Coba saja diperhatikan saat ada bincang atau debat-debat ilmiah. Mereka bisa memberikan opini, memberikan feedback, bahkan menyerang balik setiap statement lawan debat dengan lihainya. Tentunya hal ini disebabkan  otak mereka telah terlatih membaca buku-buku serius dan berat yang menuntut mereka untuk cerdas dan kritis menganalisis isu-isu sosial terkini.
Membaca juga melatih otak seseorang untuk berimajinasi. Berbagai sumber menyebutkan bahwa imajinasi adalah daya pikir untuk membentuk gambaran atau peristiwa berdasarkan pada kenyataan atau pengalaman. Bahkan dalam psikologi, imajinasi ini dipakai untuk merujuk pada proses membangun kembali persepsi dari benda yang telah mendapatkan persepsi di awal. Setiap orang tentunya memiliki daya imajinasi, akan tetapi orang yang suka membaca memiliki daya imajinasi yang lebih terarah karena informasi yang dimilikinya.
Imajinasi yang dibentuk dengan dasar pengetahuan dan wawasan sering menciptakan solusi masalah yang ada. Misalnya, seorang yang baru saja terkena PHK perusahaan.Â
Untuk sejenak ia akan galau, Â tetapi kemudian ia akan move on dari kegalauan dan mengembangkan ide-ide dalam imajinasinya untuk mencari solusi. Bisa jadi ia akan beralih pada pekerjaan lain atau merintis usaha sendiri tanpa tergantung pada perusahaan-perusahaan . Jadi, jelaslah bahwa membaca akan menjadikan ide-ide kita terus berkembang positif dalam mencari solusi permasalahan. Â
Buku yang kita baca juga dapat membantu kita untuk berpikir lebih kreatif dan inovatif. Â Bukan hal aneh jika orang mampu berkreasi dan berinovasi dengan hal-hal baru dan tampak aneh. Semua itu karena materi bacaan yang dikonsumsinya berisi informasi dan pengetahuan yang menstimulus otak untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif.Â
Misalnya, seorang pelajar yang pada awalnya merasa kesulitan belajar bahasa asing. Bisa jadi ia menemukan buku yang berisi cara mudah mempelajari bahasa asing dan ia benar-benar menerapkan trik-trik di dalamnya. Inilah yang disebut inovasi yang sebelumnya tidak pernah diketahui. Alhasil, pencapaian pelajar tersebut selangkah lebih maju.
Membaca mampu mengubah cara pikir. Mengapa? Kita hidup dengan memiliki cara pikir dan sudut pandang yang berbeda terhadap sesuatu. Setiap buku yang kita baca tentunya akan memberikan sudut pandang. Buku A memberikan sudut pandang versi A. Buku B memberikan sudut pandang versi B, demikian seterusnya. Sebagai pembaca yang tentunya memiliki ide-ide yang berkembang, kita akan terus menyerap informasi tersebut hingga pada akhirnya kita akan menemukan sudut pandang yang dianggap paling baik dan tepat untuk selanjutnya dapat kita terapkan dalam hidup bermasyarakat.
Saat kita membaca buku-buku yang berkisah tentang perjuangan hidup seseorang, tak jarang kisah tersebut menginspirasi. Jika sebelum membaca buku-buku itu kita cenderung menjadi sosok yang suka mengeluh, cepat putus asa dan cengeng, setelah membaca buku tersebut bisa jadi kita akan tergugah untuk meneladani kisah kegigihan dan pantang menyerah dari tokoh yang ada pada buku tersebut. Bukan hal yang tak mungkin pula bila tokoh yang ada pada buku tersebut menjadi sumber keteladanan.
Hal penting yang dapat kita petik pula dari membaca selain mengubah cara pikir adalah melatih kearifan dan kebijakan. Banyak buku yang berkisah tentang kearifan dan kebijakan seseorang dalam menjalani hidup. Kisah-kisah dalam buku  tersebut dapat memberikan wawasan dan kesadaran akan kearifan dan kebijakan tanpa kita merasa digurui oleh buku tersebut. Pengetahuan dan ilmu yang yang ada pada kisah-kisah tersebut dapat menguatkan kepribadian kita untuk dapat melihat dan memilih segala sesuatunya dengan lebih obyektif.
Saat kita membaca biografi seorang tokoh Buya Hamka, misalnya. Secara tak langsung pesan-pesan moral yang beliau sampaikan lambat laun bisa berpengaruh pada pemikiran.  Tanpa sadar kita mengadopsi pesan moral pada buku tersebut dan tidak terasa kita akan terpengaruh dengan sikap arif dan bijaksana  tokoh tersebut.  Terbukanya pemikiran serta luasnya ilmu akan selalu mendorong kita untuk bersikap obyektif dan bertindak arif dan bijaksana seperti tokoh tersebut.
Tak kalah pentingnya, membaca menjadikan kita pandai berbahasa. Disebutkan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Ada kalanya kecerdasan berbahasa atau kecerdasan linguistik  ini memang diberikan sejak manusia lahir sebagi anugerah Sang Pencipta. Akan tetapi bukan hal yang tak mungkin jika kecerdasan berbahasa juga dapat diperoleh melalui aktifitas membaca. Kecerdasan ini meliputi kemampuan untuk menyimak, berbicara, membaca dan menulis.