"Udah dong, Hyra gitu loh," ucapnya bangga membuat Mahesa tersenyum. Ia senang melihat gadis ini ceria dan percaya diri di tengah kekurangannya. "Ayo, Kak. Kita belajar," ajaknya semangat.
"Yuk," sahutnya. Lalu membantu Mahyra berdiri dari duduknya.
***
"Daf, beliin ini, ya?" rengek Sandrina pada Dafa sembari menunjuk tas bewarna merah.
Â
Dafa hanya mengangguk pasrah ketika kekasihnya ini merengek. Bukan takut, Dafa malas meladeninya.
Mendapat anggukan dari Dafa, Sandrina segera menyambar tas yang menarik perhatiannya. Tanpa basa-basi, ia langsung menarik lengan Dafa ke kasir bersama tas tersebut. Seperti biasa, Dafa yang akan membayar tas bernilai jutaan itu.
"Makasih, baby," ucap Sandrina manja. Tak ada respon dari Dafa, ia segera menyerahkan kartu kreditnya ketika kasir toko menyebut nominal dari harga tas.
Setelah membeli tas, keduanya keluar dari toko di mal. Sandrina masih memeluk lengan Dafa manja, sementara yang dipeluk sudah bermuka masam sembari menenteng paper bag. Sesampainya di depan eskalator, Dafa menghentikan langkahnya, diikuti Sandrina.
"Kenapa, beb?" tanya Sadrina bingung.
Dafa mengulurkan paper bag pada Sandrina. Sandrina menaikkan alis tidak mengerti. Biasanya Dafa akan membawa paper bag belanjaannya selama berjalan di mal.
"Kenapa sih? Oh, kamu mau ke toilet?" Sandrina menerima paper bagnya.
"Kita putus."