Mohon tunggu...
Diva Syafa
Diva Syafa Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Qanda

Saya suka meluapkan perasaan saya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta tapi Benci

9 September 2023   19:48 Diperbarui: 9 September 2023   19:56 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sangat bahagia hari ini karena dilamar oleh kekasihku. Kami sudah pacaran selama 6 tahun lamanya. Ya, mungkin itu terbilang lama dan membosankan, tapi bagiku mengenalnya adalah hal yang terindah dan aku tidak pernah bosan padanya sedikitpun. Aku mengenalnya sejak awal semester.

Meskipun kami beda jurusan, tapi sering ikut event bareng disebuah organisasi kampus. Waktu itu aku tersanjung melihatnya pertama kali, bukan karena parasnya yang tampan, tapi karena skill public speakingnya yang melihat sesuatu dari sisi positifnya. Dari situlah aku mulai kagum padanya hingga akhirnya kami jadian setelah 2 bulan kenalan dan aku speechless dengan dia melamarku secara romantis hari ini.

"Aku speechless, sayang!" ucapku dengan mata berkaca-kaca memandang tulisan Will you marry me disebuah pantai kepada Dino.

"Kamu suka dengan semua ini Rina, sayang?" tanya Dino seraya menggigit steak ala candle light dinner di pantai itu.

"Iya, aku sangat happy, sayang. Thank you!" ucapku seraya menyeruput minuman yang ada didepanku.

Dino mengangguk dan tersenyum sumringah dengan perkataanku. Sebuah cincin berlian melingkar di jari manisku. Sungguh aku terharu dengan semua ini. Aku sudah dewasa dan sudah saatnya untuk memulai kehidupan yang baru dengan pasanganku. Tinggal satu langkah ini untuk kami bersatu bersama cinta suci ini.

Semenjak kejadian 6 tahun yang lalu, yang merenggut nyawa adikku, aku selalu terlihat murung karena Gita pergi begitu cepat meninggalkan kami semua. Semenjak kehadiran Dino, aku bisa tersenyum sedikit hingga aku bahagia sampai saat ini. Moment ini tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku dan akan kuceritakan pada anak cucuku kelak.

"Sayang, kamu kenapa senyum-senyum begitu? Apa kamu sudah nggak sabar menjadi Nyonya Dino?" tanya Dino seraya tersenyum sumringah kepadaku.

"Apaan sih, sayang. Nggak kok, cuma... Mau tau aja atau mau banget?" tanyaku seraya meledek Dino.

"Mending aku nggak tau!" ucap Dino singkat seraya mencembungkan pipinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun