Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Oleh : Diyana Fitriyah
Pendidikan memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk masa depan sebuah bangsa. Dalam kerangka ini, kita menyadari bahwa sejumlah konsep dan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh para pemikir dan praktisi pendidikan membentuk landasan yang kokoh untuk memandu praktik pendidikan yang efektif dan bermakna. Dalam tulisan ini, kita akan menguraikan koneksi yang erat antara Filosofi Ki Hajar Dewantara, Pratap Triloka, Nilai Guru Penggerak, dan Pengambilan Keputusan Sebagai Seorang Pemimpin.
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, mengilhami sebuah pendekatan holistik dalam proses pendidikan. Baginya, pendidikan bukanlah sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi sebuah seni yang membentuk manusia secara menyeluruh, baik secara intelektual maupun moral. Filosofinya menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang mendorong pertumbuhan karakter dan nilai-nilai moral yang tinggi yang bertujuan untuk membentuk manusia yang bertanggung jawab, etis, dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Pendekatannya memandang pendidikan sebagai sebuah proses yang memperhatikan tidak hanya aspek akademis, tetapi juga aspek moral dan karakter.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang bidangnya. Pengetahuan ini mencakup pemahaman yang komprehensif tentang misi, visi, dan tujuan organisasi atau sekolah. Dengan pemahaman yang kuat tentang pengetahuan dan konsep-konsep yang terkait dengan lingkungan kerjanya, seorang pemimpin dapat membuat keputusan yang informasional dan terinformasi dengan baik.
Selain memiliki pengetahuan, seorang pemimpin juga harus memiliki keterampilan yang relevan untuk menjalankan tugas-tugasnya dengan efektif. Keterampilan ini termasuk keterampilan komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim. Dengan keterampilan yang baik, seorang pemimpin dapat mengelola situasi yang kompleks, menyelesaikan masalah, dan memfasilitasi kerjasama yang efektif di antara anggota tim.
Seorang pemimpin yang memiliki karakter yang kuat, konsisten, dan dapat dipercaya akan memenangkan rasa hormat dan kepercayaan dari anggota timnya. Dalam pengambilan keputusan, keberadaan yang mempesona dapat membantu seorang pemimpin memengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mengikuti arah dan keputusannya.
Dengan mengintegrasikan konsep Triloka ke dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, kita menyadari bahwa seorang pemimpin yang efektif harus memiliki pengetahuan yang kuat, keterampilan yang relevan, dan karakter yang baik. Keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin yang memperhatikan aspek-aspek ini cenderung lebih holistik, terinformasi, dan bertanggung jawab, karena mereka didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang konteks, keterampilan dalam mengeksekusi tugas, dan integritas dalam menjalankan peran kepemimpinan.
Filosofi "Ing Ngarso Sung Tulodho, Tut Wuri Handayani, Ing Madyo Mangun Karsa" adalah konsep Jawa yang menggarisbawahi pentingnya sikap kepemimpinan yang bijaksana, peduli, dan memimpin dengan contoh yang baik. Mari kita lihat bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara mengenai filosofi ini dalam konteks pengambilan keputusan seorang pemimpin:
Ing Ngarso Sung Tulodho (Di Depan Memberikan Contoh yang Baik):
Ki Hajar Dewantara mungkin setuju dengan prinsip ini karena ia memandang pentingnya seorang pemimpin untuk memberikan contoh yang baik kepada bawahan atau anggota timnya. Seorang pemimpin yang mempraktikkan nilai-nilai yang dipegangnya, seperti integritas, kejujuran, dan dedikasi, cenderung memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejaknya. Dalam pengambilan keputusan, pemimpin yang mempraktikkan prinsip ini akan mempertimbangkan implikasi etis dan moral dari keputusan mereka dan berusaha untuk menjadi teladan bagi bawahan mereka dalam mengambil langkah yang tepat.
Tut Wuri Handayani (Di Belakang Memberikan Dukungan):
Ki Hajar Dewantara mungkin juga mendukung konsep ini karena pentingnya seorang pemimpin untuk memberikan dukungan dan bimbingan kepada bawahan atau anggota timnya. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin tidak hanya harus menjadi pengambil keputusan yang bijaksana, tetapi juga harus memastikan bahwa mereka memberikan dukungan yang cukup kepada tim mereka untuk menjalankan keputusan tersebut. Hal ini termasuk menyediakan sumber daya yang diperlukan, memberikan bimbingan, dan memberikan umpan balik konstruktif.
Ing Madyo Mangun Karsa (Di Tengah Membangun Harapan):
Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pembangunan individu dan masyarakat melalui pendidikan sejalan dengan konsep ini. Seorang pemimpin diharapkan tidak hanya membuat keputusan yang berdampak positif dalam jangka pendek, tetapi juga membimbing dan menginspirasi anggota timnya untuk mencapai tujuan jangka panjang yang lebih besar. Dalam konteks ini, pengambilan keputusan seorang pemimpin harus mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut akan mempengaruhi visi dan arah keseluruhan organisasi atau tim.
Dalam keseluruhan, pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi "Ing Ngarso Sung Tulodho, Tut Wuri Handayani, Ing Madyo Mangun Karsa" menekankan pentingnya seorang pemimpin untuk memimpin dengan contoh yang baik, memberikan dukungan yang cukup kepada timnya, dan membangun harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin harus memperhatikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip ini untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi organisasi atau tim mereka.
Begitu juga kita sebagai guru adalah pemimpin pembelajaran di kelas, dimana keputusan yang kita ambil akan berdampak pada siswa khususnya dalam pembelajaran. Maka kita sebaiknya menfasilitasi pembelajaran yang menekankan pada konsep student center, siswa adalah actor utama dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan pembelajaran berdiffrensiasi yang akan membentuk kepemimpinan murid ( student leadership) yang harus dibangun dan dilatih sejak dini dengan menanamkan nilai-nilai karakter. Pembelajaran diffrensiasi akan membentuk siswa menjadi pribadi bertanggung jawab, memiliki kesadaran sosial dan empati. Dengan demikian, menerapkan pendekatan pembelajaran yang berdiferensiasi memainkan peran penting dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang efektif, inklusif, dan bermakna bagi semua siswa. Ini membantu memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan yang adil dan relevan untuk belajar dan berkembang sesuai dengan potensi mereka.
Konsep ini seiring dan sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, peran pendidik seperti seorang petani.
Anak- anakitu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani di lahan yang telah disediakan. Dengan demikian bahwa peran pendidik atau guru adalah menuntun murid agar dapat mengembangkan potensi kodrat yang mereka miliki, murid hendaknya diberi kebebasan atau kemerdekaan untuk memilih cara mana yang mereka sukai untuk mengembangkan potensi kudratinya. Disamping itu juga mengandung makna bahwa seorang guru diberi kebebasan untuk menuntun muridnya dengan berbagai metode atau cara yang tentunya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan murid.
Tugas itu dapat dilakukan oleh kita sebagai guru, menjadi pemimpin pembelajaran di kelas dengan pengambilan keputusan yang berpihak dan berdampak pada siswa secara langsung.
Terimakasih
Salam Bahagia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI