi). Saya nyaris pesan tiket ke Trichy dengan harga 2,6 Juta Rupiah, namun karena terlambat pesan, esoknya naik jadi 3,2 Juta Rupiah. Berkat ketekunan dan kesabaran, sebulan kemudian harga kembali jatuh hingga di bawah 2 Juta Rupiah untuk tanggal yang lain namun tetap di hari libur panjang. Tanpa pikir panjang langsung saya pesan hari itu juga. Ingat, harga tiket pesawat seperti roller coaster, bisa naik hari ini, bisa jatuh bulan berikutnya, tergantung permintaan. Pernah juga sih menunggu harga turun, malah naik terus hingga menjelang hari-H sehingga saya harus membatalkan kunjungan ke tempat tersebut dan beralih ke tempat lain. Itu berarti permintaan tinggi sehingga harga tidak pernah akan turun lagi.
3. Grab It
Begitu harga jauh di bawah benchmark, grab it alias ambil saja. Lebih baik menyesal membeli daripada tidak membeli, karena biasanya waktu promo hanya beberapa hari saja dan bila kuota sudah penuh harga kembali normal. Itu yang saya alami ketika mendapatkan tiket Philippine Airlines tujuan Tokyo, dengan harga jauh 3,2 Juta Rupaih di bawah benchmark airlines premium lainnya yang menawarkan harga sekitar 5-6 Juta Rupiah. Japan Airlines pernah menawarkan tiket seharga 4,5 Juta PP pada tanggal sama, namun hanya berlaku sehari saja dan esoknya langsung kembali menjadi normal.
Namanya juga berburu tiket murah, tentu tidak semua dapat diperoleh sesuai rencana. Awalnya saya ingin ke India saat hari raya Nyepi, tetapi semakin hari semakin mahal harga tiketnya, sehingga terpaksa mengubah rute ke tempat lain. Kebetulan Malaysia Airlines sedang promo sehingga saya dapat dengan harga 3,1 Juta Rupiah ke Shanghai, lumayan murah dibanding harga benchmark yang berkisar di atas 4 Juta Rupiah. Namun saya masih penasaran ingin ke India, hingga akhirnya sebulan kemudian dapat harga 2 Juta Rupiah saja.
Jadi, tunggu apa lagi? Kalau sudah niat liburan, segera cari tiket murah, kebetulan bulan-bulan ini beberapa maskapai premium sedang promo tiket murah walaupun tidak terang-terangan beriklan. Lalu, kapan ya Garuda Indonesia berani memberikan harga yang benar-benar murah buat travellers?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H