Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Butuh Kesunyian Saat Liburan, Datanglah ke Pantai Kuta Lombok

21 Mei 2016   09:17 Diperbarui: 23 Mei 2016   09:04 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birunya Pantai Tanjung Aan (Dokpri)

Namanya memang mirip dengan Kuta Bali, namun ternyata tidak ada hubungan sama sekali diantara mereka. Kalau Kediri di Tabanan memang mengaku nenek moyangnya berasal dari Kediri yang pindah pasca runtuhnya Majapahit, maka penduduk asli Kuta Lombok sama sekali tidak berasal dari Kuta Bali. 

Mereka asli Suku Sasak yang sudah lama mendiami tempat tersebut, terbukti tak jauh dari situ terdapat perkampungan Sade yang masih memelihara rumah asli dan adat istiadatnya.

Permukiman Sasak di Sade (Dokpri)
Permukiman Sasak di Sade (Dokpri)
Kembali ke Kuta Lombok yang baru saja diresmikan tanggal 12 Desember 2015 sebagai bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang juga meliputi Pantai Tanjung Aan, Pantai Serenting, Pantai Kelieuw, dan Pantai Gerupuk. Dengan ditetapkannya KEK Mandalika, diharapkan kawasan Pantai di selatan Lombok dapat tumbuh berkembang seperti Pantai Senggigi atau Gili Trawangan yang sudah lebih dulu ramai dikunjungi wisatawan. 

Hal ini didukung oleh letak Bandara Internasional Lombok yang lebih dekat ke Kuta (sekitar 20 Km) dibanding ke Mataram (35 Km) apalagi Senggigi dan Gili yang lebih jauh ke arah utara. Kondisi jalan menuju Kuta juga sudah mulus dan hanya butuh waktu tak sampai setengah jam dari bandara.

Pantai Kuta Lombok Menjelang Sunrise (Dokpri)
Pantai Kuta Lombok Menjelang Sunrise (Dokpri)
Sejujurnya, begitu tiba di bibir pantai, saya langsung terpesona memandang birunya laut dan hempasan ombak kecil dihiasi angin sepoi-sepoi. Pantainya masih sangat bersih untuk ukuran obyek wisata. Paling sampah rumput laut yang terdampar di pantai, atau sisa-sisa sampah pengunjung yang masih relatif sedikit tampak di depan mata. Selebihnya hamparan pasir putih diapit oleh perbukitan nan hijau menambah sejuk pemandangan alamnya. 

Demikian pula Pantai Tanjung Aan yang letaknya tak jauh dari situ, kondisinya hampir sama persis dengan Pantai Kuta, dihiasi oleh ayunan kayu alami dan nelayan yang siap mengantar ke Batu Payung. Suasana pantainya pun tidak terlalu ramai, malah cenderung sunyi, hanya beberapa orang saja tampak sedang menikmati sinar mentari yang mulai meredup.

Tepian Pantai Kuta Lombok (Dokpri)
Tepian Pantai Kuta Lombok (Dokpri)
Bagi wisatawan yang butuh kesunyian, Pantai Kuta Lombok sangatlah cocok untuk menyepi dari kebisingan kota atau keramaian Kuta Bali. Penginapannya juga relatif murah, rata-rata di bawah 400 Ribu Rupiah, bahkan hanya 150 - 200 Ribu Rupiah saja untuk sekelas homestay. 

Namun harga makanan tetap standar, sekitar 20 - 40 Ribu Rupiah per porsi plus air minum. Tinggal sewa motor seharian untuk berkeliling di pantai-pantai sekitarnya sekitar 50 - 70 Ribu, puas sudah berkelana di pesisir selatan Lombok. 

Kalau mau diving atau snorkling juga tersedia di sini, atau pada musim tertentu kita bisa berselancar. Tapi jangan lupa, pedagang asongan di sini lebih agresif dalam menawarkan dagangan, so kalau tidak perlu-perlu amat segera tinggalkan dan tolak dengan halus.

Tourist Information yang Tetap Terkunci (Dokpri)
Tourist Information yang Tetap Terkunci (Dokpri)
Sayangnya, seperti biasa, bangsa kita lebih siap melaksanakan sebuah seremoni ketimbang kerja keras. Sebenarnya saya ingin memperoleh informasi lebih jauh dengan mengunjungi Tourist Information Center berupa kontainer yang disulap jadi kantor dan teronggok di samping tulisan Kuta Lombok. Sejak saya tiba sekitar pukul 3 sore hingga keesokan hari sebelum cek out, pintu kantor tetap terkunci seperti sediakala. Tidak ada tanda-tanda kehidupan disitu, dan memang kantor tersebut tampak seperti sudah lama tutup.

Plang Nama Kuta Lombok yang Menjadi Obyek Selfie (Dokpri)
Plang Nama Kuta Lombok yang Menjadi Obyek Selfie (Dokpri)
Tutupnya Tourist Information Center bisa jadi karena memang Kuta Lombok belum terlalu ramai. Menurut warga setempat, turis lokal apalagi rombongan tur rata-rata hanya lewat sebentar, berfoto di depan tulisan Kuta Lombok, tak sampai 15 menit pergi lagi. 

Itu saya buktikan sendiri ketika berjalan-jalan dekat tulisan, ada sekitar tiga bis silih berganti datang dalam rentang waktu satu jam, tak satupun yang berhenti lama, hanya mengantarkan wisatawan lokal berfoto selfie sejenak lalu pergi lagi. Mereka rata-rata menginap di Mataram atau Senggigi, baru ke Kuta esoknya. Justru wisatawan asing yang banyak menginap di Kuta. Mereka senang menginap di Kuta karena masih sepi dan jauh dari keramaian seperti di Kuta Bali atau Gili Trawangan.

Kerbaupun Turut Berwisata (Dokpri)
Kerbaupun Turut Berwisata (Dokpri)
Sejak ditetapkan menjadi KEK, belum tampak perubahan atau pembangunan yang signifikan. Ada pasar sebelum masuk ke Kuta, namun tampak tutup. Malah toko-toko di pinggir jalan yang menjajakan souvenir dan makanan tetap buka walaupun sepi. Hari-hari biasa, pantai Kuta dan Tanjung Aan tampak sepi, padahal seharusnya obyek wisata tidak mengenal hari libur. 

Hanya beberapa wisatawan asing asyik mengendarai motor sewaan berseliweran di antara kedua pantai tersebut. Menurut warga, Pantai Kuta baru ramai saat musim panas sekitar Juli - September, saat waktu selancar tiba, selebihnya seperti inilah kondisinya. Semoga di tahun-tahun mendatang Kuta Lombok lebih menggeliat dengan skema KEK yang baru akan berjalan saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun