Mohon tunggu...
Diyan Hastari
Diyan Hastari Mohon Tunggu... pegawai negeri -

belajarlah di manapun, kapanpun, dan dengan siapapun..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gemercik Aksara yang Mengalir di Sudut Kerling Matamu

19 Februari 2012   00:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:29 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku rindu pada gemercik aliran sungai aksara yang mengair dan mengalir melewati sudut kerling matamu, sayang


Di tepi malam, kala rembulan ingkar dari peraduan

Kuhanyutkan butiran-butiran aksara bersama harapan yang kian padam

Kuharap bisa terhanyut terbawa percikan air kali

Semoga tak terantuk kerikil-kerikil dan bebatuan tajam

Tak pula hilang di kelokan-kelokan jeram yang tak bisa teredam

Agar bisa sampai di kedalaman hatimu yang tak bisa terselam

Aku rindu pada gemercik aliran sungai aksara yang mengair dan mengalir melewati sudut kerling matamu, sayang


Senja kemarin kutatap lautan aksara

Muara dari semua muara yang ada

Sesaat kulihat sebaris kata terombang-ambing oleh gelombang ombak yang tak jua berhenti menerjang

Itukah untaian butir-butir aksara yang dulu kuhanyutkan?

Bersama sepenggal kenangan kisah yang tlah lalu

Ah..masih bolehkah jika kupungut satu dan kan kubawa pulang

Tuk lengkapi kepingan puzzle puisiku yang sempat retak bergemeletak

Ketika matahari yang rebah roboh tergeletak

Menghentak jiwaku yang penuh koyak dan selalu berontak

Aku rindu pada gemercik aliran sungai aksara yang mengair dan mengalir melewati sudut kerling matamu, sayang


Bahagia masih membuncah meski awan hitam nan kelam menenggelamkan

Berbait-bait rasa tlah kukumpulkan dari butir-butir aksara yang dulu kubiarkan hanyut

Namun samudra begitu bijaksana tlah mengembalikannya padaku

Gemercik tetes aksara kini tlah bermuara di telaga bening yang begitu tenang

Berubah menjadi kata-kata penuh makna

Yang kini kubendung di cawan puisiku

Mengair dan mengalir melewati sudut kerling matamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun