Mohon tunggu...
Diyon Agung Seda Nganggo
Diyon Agung Seda Nganggo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

anak manusia yang memiliki banyak kekuranggan dan dosa, tapi mau berbuat sesuatu supaya orang lain dapat tersenyum, bahkan bila perlu tertawa terbahak - bahak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penghapusan Subsidi: Langkah Tepat untuk Masa Depan Indonesia!

26 November 2014   07:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:49 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

kitaharus menyadari bahwa kita terlalu tergantung pada minyak untuk menjalankan roda kegiatan bangsa. Ketergantungan ini diperburuk dengan kemampuan penyulingan yang rendah dan menurunnya produksi minyak bumi yang membuat Indonesia menjadi net importir minyak. Menurut APBNP 2014, hingga Juni 2014 kita Cuma mampu lifting minyak mencapai 818 ribu barel per hari. Indonesia bukan lagi Negara Pengekspor Minyak, tahun 2008 Indonesia sudah keluar dariOPEC.

Geopolitik

dinamika sektor energi global di tahun 2015 dan tahun-tahun mendatang nantinya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor supply, demand, dan harga namun juga faktorlainnya seperti isu geopolitik dan stabilitas kawasan, seperti :

-      kawasan Timur Tengah. contohnya, Iran adalah produsen minyak utama dan telah mengancam untuk memblokade Selat-Selat di Hormuz untuk membalas aksi militer Amerika Serikat maupun Israel. Sekitar 40% dari perdagangan minyak dunia melewati selat-selat ini, sehingga dampak dari serangan militer di Iran pada ketahanan energi kita akan cukup besar. Irak adalah contoh lain. Negara ini berada dalam spiral aksi kekerasan. Di sekitar Irak dan Iran adalah negara-negara yang sedang menghadapi krisis, seperti Syria yang secara virtual sedang mengalami perang sipil dalam dua tahun terakhir. Menurut laporan World Energy Outlook 2012 oleh International Energy Agency, Asia diprediksi akan menyerap 90 persen ekspor minyak Timur Tengah di masa mendatang.

-      meskipun energi fosil saat ini dan dalam jangka menengah masih akan mempertahankan share-nya dalam energy mix dan merespon demand, isu emisi CO2 akan menjadi tantangan serius bagi industri migas global. Tuntutan perubahan iklim akan berkembang lebih serius dan ini tentunya akan direspon industri manufaktur untukmelakukan perubahan dalam desain industrinya. Industri otomotif, misalnya,diperkirakan akan semakin mengurangi produksi kendaraan berbasis BBM fosil dan akan lebih banyak memproduksi kendaraan berbasis BBM non-fosil.

-      Keadaan ekonomi di Zona Eropa dan Amerika masih menunjukkan ketidakpastian setelah selama 2012 kedua kawasan ini diterpa berbagai permasalahan ekonomi politikyang cukup kritis seperti resiko gagal bayar negara anggota Uni Eropa yang mendorong beberapa negara mengancam keluar dari keanggotaan Uni Eropa dan krisis jurang fiskal (fiscall cliff) serta dinamika politik di Amerika Serikat pasca kemenangan Barack Obama. dll.

Kerjasama dengan Asing

Mental dan wawasan kita harus diubah. kita tidak boleh takut untuk berhubungan dengan ahli-ahli asing dan kerjasama dengan pihak asing yang dapat membantu kita meningkatkan infrastruktur dan pengetahuan energi kita. kerjasama dengan pihak asing akan memungkinkan kita untuk mengadopsi praktek terbaik dan teknologi yang ada di dunia, memotong kurva belajar kita secara signifikan. Contohnya,Pertamina telah memimpin sebuah konsorsium termasuk Exxon Mobil dan Total sejak tahun 2010 untuk mengamankan pasar bagi gas dari lapangan Natuna Timur.Kerjasama seperti ini memberikan efek knock-on pada perusahaan-perusahaan lokal,karena mereka belajar dari pengalaman-pengalaman rekan-rekan asing, sehingga membantu proyek-proyek lain, seperti blok Mahakam di Kalimantan Timur dimana pengetahuan akan operasi di laut dalam sedang dikembangkan.

Energi selain Minyak

Indonesia menikmati berbagai anugerah sumber daya energi alternatif. Salah satu contohnya adalah gas alam, yang terbukti dapat menjadi penyelamat dalam situasi minyak saat ini. Menurut badan regulasi minyak dan gas terdahulu, BP Migas, perusahaan- perusahaan yang beroperasi di Indonesia memproduksi 8,8 miliar cubic feet gas alam per hari di tahun 2011, atau 1,5 juta barel setara minyak, yaitu dua pertiga lebih banyak daripada produksi minyak. Terlebih, Kementerian Energi dan SumberDaya Mineral pada tahun 2011 memperkirakan bahwa Indonesia mempunyai sumberdaya gas sebesar 335 triliun cubic feet, setara dengan 59,6 miliar barel minyak. Penemuan gas di Selat Makassar baru-baru ini, yaitu blok Masela dan blok Natuna Timur menunjukkan potensi yang menjanjikan. Blok Natuna Timur sendiri, kita memiliki gas alam sebesar 46 triliun cubic feet yang diperkirakan dapat diekstrak untuk processing.

Selain itu, ada Gas Mentana Batubara. Gas Metana Batubara adalah gas yang serba guna yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai market. Gas ini juga sangat ekonomis, diharga setengah dari harga diesel, bersih, dan menggunakan teknik ekstraksi yanglebih efisien sehingga berdampak minimal pada lingkungan. Gas Metana Batubara juga lebih ekonomis karena biaya-biaya eksplorasi lebih rendah dibandingkan biaya eksplorasi sumur-sumur konvensional. Menurut CMB Asia Development Corpyang berbasis di Kanada, biaya pengeboran per sumur saat ini diperkirakansekitar USD 1 juta dengan menggunakan rig berkekuatan 500 hingga 700 tenaga kuda. Biaya pengeboran ini lebih menguntungkan dibandingkan biaya pengeboran on shore convensional di Indonesia yang menelan biaya sekitar USD 10 hingga USD30 juta per sumur.

Dalam jangka lebih panjang, kita seharusnya juga merencanakan ekstrasi gas - gas nonkonvensional lainnya, seperti shale gas, yang akhir-akhir menjadi pusat perhatian sesudah Amerika Serikat berhasil dalam area ini.

diversifikasienergi mix melalui energi terbarukan

Sekitar 71% dari konsumsi energi primer di Indonesia selama 2011 adalah hidrokarbon. Tren dalam menggunakan hidrokarbon seperti minyak, gas dan batubara diprediksiakan tetap mendominasi energi konsumsi kita di masa depan. Kita harus menyadari bahwa di level konsumsi kita saat ini, sumber-sumber daya ini bisa segera habis.

Intensitas karbon seperti ini tidak hanya akan menyebabkan risiko yang serupa dengan ketergantungan pada minyak, namun juga kekhawatiran akan polusi berlebihan dan emisi gas rumah kaca. seperti yang dapat kita lihat di Cina dan India. Secara domestik, ketergantungan pada minyak dan gas akan memperburuk polusi dikota-kota besar, seperti Jakarta.

Oleh karena itu, energy mix seperti ini tidak dapat berlangsung dalam jangka panjang. Kita harus melakukan sesuatu untuk mendiversifikasikan energi mix dan mengurangi konsumsi hidrokarbon. Pemerintah Indonesia mengakui bahwa cepat atau lambat Indonesia dan seluruh dunia harus meninggalkan minyak mentah sebagai sumber listrik utama.

Sumberenergi terbarukan

Secara geografis, Indonesia berada di atas cincin api Pasifik. Indonesia dianugerahi potensi Panas Bumi. Selain sumber panas bumi, juga ada biofuel dan bioethanol.Ada banyak sumber-sumber energi terbarukan lainnya di Indonesia yang dapat kita gunakan. Termasuk tenaga hidro dan tenaga laut, angin laut dan tenaga surya.

Secara keseluruhan, sektor gas alam dan energi terbarukan memiliki potensi pengembangan yang luar biasa. Langkah-langkah ini harus didukung oleh pemerintah agar mampu berkembang. Namun, satu isu yang menghantui pemerintah selama bertahun-tahun dan mengakibatkan dampak yang lebih besar daripada perkiraan yaitu : Subsidi.

PenguranganSubsidi

Jumlah subsidi yang sangat besar tiap tahunnya berdampak pada membesarnya jumlah pinjaman untuk membiayai defisit anggaran.

Dalam APBN-P 2014 yang disahkan pada 30 Juni 2014, total subsidi yang dianggarkan adalah sebesar Rp403.035.574.566.000,00 tanpa diatur rinci penggunaannya danhebatnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan realisasi pada tahun anggaran berjalan. Sehingga dalam APBN-P 2014jumlah defisit anggaran sebesar Rp241.494.273.662.000,00.

Dalam APBN 2015 yang disahkan pada 14 Oktober 2014, total subsidi yang dianggarkan adalah sebesar  Rp414.680.552.641.000,00 dan nanti akan diatur lebih lanjut lewat Peraturan Presiden RI yang ditetapkan paling lambat 30 November 2014. Dalam APBN 2015, jumlah defisit anggaran sebesar Rp245.894.690.062.000,00.

Subsidi juga sangat bermanfaat, karena menciptakan masyarakat yang hidupnya tidak sederhana, manja, malas jalan kaki, dan boros. Karena harga BBM “bersubsidi” yang murah, realisasi pemakaian BBM “bersubsidi” tiap tahun nya selalu melampaui kuota yang telah ditetapkan. Untuk tahun 2014, BBM yang disubsidi oleh pertamina diperkirakan akan habis sebelum 31 Desember 2014.

Sebelum lebih jauh, saya akan mengajak anda untuk sedikit mengetahui berapa jumlah utang pemerintah RI di akhir tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 dan per Juni 2014, berdasarkan data dari KeMenKeu RI. Akhir tahun 2009 sebesar 1590,7 T. akhir tahun 2010 sebesar 1676,9 T. akhir Tahun 2011 sebesar 1803,5 T. akhirTahun 2012 sebesar 1975,4 T. akhir tahun 2013 sebesar 2375,5 T. Realisasi utang pemerintah RI sampai dengan juni 2014 adalah sebesar 2507,5 T yang terdiri atas Pinjaman Luar negeri sebesar 693,9 T, Pinjaman Dalam Negeri sebesar 2,4 T, dan Surat Berharga Negera sebesar 1811,2 T.

Jika dianalisa, perkembangan jumlah utang pemerintah RI tiap tahun akan selalu garis lurus atau berhubungan dengan perkembangan jumlah subsidi tiap tahun.

Hal ini sangat bagus, karena berkat subsidi yang jumlahnya bombastis itu serta cuma 1 manfaat nya, yakni untuk menjaga popularitas Presiden RI saat itu. Kita lupa akan beberapa hal, seperti : peningkatan kualitas pendidikan yang merata diseluruh Indonesia, peningkatan kualitas kesehatan dan gizi diseluruh Indonesia, pengembangan Infrastruktur khususnya di wilayah perbatasan dan wilayah tertinggal, peningkatan jaringan Irigasi, dan penelitian dan pengembangan energi alternatif dan terbarukan, dll.

Tentu tidak mudah untuk menghilangkan “budaya subsidi” dalam APBN. Oleh sebab itu diperlukan orang – orang yang mempunyai mental – mental berani mengambil keputusan untuk mengurangi (menghapus) subsidi. Dampak dari pengurangan subsidi akan menyebabkan popularitas Presiden RI saat ini turun, tapi demi kemajuan negara dan harapan akan Indonesia yang lebih berdaulat, sejahtera, dan unggul. Itu harus dilakukan, toh 5 tahun kedepan kita juga pasti sudah bisa merasakan dampak nya.

Mengurangi subsidi tentu juga akan membuat iklim usaha dan perdagangan lebih kompetitif. Contohnya : investor akan lebih berani menginvestasikan dana nya dalam bidang energi alternatif dan terbarukan. Hal ini bagus, karena akan membantu kita keluar dari ketergantungan minyak.

Masih banyak masalah dalam sistem dan kebijakan pemerintah yang harus diperbaharui atau diperbaiki. Tentu semua nya itu tidak bisa diperbaharui atau diperbaiki secara serentak, dibutuhkan proses untuk itu.

Generasi masa depan kita tidak seharusnya menanggung akibat dari ketiadaan tindakan kita hari ini.

* dari berbagai sumber pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun