Kita sering menemui orang-orang yang pandai berbahasa dalam menyampaikan pesan baik secara lisan maupun tulis. Sebut saja Proklamator kita, Ir. Soekarno. Beliau adalah seorang negarawan, orator, bahkan juga penulis. Sebagai negarawan dan orator, Ir. Soekarno sangatlah dikenal dengan pidato-pidatonya yang mempunyai judul-judul yang masih terngiang di telinga kita. Sebut saja Jas Merah. Bahkan sebagai seorang penulispun, Ir. Soekarno telah mewarnai sejarah bangsa dengan buku fenomenalnya Di Bawah Bendera Revolusi, sebuah buku yang berisi gagasan dan pemikiran orisinalnya tentang bangsa dan negara yang dipimpinnya. Â
Banyak riset membuktikan  bahwa semakin tinggi minat membaca tentunya akan beriringan dengan semakin tinggi pula perbendaharan diksi, kemampuan menulis dan tentunya ilmu pengetahuan. Jelaslah bahwa banyak membaca adalah satu hal yang berpengaruh pada kemampuan berbahasa. Orang dengan minat baca yang tinggi dapat dipastikan memiliki keluwesan dan kefasihan dalam menyampaikan pesan, baik lisan maupun tulis.Â
Sedangkan orang yang kurang membaca bisa dipastikan bahwa ia kurang luwes dalam menyampaikan pesan. Bukankah pada buku-buku yang kita baca memuat pesan yang terkemas dalam kosa kata dan struktur bahasa yang bagus? Â Di buku itulah kita belajar berbahasa.
Bukan hal yang mengherankan jika para politisi, orator, penulis, sastrawan menyampaikan pesan-pesannya dalam kemasan bahasa yang bagus sehingga kita tidak jarang terpukau dan terpengaruh.Â
Di Indonesia, kita punya Pramoedya Ananta Toer dengan banyak karya yang mengangkat ide-ide perjuangan dan penghargaan kemanusiaan. Di luar negeri kita ambil contoh yang mudah kita ingat saat ini, JK Rowling. Betapa piawainya mereka berkisah dengan tulisannya, seakan-akan kita  masuk ke dalam dunia novel. Mereka  mampu melukiskan detil peristiwa dengan kemasan kata-kata yang bagus. Itulah kecerdasan berbahasa.
Jika kita renungkan sungguhlah hebat manfaat membaca. Kualitas seseorang dapat ditentukan dari kebiasaan membacanya. Hanya dengan membaca kita dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya sehingga pada akhirnya nanti akan membentuk manusia cerdas, kritis dan bermental positif. Tanpa kita sadari sesungguhnya  buku telah menjadikan kita cerdas intelektual, cerdas emosional, cerdas sosial dan juga cerdas spiritual.
Mencerdaskan bangsa harus dimulai dengan semangat long life education (belajar sepanjang hayat) melalui kebiasaan membaca. Membaca mengantarkan kita ke gerbang pencerahan yang akan membawa perubahan mental, cara pikir, sikap dan perilaku yang tentunya sangat bernilai guna dalam kehidupan pribadi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.Â
Apalagi saat ini, bangsa kita dituntut untuk tetap eksis dalam akselerasi  kemajuan jaman. Tantangan masa depan semakin berat dan kompleks dengan disertai laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Tentulah hal ini menuntut sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, baik akal dan mentalnya yang salah satunya terbangun dari kebiasaan membaca.
Bersahabatlah dengan buku karena buku adalah jembatan untuk kita berusaha menjadi makhluk Tuhan yang yang selalu bersyukur dan mencintai ilmu. Bukankah ada bedanya antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Tentunya Tuhan akan mengangkat orang yang berilmu dengan derajat yang lebih tinggi. Jadi tunggu apa lagi? Membacalah untuk menjadi cerdas mulai sekarang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H