Mohon tunggu...
Divo Aurelius Tampubolon
Divo Aurelius Tampubolon Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Boom

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menciptakan Titik Balik dengan Kemauan untuk Ditempa

19 September 2024   22:23 Diperbarui: 19 September 2024   22:29 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Turning point" atau titik balik seringkali disambungkan dengan kehidupan seseorang. Orang-orang banyak menganggap bahwa ada waktu yang akan memutar balik hidupnya. Namun, "Turning point" merupakan hal yang dapat diciptakan dan tidak harus menunggu situasi dimana "turning point" tersebut muncul secara ajaib. 

Kolese Kanisius merupakan sebuah tempat yang menciptakan banyak pemimpin-pemimpin yang membuat "turning point" mereka sendiri sehingga kesuksesan dalam hidup lebih mudah diraih. Namun, menciptakan "turning point" tersebut bukanlah hal yang mudah karena perlunya mindset yang berubah dengan arah menuju kebaikan. 

Setiap orang yang ingin menciptakan "turning point"-nya perlu memiliki kemauan untuk ditempa baik oleh para pengajar dan teman maupun lingkungan, serta kegiatan-kegiatan yang sering diselenggarakan oleh Kolese Kanisius. Tentu periode ditempa tersebut tidak berisi hal-hal yang mudah, melainkan banyak hal yang sulit.

Salah satu kegiatan pelatihan kepemimpinan bagi para murid kelas 10, yaitu Ignatian Leadership Training (ILT) merupakan salah satu contoh periode waktu yang sulit. Dalam ILT, tingkat kerja sama yang tinggi, kegigihan yang tinggi, semangat yang membara, dan aspek kepemimpinan lainnya diuji dan ditempa oleh para panitia ILT. 

Tentu ILT bukanlah sebuah kegiatan yang penuh lemah lembut, tetapi berisi tantangan-tantangan keras seperti mengerjakan karangan yang sangat banyak dalam waktu singkat, bekerja sama dengan kelompok dalam melewati pos-pos berisi kegiatan yang melatih kepemimpinan, menjaga simbol angkatan (bendera angkatan) yang tentunya akan berusaha direbut oleh panitia untuk melatih kekompakan angkatan, dan lain-lain. Tentu tidak semua kanisian kelas 10 merasakan hal yang sama terhadap ILT karena mindset yang berbeda-beda. 

Namun, bagi yang menjalankan dengan serius, ILT menjadi sebuah periode yang mengingatkan para kanisian mengenai tantangan-tantangan hidup di masa depan terutama selama bersekolah di Kolese Kanisius. Bagi saya, ILT membuka mata saya mengenai berbagai tantangan yang nanti akan saya hadapi di Kolese Kanisius seperti tugas yang bertubi-tubi, manajemen waktu karena banyaknya kegiatan sekolah, dan juga tantangan akademis yang membutuhkan semangat belajar. 

Kegiatan terbesar Kolese Kanisius yang biasa diselenggarakan sekali tiap tahunnya, yaitu Canisius College Cup (CC Cup) yang merupakan sebuah perlombaan tingkat sekolah. CC Cup sendiri dikatakan kegiatan terbesar Kolese Kanisius karena diikuti oleh lebih dari 200 sekolah yang masing-masing mengirim pesertanya ke berbagai cabang perlombaan. 

Perlombaan yang disediakan juga tidak sedikit, mulai dari perlombaan olahraga seperti basket sampai cabang seni seperti modern dance juga ikut dilombakan di CC Cup. CC Cup juga membutuhkan pendanaan yang besar sehingga sponsor perusahaan yang didapat pun tidak sedikit. 

Sebagai panitia CC Cup, persiapan acara tersebut memerlukan waktu yang lama dan juga kerja sama yang tinggi oleh setiap panitia terutama koordinator. Persiapan CC Cup meliputi banyak hal mulai dari pencarian sponsor, membuat tema, dekorasi, desain baju panitia, merchandising, dan masih banyak lagi. Selain persiapan CC Cup, pelaksanaan CC Cup sendiri membutuhkan pemikiran yang kritis dari setiap panitia. 

Terkadang banyak sekali masalah-masalah mendadak yang muncul dan perlu problem solving yang baik untuk menyelesaikannya sehingga setiap panitia juga dituntut untuk mampu berpikir kritis dan juga bekerja sama dalam menyelesaikan masalah-masalah mendadak tersebut. 

Selain problem solving, para panitia yang merupakan seluruh kanisian juga harus memiliki sikap inisiatif dan inovatif supaya para  pengunjung dan peserta dapat menikmati acara CC Cup dengan nyaman. CC Cup bukanlah sebuah acara yang bisa selalu diselenggarakan menggunakan formula yang sama, melainkan kreativitas dan inovasi setiap tahunnya supaya CC Cup dapat mempertahankan keunikannya sebagai sebuah acara perlombaan. 

Tentu tidak semua panitia yang bekerja dalam CC Cup memiliki motivasi yang sama untuk menyukseskan acara tersebut karena kembali lagi kepada mindset masing-masing kanisian. Namun, bagi yang menjalankan tugasnya dengan serius, banyak pembelajaran yang dapat diambil dari CC Cup terutama mengenai problem solving dan juga kepemimpinan. 

Bagi para koordinator, CC Cup juga dapat menjadi pembelajaran bagi mereka dalam hal menyiapkan sebuah acara dari persiapan sampai selesai. CC Cup juga dapat memberikan gambaran kepada setiap panitia mengenai seberapa sulit untuk mempersiapkan dan melaksanakan sebuah acara yang sangat besar. 

Setiap panitia juga dituntut untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas CC Cup yang terkenal bagus dari tahun ke tahun. Dalam melaksanakan CC Cup, setiap panitia juga dituntut untuk mampu mengontrol emosi mereka karena banyak hal tak terduga yang akan terjadi sehingga setiap panitia harus siap akan hal tersebut dan tidak mudah menyerah. 

Pengalaman saya mengenai ILT dan CC Cup menjadi 2 aspek yang membantu diri saya dalam menciptakan "turning point". Kepemimpinan yang selalu diajarkan di Kolese Kanisius membuat saya semakin mampu dalam mencampur gagasan-gagasan dari orang lain. Pemikiran kritis yang dipelajari dari CC Cup juga meningkatkan kemampuan problem solving saya yang sangat berguna terutama dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan. 

Kegigihan yang dipelajari dari ILT juga sangat berguna karena kita tidak boleh menjadi seseorang yang mudah menyerah. Peningkatan kemampuan bekerja sama yang didapat dari ILT dan CC Cup juga menjadi bekal dalam menghadapi tantangan-tantangan baik dalam dunia perkuliahan, pekerjaan, dan juga berkeluarga nanti. Seluruh aspek-aspek tersebut yang didapat pun membuka mata dan menambah wawasan saya. 

Hal tersebut juga membuat saya menjadi sadar akan aspek-aspek yang masih kurang dalam diri hidup saya sehingga kemauan untuk mengubah hidup pun menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Kemauan untuk mengubah hidup tersebut menjadi aspek yang penting dalam menciptakan "turning point". 

Setelah adanya kemauan, maka hal selanjutnya adalah realisasi yang tentunya dapat dilakukan jika kita telah mempunyai hal-hal yang diperlukan seperti sifat kepemimpinan, kegigihan, dan lain-lain. Dengan bekal-bekal sikap dan juga kemauan yang tinggi, maka "turning point" pun dapat diciptakan sehingga kehidupan akan berubah drastis tentunya ke arah yang lebih baik. 

Kehidupan di Kolese Kanisius dapat dilihat bagaikan kami kanisian merupakan besi yang ingin diubah menjadi pedang. Kolese Kanisius dalam analogi ini berperan sebagai seorang ahli besi yang kemudian menempa besi-besi tersebut. Proses menempanya juga tidak cepat dan mudah, karena besi harus dipanaskan dan baru dapat ditempa menjadi sebuah pedang. 

Sama halnya dengan para kanisian yang melewati kegiatan berat seperti ILT dan acara rumit seperti CC Cup, lalu para kanisian akhirnya mendapatkan pelajaran yang banyak dari kegiatan tersebut sehingga mereka dapat menciptakan "turning point"-nya dan berubah menjadi manusia yang lebih baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun