“Padahal pas ijin yang kedinginan itu…aku lihat dianya antri beli jagung bakar di perempatan Sono.’’ Bu Nisa semakin mempertegas keterangan yang diberikan oleh bu Salis.
“Sudah, ya…terjawab sudah semuanya.’’ Bu Idah memberikan tanggapan dengan sisa tawanya.
“Ehhh…si Bos ke sini.’’Bu Nisa yang sempat menoleh ke arah jendela reflek mengatupkan bibir dengan jari telunjuknya.
“Ada apa ini…kok ramai banget…suaranya terdengar sampai ruangan saya.’’ Si Bos masuk ruangan dengan tatapan full menyelidik agar tampak berwibawa.
“Hanya ngobrol, Bu…ngilangin stres…sambil menyemangati Bu Idah, nih.’’ Bu Salis menjawab dengan cengiran khasnya,
“Kita kan tim penyemangat…tim hore-hore.’’ Bu Nisa ikut menambahkan.
“Ohhh…begitu…bagaimana Bu Idah?’’ Bu bos bertanya dengan gaya sok berwibawa
“Apanya, Bu?’’ Bu Idah menimpali jawaban bu bos tanpa memandangnya.
Hening .
Kedua temannya, bu Salis dan bu Nisa hanya diam dan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang sudah dikerjakan sambil sesekali bertukar pandang.
“Ya…proposal bantuannya, Bu…gimana toh…masa lupa?’’Bu Bos menjawab dengan sedikit meninggikan suaranya.