Contoh: Dalam dunia perusahaan, seorang manajer yang selalu memastikan bahwa timnya tidak kelebihan beban kerja agar tidak terjadi burnout, akan lebih berhasil dibandingkan dengan manajer yang hanya bereaksi setelah anggota tim merasa tertekan dan lelah.
3. Awya Mematuh Nalutuh (Menghindari Sifat Angkara, Perbuatan Nista)
Pemimpin harus menghindari sifat-sifat buruk seperti angkara (kemarahan yang tidak terkendali) dan perbuatan nista (perbuatan buruk yang tidak sesuai dengan moral). Seorang pemimpin yang baik harus bisa menjaga emosinya dan bertindak sesuai dengan prinsip moral dan etika yang baik.
Misalnya, pemimpin yang marah-marah tanpa alasan yang jelas atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma, seperti korupsi atau ketidakadilan, bukanlah pemimpin yang baik. Sebaliknya, seorang pemimpin yang bijaksana akan selalu menjaga integritas dan memperlakukan orang lain dengan adil.
4. Kareme Anguwus-Uwus Owose Tan Ana, Mung Janjine Muring-Muring (Marah-marah pada Orang Lain Tanpa Alasan)
Prinsip ini mengajarkan kita untuk tidak bertindak gegabah, seperti marah-marah tanpa alasan yang jelas. Pemimpin yang baik seharusnya tidak terbawa emosi dan bertindak tanpa pertimbangan yang matang. Kemarahan yang tidak terkendali bisa merusak hubungan dan menciptakan ketegangan yang tidak perlu.
Sebagai contoh, seorang pemimpin yang mengkritik atau memberikan instruksi tanpa alasan yang jelas atau tanpa memberikan penjelasan yang baik hanya akan menciptakan kebingungan dan ketidakpuasan di antara bawahannya.
5. Gonyak-Ganyuk Ngelingsemi (Kurang Sopan Santun, Memalukan)
Prinsip ini mengingatkan pemimpin untuk selalu menjaga sikap dan adab. Seorang pemimpin harus menunjukkan contoh yang baik dalam hal sopan santun. Tidak hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam tindakan. Jika pemimpin bersikap kasar atau tidak sopan, maka hal itu akan ditiru oleh bawahannya dan menciptakan budaya yang tidak sehat dalam suatu organisasi.
Contoh: Seorang pemimpin yang berbicara kasar kepada timnya akan membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman. Sebaliknya, pemimpin yang selalu menjaga sikap sopan santun akan menciptakan lingkungan yang harmonis dan produktif.
6. Nggugu Karepe Priyangga (Jangan Bertindak Sendiri Tidak Bisa Diatur)