Tentu tidak semua panitia yang bekerja dalam CC Cup memiliki motivasi yang sama untuk menyukseskan acara tersebut karena kembali lagi kepada mindset masing-masing kanisian. Namun, bagi yang menjalankan tugasnya dengan serius, banyak pembelajaran yang dapat diambil dari CC Cup terutama mengenai problem solving dan juga kepemimpinan.Â
Bagi para koordinator, CC Cup juga dapat menjadi pembelajaran bagi mereka dalam hal menyiapkan sebuah acara dari persiapan sampai selesai. CC Cup juga dapat memberikan gambaran kepada setiap panitia mengenai seberapa sulit untuk mempersiapkan dan melaksanakan sebuah acara yang sangat besar.Â
Setiap panitia juga dituntut untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas CC Cup yang terkenal bagus dari tahun ke tahun. Dalam melaksanakan CC Cup, setiap panitia juga dituntut untuk mampu mengontrol emosi mereka karena banyak hal tak terduga yang akan terjadi sehingga setiap panitia harus siap akan hal tersebut dan tidak mudah menyerah.Â
Pengalaman saya mengenai ILT dan CC Cup menjadi 2 aspek yang membantu diri saya dalam menciptakan "turning point". Kepemimpinan yang selalu diajarkan di Kolese Kanisius membuat saya semakin mampu dalam mencampur gagasan-gagasan dari orang lain. Pemikiran kritis yang dipelajari dari CC Cup juga meningkatkan kemampuan problem solving saya yang sangat berguna terutama dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.Â
Kegigihan yang dipelajari dari ILT juga sangat berguna karena kita tidak boleh menjadi seseorang yang mudah menyerah. Peningkatan kemampuan bekerja sama yang didapat dari ILT dan CC Cup juga menjadi bekal dalam menghadapi tantangan-tantangan baik dalam dunia perkuliahan, pekerjaan, dan juga berkeluarga nanti. Seluruh aspek-aspek tersebut yang didapat pun membuka mata dan menambah wawasan saya.Â
Hal tersebut juga membuat saya menjadi sadar akan aspek-aspek yang masih kurang dalam diri hidup saya sehingga kemauan untuk mengubah hidup pun menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Kemauan untuk mengubah hidup tersebut menjadi aspek yang penting dalam menciptakan "turning point".Â
Setelah adanya kemauan, maka hal selanjutnya adalah realisasi yang tentunya dapat dilakukan jika kita telah mempunyai hal-hal yang diperlukan seperti sifat kepemimpinan, kegigihan, dan lain-lain. Dengan bekal-bekal sikap dan juga kemauan yang tinggi, maka "turning point" pun dapat diciptakan sehingga kehidupan akan berubah drastis tentunya ke arah yang lebih baik.Â
Kehidupan di Kolese Kanisius dapat dilihat bagaikan kami kanisian merupakan besi yang ingin diubah menjadi pedang. Kolese Kanisius dalam analogi ini berperan sebagai seorang ahli besi yang kemudian menempa besi-besi tersebut. Proses menempanya juga tidak cepat dan mudah, karena besi harus dipanaskan dan baru dapat ditempa menjadi sebuah pedang.Â
Sama halnya dengan para kanisian yang melewati kegiatan berat seperti ILT dan acara rumit seperti CC Cup, lalu para kanisian akhirnya mendapatkan pelajaran yang banyak dari kegiatan tersebut sehingga mereka dapat menciptakan "turning point"-nya dan berubah menjadi manusia yang lebih baik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H