Mohon tunggu...
Diva Syafa
Diva Syafa Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Qanda

Saya suka meluapkan perasaan saya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta atau Sahabat

4 September 2023   17:45 Diperbarui: 4 September 2023   18:16 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menghentikan tindakan Bagas karena memalukan dihadapan orang banyak. Tanpa aku sadari, Fitri sudah berdiri dihadapanku. Karena barusan melihat Fitri, aku pun menyuruh Fitri kesini dan menceritakan kalau aku dan Bagas sudah jadian. Tapi, keliatannya Fitri tak suka kami jadian. Mungkin Fitri berpikir kalau kami akan meninggalkannya. Aku mencoba meyakinkan Fitri.

"Fit, walaupun kami jadian, kami akan terus menjadi sahabatmu. Cuma status kami aja yang beda, tapi kita bertiga tetap sahabatan!" ucapku seraya memeluk Fitri.

"Iya, aku tau kok!" ucap Fitri singkat kepadaku seraya melepas pelukanku.

Entah kenapa, aku merasa kalau Fitri dari tadi sikapnya aneh ke kami. Padahal, kami jadian atau tidak, kita akan tetap sahabatan. Aku menepis perasaanku ini karena melihat sikap Fitri. Mungkin Fitri shock karena tiba-tiba kami jadian. Aku juga tidak nyangka akan jadian dengan sahabat sendiri. Aku mengajak Fitri untuk ngobrol, tapi dia seakan acuh tak acuh dengan kami. Mungkin Fitri perlu menyesuaikan diri dengan status kami saat ini. Kami akan beri Fitri waktu hingga dia bisa bersikap seperti saat kami mengenalnya awal menjadi anak kuliahan.
***
Beberapa bulan kemudian, Fitri semakin menjauh dari kami. Dia selalu saja menghindar dari kami jika diajak nongki bareng. Padahal, hal ini adalah hal wajib kami nongki setiap minggunya untuk melepas penat setelah aktivitas kuliah yang padat. Semenjak aku jadian dengan Bagas, kami jarang ngumpul bertiga. Aku rindu suasana yang dulu kemana-mana bertiga.

"My Queen, sudahlah. Mungkin Fitri sibuk dengan aktivitasnya di kampus yang banyak ikut organisasi. Lain waktu kita ajak dia, ya. Please jangan cemberut My Queen, nanti cantiknya hilang loh!" ucap Bagas seraya membelai rambutku.

"My King, tapi aku rasa ada yang mengganjal di hatiku setelah kita jadian. Iya, lain waktu kita ajak Fitri untuk ngomong terus terang ke kita ada apa sebenarnya!" ucapku seraya tersenyum paksa di depan Bagas karena tidak ingin berdebat dengannya.

Keesokan harinya, setelah perkuliahan selesai, aku dan Bagas mengajak Fitri untuk ngobrol di taman kampus. Alhamdulillah Fitri mau diajak ngobrol kali ini dan semoga ada titik terang ada apa sebenarnya dengan Fitri selama ini. Aku tidak mau jika Fitri ada masalah dan disimpan sendiri. Padahal, kami sahabatnya mau mendengarkan keluh kesahnya dan mencarikan solusinya.

Sesampainya di taman kampus, aku dan Bagas menghampiri Fitri yang sedang bermain gawai. Aku menepuk pundak Fitri dan tersenyum sumringah kepadanya, tapi Fitri hanya tersenyum paksa. Fitri yang tidak mau basa basi pun meminta kami untuk bicara to the point kepadanya karena tiga puluh menit kemudian Fitri ada acara kampus.

"Fit, ada apa sebenarnya? Kenapa kamu seakan mengacuhkan kami? Please jawab, Fit!" ucapku seraya memohon kepada Fitri.

"Oke, aku akan jawab. Semenjak aku mendengar kalian jadian di depan mataku, aku sebenarnya cemburu karena aku juga mencintai Bagas semenjak pertama bertemu. Aku menghindar dari kalian karena aku tidak ingin merusak hubungan kalian. Aku menyibukkan diri di beberapa organisasi kampus agar bisa melupakan Bagas dan hubungan kalian. Tapi, tidak bisa Miranda. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama pada Bagas. Karena sesak didadaku tak tahan lagi, aku minta kalian milih antara cinta atau sahabat?" tanya Fitri dengan mata berkaca-kaca kepada kami.

"Fit, maafkan aku. Aku tidak tau kamu mencintai Bagas. Tapi, aku cinta sama Bagas dan kamu adalah sahabatku. Aku tidak bisa memilihnya karena itu adalah pilihan yang sulit Fitri!" ucapku dengan mata berkaca-kaca kepada Fitri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun