Mohon tunggu...
Diyah Kalyna
Diyah Kalyna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis itu berbicara kepada alam. Menceritakan keindahannya dan mengungkapkan rahasianya. Aku, kamu, menjadi kita.

Berasal dari Blitar, Jatim, pendidikan S1 di kota Solo, Jateng, dan sekarang domisili di Negara Brunei Darussalam. Sejak tahun 2015 bergabung dalam mediasi dan penanganan masalah tenaga kerja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjemput Ajal atau Dijemput Ajal

29 September 2019   20:19 Diperbarui: 29 September 2019   20:35 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**
Mendengar perkataan ajal, kira-kira apa yang terbesit di dalam hati setiap insan? Merasa biasa saja dan menganggap sebagai sesuatu hal yang wajar, karena datangnya pasti. Ketakutan karena sebagai umat beragama,  merasa belum siap jika ajal tiba-tiba menjemput, padahal amal ibadahnya dirasa masih kurang. Atau pasrah karena sadar jika ajal pasti menjemput tanpa diminta, kapan saja, di mana saja.

Ajal menurut KBBI adalah batas hidup yang telah ditentukan oleh Tuhan. Manusia tak dapat lari, tak dapat menghindar ataupun tak dapat menolak. Jika Tuhan sudah menghendaki, maka malaikat Izrail akan melakukan tugasnya, menemui calon mayat, dan selanjutnya memisahkan nyawa dari jasadnya.

Berikut ini, ada dua kisah  tentang ajal yang kontradiktif sebagaimana judul tulisan ini, menjemput ajal dan dijemput ajal. Kedua kisah tersebut adalah kisah nyata yang saya dengar dan saya ketahui dalam beberapa minggu terakhir ini.

**

Menjemput Ajal

Namanya Rendy (nama samaran), berumur 27 tahun. Seorang Pekerja Migran Indonesia yang bekerja di salah satu negara ASEAN. Kabar terakhir yang diterima dia telah menjemput ajalnya sendiri. Rendy sengaja nekat menghabisi nyawanya di staf house perusahaan tempatnya bekerja. Penyebab dirinya nekat dikarenakan masalah asmara. Hal ini diceritakan oleh sahabat dekatnya. Namun secara jelas detailnya tidak diketahui.

Apa konsekuensi dari sengaja menjemput ajal, atau menghabisi nyawanya sendiri? Salah satunya adalah asuransi di negara penempatan tersebut, tidak terima klaim asuransi jika penyebab kematian adalah bunuh diri. Maka jika tidak ada asuransi secara otomatis biaya pemulangan ke Indonesia harus ditanggung keluarganya. Sedangkan biaya pengiriman jenazah antar negara itu sangatlah mahal, bagi kelas ekonomi menengah ke bawah.

Yang kedua, dalam pandangan agama Islam bunuh diri bukan termasuk mati syahid. Meskipun tujuan Rendy ke luar negeri adalah sangat mulia, yaitu bekerja mencari nafkah untuk membantu dan meningkatkan taraf hidup dirinya dan keluarganya.

Islam dengan tegas menyatakan jika bunuh diri itu ialah perbuatan yang dilarang dan dibenci oleh Allah Ta'ala. Perbuatan haram dan dosa besar dengan ancaman dimasukkan ke neraka, yang akan kekal di dalamnya.  Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Surah An-Nisa ayat 29-30 (Silahkan di cek dalam Alqur'an)

Orang yang bunuh diri itu sungguh telah melakukan perbuatan yang sangat merugi karena mengalami tiga penderitaan yaitu penderitaan saat memutuskan nekat mengakhiri hidup, penderitaan saat kematian, dan penderitaan saat dirinya divonis kekal dalam neraka.

**

Dijemput Ajal

Namanya Bagas (nama samaran), berumur 24 tahun. Seorang Pekerja Migran Indonesia yang bekerja di salah satu negara anggota ASEAN. Kabar terakhir ditemukan dilaut dalam keadaan sudah tidak bernyawa, setelah dua hari dinyatakan hilang kontak ketika sedang bekerja sebagai nelayan, untuk mencari ikan di laut, bersama rekan-rekan yang lain.

Menurut keterangan saksi yaitu rekan Bagas yang berasal dari negara lain, menyatakan jika kapal penangkap ikan telah tersapu ombak, hingga pecah tak terbentuk. Mereka sesama rekan masih sadar saat itu, dan berusaha untuk bertahan hidup di tengah laut. Bagas dan rekan teamnya masih bisa berkumpul dalam satu serpihan kayu yang tersisa, sehingga mereka sama-sama saling menguatkan untuk bisa bertahan hidup.

Namun takdir Bagas adalah dijemput ajal. Dia meninggal saat di temukan oleh petugas, setelah hilang selama dua hari. Sementara ada rekan yang lain ditemukan dalam keadaan pingsan, dan masih bisa diselamatkan.

Berbeda dengan kasus Rendy diatas, kasus Bagas ini dikategorikan kecelakaan dalam bekerja. Jadi Bagas dan keluarganya berhak mendapatkan kompensasi dari pihak asuransi yang di klaim. Salah satunya pengiriman jenazah akan ditanggung oleh pihak asuransi di negara penempatan.

Dalam pandangan Islam jika seseorang meninggal karena tenggelam di laut bisa di kategorikan meninggal dalam keadaan syahid. Syahid dimaksud adalah meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, yang artinya akhir hidup yang baik.

Seperti dalam sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, yang artinya, "Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena wabah, orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati karena tenggelam, orang yang mati karena reruntuhan, orang yang mati karena mati syahid dijalan Allah." (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Menurut pendapat penulis, Insyaallah,  Bagas meninggal dalam keadaan syahid. Karena niatnya yang sangat mulia mencari rizqi sampai di luar negeri, semata-mata untuk membantu dirinya agar mandiri dan juga keluarganya agar berkecukupan.

**

Ajal itu merupakan salah satu perkara yang dirahasiakan oleh Allah kepada hambanya. Sebagai hamba yang beriman kepada Allah, maka tugas hamba adalah pasrah dan menyerahkan hakekat takdir ajal itu kepada Allah, Yang Maha Pencipta.

Tidak ada seorangpun yang tahu, kapan dirinya akan dijemput malaikat Izrail. Walaupun seseorang itu memutuskan untuk menjemput ajal. Jika belum ditakdirkan mati, maka tidak akan mati. Tuhan lebih berkuasa atas segalanya, karena Tuhan Maha Kuasa.

Hikmah dari kisah yang kontradiktif diatas, bahwasanya setiap yang hidup pasti akan mati. Setiap diri, harus siap dijemput ajal dimanapun berada. Selagi napas masih menemani raga, masih ada kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik, bertaubat, dan berniat segala langkah karena ibadah kepada Allah, Tuhan semesta Alam.

Alangkah indahnya hidup ini, jika setiap insan, tidak pernah sekalipun berpikiran untuk memilih menjemput ajalnya sendiri. Seberat apapun masalah yang dihadapi, pasti ada solusinya. Karena Tuhan akan memberikan kemudahan setelah kesulitan. (Seperti Firman Allah dalam surat Al-Insyiroh ayat 6).

Masalah memang tidak bisa dihindari, jika mampu menyelesaikannya sendiri, lakukanlah. Namun jika merasa sendirian, ada keluarga, kerabat, teman, ataupun intansi yang sesuai, untuk sharing, dan membantu memecahkan masalah dan mencari solusinya.

Selanjutnya, marilah senantiasa mengamalkan doa setiap hari setelah sholat lima waktu, memohon agar kita dijemput ajal dalam keadaan khusnul khotimah (pengakhiran hidup yang baik).

Jika manusia sudah mati, sesungguhnya akan terputus semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh (anak yang baik yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya). Semoga ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalm hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim ini bisa menjadi bahan renungan kita semua. Aamiin.

Terima kasih, semoga bermanfaat, Sekian.

**
Diyah Kalyna
Bandar Seri Begawan, 29 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun