Mohon tunggu...
Diyah Ulan Ningrum
Diyah Ulan Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hobi saya adalah menulis, baik menulis artikel ataupun semacamnya. Saya memang orang yang dikategorikan sebagai pemikir. Oleh sebab itu, saya ingin sedikit berbagi bacaan kepada teman-teman semua.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menguak Aset Kolonial Belanda 1933, Terselip Sejarah Bendungan Pacal Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro

19 Februari 2023   17:50 Diperbarui: 19 Februari 2023   17:56 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Menguak Aset Kolonial Belanda 1933, Terselip Sejarah Bendungan Pacal Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro 


Bojonegoro, 19 Februari 2023. Pasti kita tak asing dengan nama Bojonegoro. Ya, Bojonegoro merupakan sebuah kota atau kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Timur. Kota yang di dalamnya berisikan banyak sekali sumber-sumber baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Batas utara dari kota ini adalah Kabupaten Tuban. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ngawi dan sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Nganjuk. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Lamongan.

Sesuai dengan namanya, Bojonegoro diambil dari kata boodjo yang memiliki makna kesenangan, kebebasan, pesta dan negoro yang berarti wilayah atau negara. Karena pada masa dahulu sebelum Indonesia mencapai kemerdekaan, Bojonegoro merupakan wilayah yang dikuasai oleh pemerintahan penjajah terutama Belanda. Jadi, diharapkan nantinya Bojonegoro menjadi wilayah yang terbebas dari penjajahan atau belenggu peguasa guna mencapai kesenangan dan kedamaian.

Bojonegoro merupakan kota yang bisa dibilang penghasil minyak terbesar di Jawa Timur. Karena wilayahnya yang tergolong sangat luas sehingga terdapat beberapa tempat yang sengaja dimanfaatkan sebagai pengeboran minyak. Selain penghasil minyak, kota ini juga dijuluki sebagai kota penghasil kayu jati. Luasnya wilayah kota Bojonegoro ini mayoritas terdiri dari hutan dan persawahan. Dimanapun daerahnya, hutan yang ada merupakan hutan dengan komponen utama pohon jati.

Sebagai penduduk asli Bojonegoro, saya sangat bersyukur karena dilahirkan dan dapat tinggal hingga saat ini. Menikmati keindahan tempat mulai dari persawahan yang sangat luas, hutan yang rindang dan sejuk, jalan yang berkelok-kelok, sungai yang mengalir dengan derasnya. Nah, dengan keestetikan wilayahnya tersebut membuat banyak orang ingin mengunjungi kota Bojonegoro ini. Apalagi, jika mereka menyukai traveling seperti saya sendiri, tempat-tempat seperti itu sangat sesuai untuk disinggahi dan diabadikan momennya.

Kembali lagi berbicara mengenai kota Bojonegoro, kota ini telah masuk dalam kategori kota yang sudah maju. Dengan akses sarana dan prasarana yang telah memadai, serta pembangunan yang berkelanjutan hingga saat ini. Seperti halnya jalan penghubung di setiap daerah yang mulai menampakkan kondisi yang baik. Mayoritas telah dilakukan renovasi oleh bupati kota Bojonegoro, yakni Ibu Anna Muawwanah. Dengan alokasi dana yang tinggi menjadikan jalan poros penghubung baik antar desa ataupun kota terealisasi dengan material cor dan aspal. 

Begitupun juga dengan wisatanya. Bojonegoro kaya akan tempat wisata. Meskipun tidak memiliki pantai seperti kota-kota yang lainnya, namun kota ini memiliki banyak wisata yang sering disinggahi oleh para pengunjung. Nah, salah satu tempat wisata yang yang ada di Bojonegoro dan memiliki usia yang tergolong tua yaitu Bendungan Pacal. Rupanya objek wisata bendungan ini telah menjadi salah satu maskot kota Bojonegoro. 

Wisata ini terletak tepatnya di desa Kedungsumber Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro. Dari arah Bojonegoro kota ke wisata menempuh jarak sekitar 40 km dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit. Namun, karena akses jalan aspal yang ada di wilayah Bojonegoro bisa dibilang telah halus, wisata hanya bisa ditempuh dengan waktu 30 menit.

Wisata ini dibilang sangat menarik karena letaknya yang sangat strategis, berada diantara 2 gunung dan terletak di dataran tinggi dengan dikelilingi oleh hutan jati. Dan bahkan wisata ini memiliki lagu khusus yang diciptakan oleh bupati sebelumnya yakni Bapak Suyoto atau kerap disapa dengan sebutan Kang Yoto. Dengan lirik lagu yang beliau ciptakan tersebut membuat wisata ini semakin unggul. Berikut ini lirik dari lagu berjudul Waduk Pacal.

Diantara dua gunung engkau terbentang

Nuansa pucuk-pucuk ilalang bergoyang-goyang

Diantara dua gunung angin sepoi-sepoi

Waduk pacal harapan hidup para petani

Disini...diwaduk pacal

Kita berjanji setia, sehidup semati

Disini... diwaduk pacal

Kita kan datang lagi

Dengan anak dan cinta sehati

Bendungan (orang setempat menyebutnya sebagai waduk) tersebut merupakan salah satu jenis wisata dari hasil peninggalan kolonial penjajah. Bendungan Pacal dibangun sebelum Indonesia mencapai kemerdekaan oleh pemerintahan kolonial Belanda dengan mengerahkan warga setempat sebagai pekerja. 

Bendungan ini memiliki keunggulan serta manfaat bagi kawasan sekitar dan juga warga kususnya daerah tersebut. Aliran air yang membendung disana dimanfaatkan masyarakat sebagai aliran irigasi persawahan. Air yang ditampung oleh bendungan itu mencapai volume yang sangat tinggi, dengan demikian dapat dikatakan bahwa bendungan ini merupakan muara bagi sungai-sungai kecil yang berada didaerah-daerah lain sebagai penghubung.

Berbicara mengenai bendungan Pacal, pasti tidak lepas dari sejarahnya tersendiri. Kenapa sih harus belajar sejarah? Yaps, sejarah itu penting. Sejarah itu bersifat abadi, dan dia itu dikenang oleh semua orang. Diingat dan dipelajari serta dijadikan sebagai sebuah pengalaman. Kita semua belajar dari sejarah. Kok bisa? Seperti halnya kita yang menginginkan sukses, nah disini kita akan belajar dari kesuksesan orang-orang sebelumnya. Kita menginginkan sukses seperti tokoh Aristoteles. Maka apa yang bisa kita lakukan? Betul, kita harus belajar, jika gagal coba lagi dan lagi. Begitulah sedikit konsep seberapa pentingnya kita belajar sejarah.

Sebagai warga asli Bojonegoro saya sangat terkesan untuk mencari seluk beluk adanya bendungan ini. Mulai dari membaca buku-buku sejarah salah satunya berjudul Bodjonegoro Tempoe Doeloe, selain itu juga mencari tahu melalui cerita para orang tua. Pada bangunanya sendiri dibuat persis dengan suasana dan bentuk arsitektur khas Belanda. Dapat terlihat tulisan tahun peresmian bendungan yang ditulis dimenara dam, tercantum tahun 1933. Ditahun tersebut Indonesia belum mencapai masa kemerdekaan, dan masih dibawah pemerintahan kolonial Belanda.

Dalam pembangunan bendungan ini, pemerintah Belanda mengerahkan pekerja dari warga setempat, atau bisa dibilang bukan dari orang belanda sendiri melainkan dari penduduk Bojonegroro. Menurut cerita dari para orang tua yang hidup dizamannya, tidak sedikit penduduk yang dikerahkan dan dipaksa bekerja tanpa diberikan upah. Dan bahkan terdapat penduduk yang dengan tega ditimbun hidup-hidup. Tak sedikit penduduk yang menjadi korban pembangunan Bendungan Pacal tersebut. 

Dari sinilah, kita sebagai subjek dalam kehidupan dengan sepatutnya mampu menikmati, menghargai dan melestarikan apa yang menjadi citra khas khususnya daerah kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun