Sejak kecil aku sering bersama Reihan karena kami tetanggaan. Setiap hari kami bermain bersama, kadang sampai lupa waktu. Saat itu pernah kami kena marah orangtua masing-masing hanya karena pulang hampir waktu Maghrib tiba. Hingga dewasa pun kami tetap bermain bersama. Yang namanya sahabatan cowok cewek itu tidak ada yang murni. Saat ini aku masih kuliah dan juga sekampus dengannya, tapi kami beda jurusan. Aku mengambil jurusan Bisnis, sedangkan ia mengambil jurusan Manajemen. Jika jadwal kuliah kami sama, aku selalu bergoncengan dengannya. Pokoknya kalau sama dia, aku merasa nyaman dan tenang, tanpa ada beban.
Keesokannya harinya aku menjalani hari-hariku bersamanya. Bukan berarti aku tidak mempunyai sahabat selainnya, ada, tapi hanya sebatas kampus dan bermain yang dekat-dekat saja. Kalau di rumah, ya memang dia yang paling mengerti aku dan bisa diajak kemanapun kalau lagi gabut.
"Kinan, kita mau kemana hari ini? Bosan aku di rumah terus. Lagian hari ini aku nggak ada jadwal ngampus!" ucap Reihan kepadaku seraya duduk di teras rumahnya.
"Hmmm... gimana kalau kita jogging aja sore ini. Sekalian kulineran, kan enak tu sore-sore gini pasti banyak yang jualan disina!" ucapku kepada Reihan.
"Ide yang bagus. Yuk, siap-siap, nanti kesorean. Bisa-bisa kita dimarahin orangtua kita kalau pulangnya Maghrib!" ucap Reihan kepadaku.
"Siap, Pak Reihan!" ucapku singkat seraya hormat seperti hormat bendera kepada Reihan.
Setelah siap-siap, kami pun berpamitan dengan orangtua masing-masing. Setelah diizinkan, baru kami berangkat menggunakan kendaraan roda dua milik Reihan menuju stadion utama untuk jogging disana. Ternyata disana sudah rame muda-mudi yang jogging disana. Kami pun jogging disana. Pertamanya kami jalan biasa, setelah itu kami lari-lari kecil supaya badan kami sehat karena sudah seminggu tak berolahraga. Seminggu disibukkan dengan aktivitas kuliah yang monoton membuat kami merasa jenuh dan butuh refreshing, tapi sekalian biar badan sehat juga jogginglah pilihan kami.
Selesai jogging, nafas kami yang terengah-engah karena berlari membuat kami butuh istirahat dan selonjoran di taman dekat stadion. Setelah dirasa agak enakan, barulah kami minum air putih dan segera berjalan menapaki stand demi stand untuk jajan sekedar ingin mencoba menu baru saja. Setelah jajan, tiba-tiba Reihan meraih tanganku dan kami pun berhadapan.
"Reihan, ada apa?" tanya singkat kepada Reihan.
"Kinan, selama ini kita sudah bersama dan aku kira perasaan ini hanya seperti seorang sahabat yang menyayangi sahabatnya. Tapi, seiring berjalannya waktu, rasa itu tumbuh menjadi rasa suka dan cinta melebihi seorang sahabat. Kinan, kamu mau nggak jadi pacarku?" tanya Reihan kepadaku.
Aku diam mematung mendengar perkataan Reihan. Aku tidak menyangka jika dia menyukaiku dan aku juga mempunyai perasaan yang sama hingga aku terbangun dari lamunanku.
"Hei, Kinan, aku masih disini. Kalau kamu kaget dan belum bisa jawab sekarang, nggak apa-apa kok. Aku kasih kamu waktu untuk menjawabnya!" ucap Reihan kepadaku.
"Reihan, maaf aku nggak bisa!" ucapku singkat kepada Reihan.
"Aku tau, kamu pasti tidak akan bisa menerimaku karena menganggapku sahabat, tidak lebih kan!" ucap Reihan dengan nada kecewa kepadaku.
"Reihan, maaf aku nggak bisa menolakmu karena aku mempunyai perasaan yang sama sepertimu!" ucapku. seraya tertawa renyah kepada Reihan.
"Nakal ya kamu!" ucap Reihan seraya memelukku dan akupun juga membalas pelukannya.
Saat ini aku sudah jadian bersama sahabatku sendiri, bisa dikatakan sahabat jadi cinta. Dunia terasa indah dan kami selalu menghabiskan waktu bersama. Waktu Maghrib pun tiba, kami bergegas untuk segera sampai rumah agar tidak diomelin orangtua kami. Dugaan kami benar, sudah sampai rumah, kami kena omel dan ceramah panjang dari orangtua kami. Kami pun minta maaf berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Akhirnya orangtua kami memaafkan kami.
***
Keesokan harinya jadwal kuliah kami sama hanya sampai waktu Zuhur saja. Sepulang ngampus, kami berencana nonton film horor di bioskop karena dari trailernya filmnya itu viral dan kelihatannya kami suka. Kami pun tancap gas menggunakan kendaraan roda dua milik Reihan kekasihku. Sesampainya disana, tiba-tiba Reihan merasa pusing dan hidungnya berdarah hingga ia tak sadarkan diri. Aku panik, lalu aku bersama petugas di bioskop mengangkat Reihan ke ambulance menuju rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, aku menangis dan menyebut terus nama Reihan. Perawat disana mencoba menenangkanku. Setelah aku agak sedikit tenang, aku pun menghubungi orangtua Reihan dan mereka akan segera menuju rumah sakit. Â Aku pun berdoa dalam hati, semoga Reihan tidak kenapa-napa, hanya kecapekan saja.
Sesampainya di rumah sakit, Dokter langsung memeriksa keadaan Reihan dan aku pun disuruh menunggu di luar ruangan. Beberapa menit kemudian, orangtuanya Reihan menghampiriku dan menanyakan gimana kejadiannya hingga Reihan sampai masuk rumah sakit. Aku pun menceritakan semuanya kepada orangtuanya Reihan. Dokter pun keluar dan berbicara dengan kedua orangtuanya Reihan.
"Dok, gimana keadaan anak saya?" tanya Mama Reihan kepada Dokter.
"Anak Ibu kanker darahnya kambuh lagi dan kanker ini menyebabkan Reihan harus dirawat dulu disini. Biasanya Reihan kesini sendiri untuk kontrol penyakitnya!" ucap Dokter kepada Mama Reihan.
"Kanker darah, Dok? Saya tidak tau Reihan terkena kanker darah dan sering kontrol kesini. Sudah berapa lama Reihan kontrol kesini, Dok?" tanya Mama Reihan kepada Dokter.
"Jadi, Reihan tidak pernah memberitahu orangtua Bapak atau Ibu. Sudah 6 bulan belakangan ini, Bu. Ibu sekarang kondisi Reihan lagi lemah dan Reihan umurnya tidak akan lama lagi karena Reihan mengidap kanker darah stadium 4!" ucap Dokter kepada Mama Reihan.
"Ma, sabar Ma. Kita berdoa supaya Reihan bisa segera sembuh!" ucap Papa Reihan kepada Mama Reihan seraya menenangkannya.
Mama dan Papa Reihan pun menjenguk Reihan ke dalam ruangan. Tak tega lihat Reihan dalam kondisi lemah tak berdaya gini ditambah lagi Reihan menyembunyikan semua ini dari kami. Tidak seorang pun yang Reihan beri tahu soal penyakitnya. Dunia terasa suram melihat kenyataan ini dan aku ingin Reihan segera sembuh.
Sudah dua hari dan akhirnya Reihan sadar juga. Senyum terbit kembali di wajahku dan aku pun segera menjenguknya ke dalam setelah orangtuanya. Reihan kelihatan pucat dan aku sedih melihat kondisinya. Tak terasa, cairan bening itu jatuh di kedua pipiku. Reihan mengusap cairan bening itu dan membujukku. Ada satu pesan Reihan yang membuatku sedih, Reihan pesan kepadaku untuk selalu bahagia dan menjaga kedua orangtuanya jikalau dia nggak ada nanti. Reihan juga berpesan agar aku harus terus melanjutkan kehidupanku meskipun tanpa ada dirinya disisiku.
Selesai Reihan bicara kepadaku, tiba-tiba Reihan drop dan aku pun memanggil0 Dokter. Aku pun disuruh keluar karena Dokter akan memeriksa kembali keadaan Reihan. Lama kami menunggu, hingga akhirnya Dokter keluar dari ruangan itu dengan keadaan lesu.
"Bapak, Ibu, maaf, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkendak lain. Reihan kondisinya terus melemah dan tidak bisa tertolong!" ucap Dokter kepada Mama dan Papa Reihan.
"Tidak....!" ucap Mama Reihan singkat seraya berlari menuju ruangan Reihan.
"Tenang, Ma!" ucap Papa Reihan singkat seraya berlari mengejar Mama Reihan.
Aku pun duduk tersungkur di lantai rumah sakit. Tangisku pecah mendengar kabar dari Dokter. Ternyata pesan dari Reihan adalah pesan terakhir yang dia ucapkan sebelum dia meninggal. Selamat jalan kekasihku, terimakasih untuk semuanya. Namamu akan tetap terkenang di hatiku, meskipun nanti aku menemukan penggantimu. Aku bermonolog dalam hati.
Di rumah sakit, jenazah Reihan dimandikan terlebih dahulu. Setelah itu, baru kemudian dishalatkan di masjid dan dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya. Reihan, aku akan tetap mencintaimu, meskipun cinta kita terhalang oleh batu nisan. Terimakasih sudah menjadi sahabat sekaligus kekasih terbaik buatku. Kamu akan selalu ada didalam hatiku dan aku berjanji akan menyempatkan datang kesini untuk menjengukmu.
~END
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H