Aku pun terbangun dari mimpiku. Kukira itu nyata, ternyata hanya mimpi karena mimpi itu seperti pernahku alami sebelumnya. Entahlah, mungkin hanya pikiranku saja karena kejadian tak mengenakkan tadi. Aku hanya sendirian di rumah karena orangtuaku lagi di luar kota. Kadang Bi Ina, asisten rumah tangga yang setia menemaniku hingga terlelap.
***
Keesokan harinya aku berangkat bareng Gilang, pacarku. Sesampainya di sekolah, di koridor sekolah dekat gudang, kami dikejutkan dengan sosok yang kulihat kemarin. Dia menampakkan dirinya kepadaku dan Gilang. Kami terkejut, apalagi Gilang yang melihat kejadian tersebut secara live. Kami pun berlari sekencang mungkin hingga sampai di kelasku dan Gilang kembali ke kelasnya.
Saat jam istirahat dan semuanya ke kantin, aku dan Gilang sepakat untuk tinggal di kelas. Kami ingin tahu lebih lanjut siapa sosok seram berseragam putih abu-abu yang meneror kami tadi. Gilang pun menuju ke kelasku dan melihatku sendirian di dalam kelas. Sesaat setelah Gilang masuk ke kelasku, sosok itu muncul kembali dengan wajah seram, tetapi sesekali aku melihat sosok putih yang tersenyum kearah kami, seperti tidak asing wajahnya. Aku pun terperanjat dan sadar bahwa sosok yang ada dihadapan kami adalah sahabatku dulu.
"Cindy? Itu elo? Kenapa lo teror gue? Bukan lo udah mati?" tanya dengan berduyun pertanyaan kepada sosok itu.
"Iya, gue Cindy dan gue udah mati. Gue mati bunuh diri karena lo. Lo tau gue suka sama Gilang, tapi lo rebut Gilang dari gue. Dan lo Gilang, lo bilang bakal pacarin gue setelah lulus, tapi buktinya lo pacarin sahabat gue sendiri. Kalian nggak ngerti perasaan gue. Sekarang gue pengen kalian berdua ikut gue ke neraka. Hihihihi...!" ucap sosok yang ternyata adalah Cindy, sahabatku dulu.
"Maafkan aku, Cindy. Aku nggak bermaksud ngambil Gilang dari lo. Gilang bilang, dia nggak cinta sama lo. Gilang cinta sama gue, tapi karena nggak enak nyakitin perasaan lo, makanya dia bilang gitu!" ucapku dengan nada takut kepada sosok Cindy.
"Ini bukan salah Dira, Cindy. Ini salah gue, gue cinta sama Dira. Semenjak lo bilang suka sama gue, gue nolak lo secara halus dengan alasan itu. Gue nggak nyangka lo bakalan bunuh diri. Jadi, kalau lo mau marah, marah sama gue dan gue siap ikut lo!" ucap Gilang kepada sosok Cindy.
"Nggak, kalian berdua sama-sama salah. Dira sudah merebut semuanya dari gue. Mulai dari juara kelas, juara olimpiade, dan lo Gilang. Kalian tau nggak, nyokap gue nyiksa gue jika gue nggak dapat juara 1 dan nggak juara olimpiade. Kalian nggak ngerti rasanya jadi gue, ditambah lagi sahabat gue sendiri pacaran dengan orang yang gue suka. Dunia tidak adil buat gue, makanya gue nekat bunuh diri!" ucap sosok Cindy dengan mata merah dan melihat tajam kearah kami.
Bel pun berbunyi, namun sosok Cindy tetap berdiri dihadapan kami. Teman-teman kami di kelas shock atas sosok Cindy. Hingga ketiga sahabatku mulai percaya dengan apa yang kuucapkan kemarin. Mereka melihat kami diatas dinding bersama sosok Cindy yang ingin membawa kami ke alamnya. Lalu ketiga sahabatku memanggil guru agama kami yang juga sebagai Ustadz di salah satu MDA.
"Tenanglah Cindy, setan akan memperdaya kamu jika seperti ini!" ucap Ustadz kepada sosok Cindy.
"Ustadz, mereka penyebab saya bunuh diri dan mereka harus menanggung akibatnya!" ucap sosok Cindy kepada Ustadz.
Ustadz pun kewalahan dengan sosok Cindy yang telah bersekutu dengan setan. Lalu, Ustadz membacakan Surah Yasin dan Surah An-Nas agar Cindy tenang dan kembali ke alamnya. Awalnya sosok Cindy melawan, tapi hawa panas akibat ayat Al-Qur'an yang dibacakan Ustadz membuat sosok Cindy kembali ke alamnya. Sebelum itu Ustadz berpesan kepada sosok Cindy untuk ikhlas dengan semuanya agar dia tenang di alam sana. Alhamdulillah sosok Cindy pun kembali ke alamnya.
Akhirnya SMA Cinta Damai kembali beraktivitas seperti biasanya dan sekali seminggu, kami menyempatkan untuk pergi ke makamnya Cindy dan semoga Cindy ikhlas dan tenang di alam sana. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran buat kami untuk selalu memperhatikan dan menanyakan masalah teman kami, bukan acuh seperti dulu.
~END