Mohon tunggu...
diyah meidiyawati
diyah meidiyawati Mohon Tunggu... Guru - tinggalkan jejak kebaikan lewat tulisan

Diyah Meidiyawati, S.S, , seorang guru honorer di sebuah SMA swasta di Bojonegoro, Jawa Timur .

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Buah Dilarang Sakit

4 Juli 2023   12:55 Diperbarui: 4 Juli 2023   13:07 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Pening, Bu Idah?’’ Bu Salis menegur rekan sejawatnya.

“Iya, nih Bu…tambah lagi form proposal keuangan bantuan ini lebih ribet dari yang sebelumnya.’’ Bu Idah memijit pelipisnya.

“Dead line-nya kapan, sih Bu Idah?’’

“Lusa, Bu Salis…tapi saya harus memastikan kesesuaian item dan anggaran sesuai juknis…jadi meminimalisir kesalahan.’’

“Gitu itu, si Bos tahu kesulitan Bu Idah?’’

“Hmmm…lucu juga ekspresi Bu Salis…buat saya auto ngakak, loh Bu.’’ Bu Idah pun tertawa cukup keras, begitu juga Bu Salis.

“Eh, Bu, kira-kira nih…si Bos tahu nggak isi juknis itu?’’ Bu Salis tampaknya masih belum terpuaskan dengan jawaban bu Idah.

“Yaaa jelasss…nggak tahu dong, Bu Salis!’’

Kembali ruangan guru itupun riuh.

“Lah, terus tahunya apa si Boss?’’ Bu Nisa yang semula hanya menjadi pendengar dengan modal senyum ala brand pasta gigi  akhirnya ikutan nimbrung setelah menyelesaikan tugas koreksinya.

“Tahunya ijin terus dengan alasan sa…kit…kan… aku yang nulis absennya…kemarin pusing…kemarinnya kemarin diare…kemarinnya kemarin kemarin lagi sariawan dan kedinginan…pokoknya sakit melulu tuh, si Bos.’’ Keterangan bu Salis sungguh membuat seisi ruangan yang hanya terdiri dari tiga orang saja mendadak riuh. Beruntung ini masih jam istirahat sehingga suara di ruangan itu tersamar dengan kebisingan di luar.

“Padahal pas ijin yang kedinginan itu…aku lihat dianya antri beli jagung bakar di perempatan Sono.’’ Bu Nisa semakin mempertegas keterangan yang diberikan oleh bu Salis.

“Sudah, ya…terjawab sudah semuanya.’’ Bu Idah memberikan tanggapan dengan sisa tawanya.

“Ehhh…si Bos ke sini.’’Bu Nisa yang sempat menoleh ke arah jendela reflek mengatupkan bibir dengan jari telunjuknya.

“Ada apa ini…kok ramai banget…suaranya terdengar sampai ruangan saya.’’ Si Bos masuk ruangan dengan tatapan full menyelidik agar tampak berwibawa.

“Hanya ngobrol, Bu…ngilangin stres…sambil menyemangati Bu Idah, nih.’’ Bu Salis menjawab dengan cengiran khasnya,

“Kita kan tim penyemangat…tim hore-hore.’’ Bu Nisa ikut menambahkan.

“Ohhh…begitu…bagaimana Bu Idah?’’ Bu bos bertanya dengan gaya sok berwibawa

“Apanya, Bu?’’ Bu Idah menimpali jawaban bu bos tanpa memandangnya.

Hening .

Kedua temannya, bu Salis dan bu Nisa hanya diam dan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang sudah dikerjakan sambil sesekali bertukar pandang.

“Ya…proposal bantuannya, Bu…gimana toh…masa lupa?’’Bu Bos menjawab dengan sedikit meninggikan suaranya.

“Ohhh…itu…belum.’’  Santai sekali bu Idah menjawabnya.

“Kok belum, Bu? Semakin tinggi intonasi si bos tukang ijin itu. “Dead line upload-nya besok, Buuu!’’

“Ya…saya tahu.’’ Datar sekali bu Idah menanggapinya.

“Lah terus …kok belum dikerjakan?’’ Intonasi si bu bos sedikit menurun.

“Beberapa hari ini saya sakit…mual-mual dan muntah-muntah…perlu istirahat .’’

“Ya…jangan sampai sakit, Bu…minum vitamin gitu, lohhh!’’ Dengan sok bijaknya bu bos menasihati.

“Ohhh…jadi anak buah dilarang  sakit meskipun sehari…dan yang boleh sakit berminggu-minggu khusus untuk Pimpinan?’’  Bu Idah menjawab dengan entengnya.

Si bos diam, no comment.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun