Mohon tunggu...
Diva Syafa
Diva Syafa Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Qanda

Saya suka meluapkan perasaan saya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Maafkan Aku, Cindy

12 Agustus 2023   16:19 Diperbarui: 12 Agustus 2023   16:22 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels.com/Bayram Er

Hari ini adalah hari pertama aku masuk ke sekolah setelah libur semester 2. Saat ini aku kelas XI atau lebih tepatnya kelas 2 SMA. Seperti biasa, aku langsung masuk ke kelas dan pelajaran pun dimulai. Saat istirahat, sahabatku duluan ke kantin karena aku mau nyelesain dulu tugas dari guru Ekonomi tadi.

Saat aku menulis, ada sesuatu yang mengikutiku dari tadi. Aku berhenti menulis dan mencoba menelusuri meja demi meja dan berjalan untuk mengitarinya. Memang tidak ada yang aneh, tapi saat aku akan ke kantin menyusul sahabatku yang sudah duluan ke kantin, aku merasa ada sosok hitam berbaju putih abu-abu yang wajahnya sangat menyeramkan ada dihadapanku.

"Audira, hihihihi...!" ucapnya menyapaku dengan suaranya yang melengking.

Aku yang mendengar suara itu ketakutan dan berlari sekencang-kencangnya saking takutnya hingga tiba depan kantin. Ketiga sahabatku yang bernama Gina, Safira, dan Widya melihatku berjalan ngos-ngosan seperti dikejar setan pun heran melihatku.
"Lo kenapa, Di?" tanya mereka serempak kepadaku.
"Gu-gue habis lihat hantu, serem banget pokoknya!" ucapku kepada mereka.
"Mana ada hantu jam segini, Di!" ucap Safira kepadaku.
"Iya palingan hantunya takut lihat lo karena wajah lo yang sangar itu!" ucap Gina meledekku.
"Betul itu, mana ada hantu, Di. Yang ada mah hantunya takut sama lo karena tampang lo yang menyeramkan kalau lagi marah!" ucap Widya kepadaku.
"Au ah, capek ngomong sama lo, lo pada!" ucapku dengan nada kesal kepada mereka.

Aku kesal dengan ketiga sahabatku yang tak henti-hentinya meledekku. Percuma aku curhat kepada mereka karena ujung-ujungnya aku dianggap halu. Selesai makan di kantin, aku pun pergi sendiri ke taman depan kelas. Melihat indahnya bunga yang bermekaran, pohon yang rindang membuatku tenang berada disini. Setidaknya aku bisa menghilangkan sedikit ketakutan di kelas tadi.

Aku pun bertanya-tanya, siapakah sosok menyeramkan itu? Apa hubunganku dengannya? Apakah ia mengenalku atau kami pernah ada masa lalu sehingga hanya aku yang diterornya. Aku bermonolog dalam hati. Saat aku melamun seraya melihat bunga bermekaran, tiba-tiba ada seorang cowok yang menutup mataku. Ternyata dia adalah Gilang, pacarku.
"Sayang, kok kamu sendirian disini?" tanya Gilang seraya melepaskan tangannya dari kedua mataku.
"Sayang, aku tadi di kelas lihat hantu serem!" ucapku seraya memeluk Gilang.

Gilang pun melepas pelukanku. Gilang pun sama seperti yang lainnya, tak percaya padaku. Tapi, dia tetap menenangkanku agar tidak takut lagi. Semenjak kejadian itu, aku tidak mau sendirian lagi di kelas. Ke toilet pun, aku minta diantar ketiga sahabatku. Bel pun berbunyi. Gilang mengantarku ke kelasku karena kami berbeda kelas.

Pelajaran setelah istirahat pun dimulai. Aku tidak fokus karena kejadian tadi ditambah guru Matematika jelasinnya belibet buat otakku mumet dan ingin segera pulang rasanya. Tak terasa jam pelajaran pun selesai dan bel pulang pun berbunyi. Aku segera siap-siap untuk pulang ke rumah. Di pintu kelas, kulihat Gilang sudah menungguku.

Aku dan Gilang menuju parkiran motor untuk pulang. Tidak ada pembicaraan diatas motor, hanya suara motor dan hiruk pikuknya ibukota yang terdengar. Tanpa kusadari, aku sudah sampai depan rumahku. Tapi, Gilang melihatku aneh dan menyadarkanku dari lamunanku. Gilang pun besok ingin memastikan apa yang aku katakan itu benar atau tidak.

Aku pun berterimakasih kepada Gilang karena sudah mulai mempercayaiku, meskipun besok dia ingin memastikan apa yang barusan aku alami. Tak ada salahnya dia melihat secara langsung saat semuanya berada di kantin. Sesampainya di rumah, aku pun tertidur karena mengantuk. Aku pun bermimpi melihat seorang perempuan menangis dihadapanku, tapi aku tidak tahu kenapa perempuan itu menangis.

Aku pun terbangun dari mimpiku. Kukira itu nyata, ternyata hanya mimpi karena mimpi itu seperti pernahku alami sebelumnya. Entahlah, mungkin hanya pikiranku saja karena kejadian tak mengenakkan tadi. Aku hanya sendirian di rumah karena orangtuaku lagi di luar kota. Kadang Bi Ina, asisten rumah tangga yang setia menemaniku hingga terlelap.
***
Keesokan harinya aku berangkat bareng Gilang, pacarku. Sesampainya di sekolah, di koridor sekolah dekat gudang, kami dikejutkan dengan sosok yang kulihat kemarin. Dia menampakkan dirinya kepadaku dan Gilang. Kami terkejut, apalagi Gilang yang melihat kejadian tersebut secara live. Kami pun berlari sekencang mungkin hingga sampai di kelasku dan Gilang kembali ke kelasnya.

Saat jam istirahat dan semuanya ke kantin, aku dan Gilang sepakat untuk tinggal di kelas. Kami ingin tahu lebih lanjut siapa sosok seram berseragam putih abu-abu yang meneror kami tadi. Gilang pun menuju ke kelasku dan melihatku sendirian di dalam kelas. Sesaat setelah Gilang masuk ke kelasku, sosok itu muncul kembali dengan wajah seram, tetapi sesekali aku melihat sosok putih yang tersenyum kearah kami, seperti tidak asing wajahnya. Aku pun terperanjat dan sadar bahwa sosok yang ada dihadapan kami adalah sahabatku dulu.

"Cindy? Itu elo? Kenapa lo teror gue? Bukan lo udah mati?" tanya dengan berduyun pertanyaan kepada sosok itu.

"Iya, gue Cindy dan gue udah mati. Gue mati bunuh diri karena lo. Lo tau gue suka sama Gilang, tapi lo rebut Gilang dari gue. Dan lo Gilang, lo bilang bakal pacarin gue setelah lulus, tapi buktinya lo pacarin sahabat gue sendiri. Kalian nggak ngerti perasaan gue. Sekarang gue pengen kalian berdua ikut gue ke neraka. Hihihihi...!" ucap sosok yang ternyata adalah Cindy, sahabatku dulu.

"Maafkan aku, Cindy. Aku nggak bermaksud ngambil Gilang dari lo. Gilang bilang, dia nggak cinta sama lo. Gilang cinta sama gue, tapi karena nggak enak nyakitin perasaan lo, makanya dia bilang gitu!" ucapku dengan nada takut kepada sosok Cindy.

"Ini bukan salah Dira, Cindy. Ini salah gue, gue cinta sama Dira. Semenjak lo bilang suka sama gue, gue nolak lo secara halus dengan alasan itu. Gue nggak nyangka lo bakalan bunuh diri. Jadi, kalau lo mau marah, marah sama gue dan gue siap ikut lo!" ucap Gilang kepada sosok Cindy.

"Nggak, kalian berdua sama-sama salah. Dira sudah merebut semuanya dari gue. Mulai dari juara kelas, juara olimpiade, dan lo Gilang. Kalian tau nggak, nyokap gue nyiksa gue jika gue nggak dapat juara 1 dan nggak juara olimpiade. Kalian nggak ngerti rasanya jadi gue, ditambah lagi sahabat gue sendiri pacaran dengan orang yang gue suka. Dunia tidak adil buat gue, makanya gue nekat bunuh diri!" ucap sosok Cindy dengan mata merah dan melihat tajam kearah kami.

Bel pun berbunyi, namun sosok Cindy tetap berdiri dihadapan kami. Teman-teman kami di kelas shock atas sosok Cindy. Hingga ketiga sahabatku mulai percaya dengan apa yang kuucapkan kemarin. Mereka melihat kami diatas dinding bersama sosok Cindy yang ingin membawa kami ke alamnya. Lalu ketiga sahabatku memanggil guru agama kami yang juga sebagai Ustadz di salah satu MDA.

"Tenanglah Cindy, setan akan memperdaya kamu jika seperti ini!" ucap Ustadz kepada sosok Cindy.
"Ustadz, mereka penyebab saya bunuh diri dan mereka harus menanggung akibatnya!" ucap sosok Cindy kepada Ustadz.

Ustadz pun kewalahan dengan sosok Cindy yang telah bersekutu dengan setan. Lalu, Ustadz membacakan Surah Yasin dan Surah An-Nas agar Cindy tenang dan kembali ke alamnya. Awalnya sosok Cindy melawan, tapi hawa panas akibat ayat Al-Qur'an yang dibacakan Ustadz membuat sosok Cindy kembali ke alamnya. Sebelum itu Ustadz berpesan kepada sosok Cindy untuk ikhlas dengan semuanya agar dia tenang di alam sana. Alhamdulillah sosok Cindy pun kembali ke alamnya.

Akhirnya SMA Cinta Damai kembali beraktivitas seperti biasanya dan sekali seminggu, kami menyempatkan untuk pergi ke makamnya Cindy dan semoga Cindy ikhlas dan tenang di alam sana. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran buat kami untuk selalu memperhatikan dan menanyakan masalah teman kami, bukan acuh seperti dulu.
~END

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun