Novel Dunia Anna karya Jostein Gaarder menhadirkan isu-isu lingkungan yang berkelanjutan melalui narasi yang kaya makna. Untuk memahami kedalaman pesan yang disampaikan, kita dapat menggunakan teori semiotika dari Ferdinand de Saussure, yang memfokuskan pada hubungan antara signifier (penanda) dan signified (petanda).
Menurut Saussure, tanda terdiri dari dua komponen utama yakni:
1. Penanda (signifier): Bentuk fisik atau representasi konkret dari suatu tanda, seperti kata, gambar, atau simbol.
2. Petanda (signified): Konsep atau makna yang diwakili oleh penandatersebut.
Dalam konkeks Dunia Anna, hubungan antara penanda dan petanda dapat digunakan untuk memahami pesan yang terkait dengan isu lingkungan dan kesadaran ekologis.
Di analisis semiotika novel Dunia Anna dapat ditemukan sebagai berikut:
1. Penanda: Kupu-kupu
-Petanda: Kupu-kupu dalam novel ini melambangkan harapan, keindahan alam, dan kerentanan kehidupan. Ketika Anna bermimpi tentang kupu-kupu, penanda ini mewakili pesan bahwa keindahan alam bergantung pada keseimbangan ekosistem yang rapuh.
2. Penanda: Perjalanan waktu
-Petanda: Perjalanan Anna ke masa depan menunjukkan konsekuensi dari tindakan manusia terhadap lingkungan. Penanda ini menggambarkan urgensi perubahan dan kebutuhan untuk bertindak segera sebelum bumi mengalami kerusakan lebih parah.
3. Penanda: Dunia yang hancur