Mohon tunggu...
diyah meidiyawati
diyah meidiyawati Mohon Tunggu... Guru - tinggalkan jejak kebaikan lewat tulisan

Diyah Meidiyawati, S.S, , seorang guru di sebuah SMK negeri di Bojonegoro, Jawa Timur .

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tak Sempurna Tak Apa

14 Februari 2023   11:30 Diperbarui: 14 Februari 2023   11:28 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahu tidak kalau salah satu sumber kebahagiaan hidup adalah mencintai diri sendiri? Sebenarnya apa sih, self love alias mencintai diri sendiri? Konsep self love sebenarnya sering diartikan dengan menghargai dan mencintai diri. Seperti juga mencintai orang lain, mencintai diri sendiri tanpa syarat penting juga, lho. Bukan sekedar mencintai dan memberikan appresiasi pada diri secara utuh, self love pada kenyataannya sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Kok bisa, ya? 

Mencintai diri sendiri tampaknya mudah dilakukan, namun pada nyatanya tidak.  Kalau mudah dilakukan, pastilah stress dan depresi tidaklah terjadi. Betul juga, kan? Mencintai diri sendiri merupakan dasar kuat untuk menerima diri secara utuh, apa adanya. Saat seseorang mencintai diri, saat itu pula ia akan cenderung lebih mudah berpikir jernih di segala suasana. Mau sedih, kecewa, marah, bila yang ada di pikiran adalah hal positif, maka ia  akan merasa baik-baik saja.   

Apa yang harus dilakukan untuk mencintai diri sendiri? Salah satu cara untuk mencintai diri sendiri adalah menerima semua kekurangan diri. Kok menerima kekurangan? Jelaslah, kalau menerima kelebihan pasti semua orang bisa melakukannya. Namun, menerima kekurangan itu cukup sulit dilakukan, kecuali bagi mereka yang berlapang dada dan berjiwa besar.

Tuhan menciptakan manusia beraneka rupa baik tampilan fisik, karakter, bakat bahkan takdir yang harus dijalani. Kebanyakan dari kita akan menginginkan yang baik dan enak saja. Saat melihat orang lain dengan tampilan dan nasib glowing-nya sementara tampilan dan takdir rejeki yang kita punya nge-pas, saat itu pula sering muncul kecenderungan untuk mengutuk diri. Tak jarang pula akan muncul keluhan diri "Kenapa aku tak seperti dia, Tuhan?"

Cuplikan sekilas yang terjadi di atas bukan hal aneh dan itu jamak terjadi. Kemungkinan besar kita juga melakukannya. Pernah tidak merasa minder karena pipi yang chubby? Ditambah lagi dengan badan yang mungkin masuk kategori big size? Rasa-rasanya dua keadaan yang terjadi pada fisik kita ini sangatlah mengganggu. Bahkan keadaan itu bisa membuat kita merasa insecure dan akhirnya kita akan menarik diri dari pergaulan.

Kita sering beranggapan jika kekurangan pada diri akan menghambat kehidupan bersosialisasi. Bertolak dari rasa insecure, bisa jadi sumber kelemahan sebenarnya ada pada diri sendiri yang tanpa sadar sudah tertanam lama dalam mindset kita. Nah, kita  harus legowo nih membuka wawasan berpikir untuk memahaminya. Jangan sampai sumber kelemahan ini menjadi penghambat tujuan hidup. 

Hal yang harus disadari adalah adanya hal-hal yang berada di luar kuasa manusia.  Saat mengeluhkan tampilan fisik kita  dengan tampilan fisik orang lain, saat itu sebenarnya kita sudah membandingkan. 

Kalau sudah seperti ini, artinya kita masih belum bisa menerima kekurangan diri. Jika tampilan fisik diri tidak selalu dianggap sebagai kelemahan oleh orang lain, lalu mengapa  kita resah dan gundah? Nah, mindset seperti ini harus diubah! Ingat ya, semua yang kita punya adalah pemberian Tuhan sejak lahir dan itu di luar kendali manusia.

Selanjutnya, yang harus juga disadari  adalah masih ada hal yang bisa kita tingkatkan dan kembangkan. Bisa jadi kita insecure karena melihat kesuksesan orang lain yang lebih wow, misalnya lebih pandai dalam pelajaran, lebih kaya dalam materi, lebih tinggi dalam jabatan, dan sebagainya. 

Berbeda dengan pemberian Tuhan yang mutlak , hal-hal yang terkait dengan kepandaian, materi dan jabatan sebenarnya berasal dari upaya manusia dalam belajar, bekerja dan mengembangkan kemampuannya. Jadi, penting pula untuk mulai  belajar dan bekerja lebih giat lagi dan jangan lupa pula untuk mempelajari kiat dan rahasia sukses dari orang-orang hebat itu.

Setelah menyadari kekurangan diri, apakah lantas kita menolak keras dan protes pada Tuhan? Sebenarnya, menolak pun tak ada guna dan percuma saja. Semuanya akan tetap sama. Namun, menerima juga bukan hal mudah. Lalu,bagaimana? Ya, harus tetap terima kekurangan diri dengan ikhlas hati dan mulailah temukan sisi positif  yang kita miliki. 

Dikutip dari beberapa referensi, ada beberapa langkah cerdas yang layak dicoba meski sebenarnya tidak sesederhana dan semudah itu untuk diterapkan. Namun, untuk ketentraman hati dan kenyamanan hidup, perlahan tapi pasti haruslah tetap dilakukan.

Yang pertama adalah menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna termasuk diri kita sendiri. Kita harus belajar untuk memahami kelemahan orang lain juga. Saat kita memahami bahwa nobody's perfect, saat itu pula kita belajar menghargai orang lain. 

Kita pun bisa  belajar untuk mengendalikan ego dan belajar untuk tidak memaksakan kehendak pada orang lain. Selain itu, kita pun akan belajar untuk mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan  karena bisa jadi kita lebih beruntung dibandingkan orang lain. 

Selanjutnya, be honest, jujur pada diri sendiri! Menerima kelemahan membutuhkan kejujuran diri meskipun mungkin ada rasa malu, tak nyaman atau perasaan negatif lainnya. 

Akui semua kekurangan yang dipunya tanpa ada niat untuk menutupinya lagi, utamanya pada orang lain. Jangan khawatirkan komentar orang lain! Tak sempurna, tak apa! Kita yang lebih mengerti akan diri kita sendiri.  Dengan jujur pada diri sendiri, kita pun akan bersikap wajar apa adanya sehingga tidak ada orang yang memanfaatkan semua kekurangan kita.

Membiasakan  untuk menggunakan kalimat positif untuk diri sendiri merupakan langkah bijak yang harus dilakukan. Kalimat positif adalah kalimat yang baik, kalimat yang dapat memberikan rasa percaya diri untuk mengikis kelemahan. Misalnya, saat nilai ujian buruk, jangan serta merta langsung diungkapkan dengan kalimat "Bodoh banget, ya. Soal seperti itu tidak bisa." Alangkah bijaknya jika kalimat sarkas tersebut diganti dengan "Lain kali aku lebih giat belajarnya." 

Dengan kalimat positif, kita tidak serta merta men-judge kelemahan, namun kita bisa menerima kekurangan dengan tetap berpikir positif untuk perbaikan mendatang. Membiasakan diri untuk menggunakan kalimat positif juga menuntun kita untuk pelan-pelan mengubah cara pandang terhadap diri sendiri. Kita akan lebih menghargai diri dan beranggapan bahwa kita adalah pribadi yang berguna.

Menemukan sisi plus pada diri adalah hal cerdas yang dapat kita lakukan. Manusia pasti memiliki plus minus-nya. Selain kelemahan diri, pastinya kita juga  memiliki kelebihan. 

Coba temukan itu dan explore! Banyak kisah sukses orang ternama yang sebenarnya berawal dari kisah ketidak beruntungannya. Sebut saja Albert Einstein yang mengidap disklesia. 

Dengan usaha kerasnya, ia terus belajar dan menemukan teori relativitas yang sampai sekarang dianggap sebagai temuan besar di dunia sains. Bisa jadi, nih, kita piawai di bidang seni meskipun di akademik nge-pas. Kembangkan saja bidang seni itu! Yakinlah juga suatu saat nanti pencapaian kita akan tercatat di hati orang-orang terdekat, bahkan mereka yang ada di belahan bumi lain.

Adalah hal sulit untuk menerima kelemahan. Itu pasti. Namun, dengan kesungguhan hati untuk berusaha, slow but sure,  kita bisa berkompromi dengannya. Semua butuh proses, bukan sulap dengan mantra sim salabim. Bukankah kita ingin bahagia menjalani hidup? Ayo berproses! Mulailah peduli dengan diri sendiri dan pahami apa yang seharusnya kita butuhkan! Kekurangan bukan hambatan untuk meraih tujuan, namun jadikanlah motivasi untuk mengembangkan semua talenta yang kita punya!

Aku harus bahagia' adalah mantra elok yang harus diucapkan dalam hati setiap saat bahwa kita  -dengan segala plus minus-nya- layak bahagia dan layak glowing. Tak jadi soal bila tak sempurna. Yang terpenting adalah kita bahagia menjalani kehidupan. Happiness depends on how you care for yourself. 

So, cintai diri, jalani hidup dalam segala kondisi dan teruslah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik ! Semoga tulisan sederhana ini bisa memberikan sedikit wawasan tentang pentingnya menerima kekurangan diri  dan mencintai diri secara utuh. Ingat, you are the one and only having responsibility to care for yourself, not others.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun