Aku bahagia karena masuk SMA di SMA favoritku. Nggak mudah untuk dapatkan sekolah itu karena hanya murid pintar dengan kecerdasan diatas rata-rata yang bisa masuk disana. Hari pertama sekolah tak seindah yang kubayangkan. Ada 3 murid yang tidak suka denganku. Mereka melihat penampilanku dari atas hingga bawah. Aku dibilang cupu sama mereka karena tidak stylish dan memakai kacamata. Mereka memang genk terstylish yang pernahku lihat. Tapi sikap mereka yang arogan dan angkuh membuat banyak yang tidak suka dengan mereka. Tetapi ketua genk itu sangat bossy. Namanya Reina, anak donatur sekolah yang punya perusahaan diberbagai cabang.
"Eh, lo murid disini juga. Penampilan lo nggak banget. Sepatu loe lusuh dan kacamata lo itu kampungan banget!" ucap Reina menatapku tajam dari ujung rambut ke ujung kaki.
"Iya. Perkenalkan namaku Sinta Susanto. Panggil Sinta aja!" ucapku seraya menyodorkan sebelah tanganku kepadanya.
"Ih namanya kampungan banget. Nggak usah sok asyik, loe itu bukan teman gue. Gue nggak level punya teman kayak lo yang cupu!" ucap Reina tertawa cemooh kepadaku.
"Eh cupu, nggak usah sok asyik deh lo sama si Reina. Dia nggak level temenan sama loe. Dia tu levelnya temenan sama kita yang stylish abis!" ucap salah satu genknya Reina yang bernama Keisya itu.
"Iya lo itu gak pantas temenan sama kita-kita, cupu!" ucap teman segenknya yang bernama Lidya itu.
"Aku tau kok kalian itu nggak mau temenan sama aku karena aku nggak seperti kalian yang stylish. Lagian aku nggak maksa kalian untuk jadi teman aku, setidaknya kalian perlakukan aku seperti teman sekelas yang lain, bukan seperti ini!" ucapku menatap intens Reina and the genk.
"Eh cupu, nggak usah belagu lo. Lo tau kan siapa gue? Jangan sampai beasiswa lo diambil dan lo nggak bisa sekolah disini lagi karena nggak nurutin perintah gue. Kalau udah miskin dan cupu itu, nggak usah belagu, ya kan girls?" ucap Reina tertawa cemooh kepadaku.
"Iya. Nggak usah belagu dan sok lo cupu miskin!" ucap genknya Reina nyaris serempak.
"Aku nggak belagu kok. Aku bersikap apa adanya, bukan ada apanya!" ucapku menatap tajam Reina and the genk.
Mendengar jawaban dariku membuat Reina and the genk naik pitam. Mereka mendorongku hingga terjatuh ke lantai.
"Reina hentikan semua ini. Kamu ikut saya ke ruangan kepala sekolah. Kamu juga Keisya, Lidya, dan Sinta!" ucap Bu Dina selaku guru BK di sekolahku.
"I-iya Buk!" ucap Reina and the genk nyaris serempak.
"Baik Buk!" ucapku seraya berjalan menuju ruangan kepala sekolah.
Kami pun berjalan ke ruangan kepala sekolah. Ternyata Pak Indra selaku kepala sekolah sedang melihat kami dipintu masuk ruangannya. Buk Dina menceritakan semuanya kepada kepala sekolah tentang masalahku dengan Reina and the genk.
"Saya nggak nyangka kamu sangat jahat Reina. Jadi selama ini kamu sangat berkuasa atas harta papamu. Saya akan telpon papamu dan menceritakan kejadian ini!" ucap Pak Indra menatap tajam Reina.
"Ja-jangan Pak. Reina takut dimarahi Papa. Please, Pak!" ucap Reina memohon kepada Pak Indra.
"Tapi sikap kamu ke Sinta sangat keterlaluan. Ini termasuk tindakan bullying Reina. Jadi, saya harus bicara sama papa kamu, titik!" ucap Pak Indra dengan penuh penekanan.
Reina and the genk terdiam. Mereka tak bisa membantah perkataan Pak Indra lagi. Akhirnya Pak Indra menghubungi papanya Reina dan menceritakan semua kejadian tadi. Papanya Reina shock dan akan menerima hukuman apapun yang akan diambil sekolah. Reina diskorsing selama seminggu dan sebelum itu mereka harus membersihkan toilet sekolah dulu. Reina and the genk meminta maaf kepadaku dihadapan Buk Dina dan Pak Indra, tapi perasaanku mereka hanya terpaksa.
***
Seminggu kemudian Reina and the genk masuk sekolah lagi seperti biasa. Aku takut mereka dendam kepadaku karena mereka dihukum selama seminggu. Pada jam istirahat, peristiwa tidak mengenakkan pun terjadi kembali. Reina kembali mendorongku hingga terjatuh ke lantai sekolah dan menjambak rambutku.
"Aww, sakit. Reina apa salahku? Aku tidak pernah mengganggumu!" ucapku mengerang kesakitan akibat terjatuh didorong Reina.
"Salah lo banyak cupu. Lo itu sok baik, sok cari muka depan guru, satu lagi lo itu cupu! Cupu gak level temenan sama kita, ya kan girls?" ucap Reina menatapku geram.
"Iya betul girls, lo itu cupu. Sekali cupu ya tetap cupu!" ucap genknya Reina nyaris serempak.
"Salahkah jika ku cupu Reina? Kamu salah sangka padaku Reina, aku manusia biasa yang cuma ingin membahagiakan orangtuaku dengan belajar yang rajin agar menjadi juara kelas. Cuma itu yang bisaku berikan pada mereka!" ucapku mengeluarkan air bening dimataku.
"Dasar cupu. Lo itu selalu ngambil apa yang jadi hakku, mulai dari perhatian guru dan cari muka depan papaku. Mending lo pindah sekolah aja deh, jika lo masih ingin hidup!" ucap Reina seraya memegang daguku keras dan melepaskan begitu saja.
Lagi-lagi Bu Dina melihatku dibully Reina and the genk. Bu Dina geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka. Aku pun dibawa ke UKS sama Buk Dina dan diobati disana. Reina and the genk juga ngikut dibelakang. Setelah itu, aku dan mereka disuruh Buk Dina menghadap ruangan kepala sekolah. Buk Dina menceritakan kejadian yang barusan aku alami.
"Reina, Keisya, Lidya, kalian apa-apaan ini. Sikap kalian tidak mencerminkan seorang pelajar yang baik. Ternyata skorsing tidak cukup menyadarkan kalian. Saya akan berunding dengan guru-guru selama 30 menit tentang tindakan apa yang harus diambil terkait masalah ini!" ucap Pak Indra menatap tajam mereka.
"Tapi Pak, Reina cuma nggak mau dia ambil apa yang jadi hak Reina. Dia sudah ambil semuanya dari Reina, termasuk perhatian Papa dan juara kelas. Reina iri dengan apa yang dimilikinya sekarang Pak!" ucap Reina menangis tersedu-sedu.
Aku terdiam mendengar perkataan Reina. Jadi, selama ini dia iri denganku. Padahal, aku tak pernah mengambil apa yang menjadi haknya. Dia sendiri yang merasa begitu, apa dia pikir dengan membullyku semuanya akan menjadi miliknya.
Setengah jam kemudian.
Akhirnya keputusan guru sudah bulat untuk memindahkan Reina and the genk ke kelas lain. Mereka menerimanya karena jika mereka membantah, mereka akan dikeluarkan dari sekolah ini. Jika kejadian ini terulang kembali, maka mereka benar-benar disuruh angkat kaki dari sekolah ini.
Aku lega dengan keputusan guru terhadap Reina and the genk. Aku menjalani hari-hariku di sekolah bersama teman yang lain dengan bahagia. Kecupuanku tidak dianggap hal yang aneh bagi teman-teman sekelasku. Mereka memperlakukanku selayaknya teman yang lain. Sementara Reina and the genk tetap saja memanggilku cupu jika bertemu di kantin, tapi mereka tidak berani lagi menggangguku. Salahkah jika ku cupu? Apa ada peraturan di sekolah ini untuk berpenampilan stylish? Disini bukan ajang miss universe. Nggak bakal ada peraturan sekonyol itu di sekolah.
~END~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H