Namanya memang mirip dengan Kuta Bali, namun ternyata tidak ada hubungan sama sekali diantara mereka. Kalau Kediri di Tabanan memang mengaku nenek moyangnya berasal dari Kediri yang pindah pasca runtuhnya Majapahit, maka penduduk asli Kuta Lombok sama sekali tidak berasal dari Kuta Bali.Â
Mereka asli Suku Sasak yang sudah lama mendiami tempat tersebut, terbukti tak jauh dari situ terdapat perkampungan Sade yang masih memelihara rumah asli dan adat istiadatnya.
Hal ini didukung oleh letak Bandara Internasional Lombok yang lebih dekat ke Kuta (sekitar 20 Km) dibanding ke Mataram (35 Km) apalagi Senggigi dan Gili yang lebih jauh ke arah utara. Kondisi jalan menuju Kuta juga sudah mulus dan hanya butuh waktu tak sampai setengah jam dari bandara.
Demikian pula Pantai Tanjung Aan yang letaknya tak jauh dari situ, kondisinya hampir sama persis dengan Pantai Kuta, dihiasi oleh ayunan kayu alami dan nelayan yang siap mengantar ke Batu Payung. Suasana pantainya pun tidak terlalu ramai, malah cenderung sunyi, hanya beberapa orang saja tampak sedang menikmati sinar mentari yang mulai meredup.
Namun harga makanan tetap standar, sekitar 20 - 40 Ribu Rupiah per porsi plus air minum. Tinggal sewa motor seharian untuk berkeliling di pantai-pantai sekitarnya sekitar 50 - 70 Ribu, puas sudah berkelana di pesisir selatan Lombok.Â
Kalau mau diving atau snorkling juga tersedia di sini, atau pada musim tertentu kita bisa berselancar. Tapi jangan lupa, pedagang asongan di sini lebih agresif dalam menawarkan dagangan, so kalau tidak perlu-perlu amat segera tinggalkan dan tolak dengan halus.
Itu saya buktikan sendiri ketika berjalan-jalan dekat tulisan, ada sekitar tiga bis silih berganti datang dalam rentang waktu satu jam, tak satupun yang berhenti lama, hanya mengantarkan wisatawan lokal berfoto selfie sejenak lalu pergi lagi. Mereka rata-rata menginap di Mataram atau Senggigi, baru ke Kuta esoknya. Justru wisatawan asing yang banyak menginap di Kuta. Mereka senang menginap di Kuta karena masih sepi dan jauh dari keramaian seperti di Kuta Bali atau Gili Trawangan.
Hanya beberapa wisatawan asing asyik mengendarai motor sewaan berseliweran di antara kedua pantai tersebut. Menurut warga, Pantai Kuta baru ramai saat musim panas sekitar Juli - September, saat waktu selancar tiba, selebihnya seperti inilah kondisinya. Semoga di tahun-tahun mendatang Kuta Lombok lebih menggeliat dengan skema KEK yang baru akan berjalan saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H