Mohon tunggu...
Hamid Patilima
Hamid Patilima Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, pembicara, dan fasilitator

Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pancasila dalam Praktik Sehari-hari

1 Juni 2020   11:35 Diperbarui: 1 Juni 2020   11:48 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajukan pertanyaan sederhana mengenai siapa yang mengadakan siang dan malam, siapa yang menyediakan oksigen? Pertanyaan lanjutan, kalau dalam kesendirian, siapa yang menjaga dan mengawasinya. Pertanyaan ini semakin kuat dengan ilustrasi dari penuturan ayah dan dibenarkan oleh bunda. Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya sering terlintas pada diri setiap anak. Tetapi kalau ini diajukan oleh ayah dan bunda. Jawaban-jawaban yang terungkap, terekam dengan baik pada diri anak.

Pertanyaan lanjutan, kalau ada mainan yang tergeletak, pemiliknya tidak diketahui. Ayah dan bunda dapat meminta tanggapan anak. Apa yang perlu dia perbuat? Mintakan juga alasan yang sederhana. Bagaimana kalau ada anak kucing yang pincang? Mengapa tidak boleh memetik daun? 

Mengapa tidak boleh menyepak anjing? Mengapa sampah harus dibuang di tempat sampah? Pertanyaan-pertanyaan ini semakin terkesan, apabila ada testimoni dari anak itu sendiri. Ini baru diskusi. Biarkan ini semua tersimpan dalam memori anak. Obrolan ini juga selalu diikuti dengan permohonan maaf dari bunda dan ayah. Kalau pernah menyalahi aturan.

Diskusi semakin seru, bila bunda menanyakan. Mengapa seseorang tidak dibenarkan menjelek-jelekan orang lain, menceritakan keburukan orang lain, kekurangan orang lain. Apalagi menyangkut ras, jenis kelamin, kedisabilitasan, suku, bangsa, agama, dan kekayaan. Mengapa orang tidak dibenarkan membuat keresahan. Lengkapi diskusinya sambil menunjukan video anarkis atau video perdamaian. Intinya dari diskusi ini anak mendapatkan pemahaman pentingnya persatuan.

Lalu, ajukan pertanyaan, mengapa ayah dan bunda dan anak-anaknya selalu bermusyawarah untuk membicarakan satu masalah guna mendapatkan solusi. Mengutamakan musyawarah daripada putusan sepihak. Satu suara daripada berbeda pendapat. Ayah atau bunda dapat melengkapi diskusi dengan cerita tentang keteguhan para Pendiri Bangsa, mereka lebih mengutamakan musyawarah daripada pandangan golongan.

Terakhir, ajak anak-anak mendiskusikan tentang pentingnya berbagi dengan sesama. Tanyakan kepada anak, mengapa ada orang kaya dan mengapa ada orang miskin. Mengapa yang berlebih harus berbagi dengan mereka yang kekurangan. Meskipun demikian, tidak ada pembenaran seseorang lebih menguasai kekayaan negeri ini secara serakah, namun harus memperhatikan orang lain.

Diskusi ini semakin bermanfaat, apabila ada kemauan, ketulusan, dan kesadaran diri dari ayah dan bunda untuk membangun karakter anak sebagai Individu Pancasilais.

Selamat Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2020.

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun