Alpha Female adalah sebutan yang cukup familiar terdengar disekitar kita. Ini adalah sebutan untuk perempuan yang biasanya membuat orang terintimidasi, perempuan yang berorientasi pada kesuksesan, perempuan yang memiliki independensi tinggi, dan semacamnya. Walaupun terdengar tidak memiliki konotasi negatif, tak ayal sebutan ini menjadi cibiran kepada perempuan yang tidak menganut prinsip perempuan tradisional yang sering kali digambarkan sebagai perempuan patuh.
Sebutan alpha female awalnya digunakan para ilmuwan untuk penyebutan pemimpin dalam suatu kelompok hewan. Ini bersamaan dengan penyebutan alpha male. Namun seiring berjalannya waktu, sebutan ini mulai digunakan untuk penyebutan dalam sosial dan menjadi lebih complex. Merujuk kepada bagaimana sebutan ini awalnya digunakan, banyak yang merasa sebutan ini adalah bentuk hinaan yang memalukan. Karena awalnya, sebutan ini memang bukan sebutan untuk memuji perempuan. Alpha female sebutan untuk perempuan yang mengintimidasi, perempuan yang ditakuti, perempuan yang sangat bossy.
Seiring berjalannya waktu banyak juga yang malah menganggap bahwa sebutan ini bukanlah sesuatu yang buruk. Banyak perempuan merasa menjadi alpha female berarti mereka memiliki semangat untuk meraih kesuksesan, memiliki kemampuan tinggi dalam memimpin, sehingga orang-orang terintimidasi karena kepiawaian mereka.
Contoh alpha female itu seperti apa sih? bagaimana bentuk perempuan yang mungkin melanggar stereotip 'perempuan sesungguhnya' dan menjadi alpha? Raden Adjeng Kartini atau yang biasa kita kenal sebagai RA Kartini jawabannya. Beliau merupakan sosok alpha female bagi perempuan di Indonesia.
Perjuangannya memiliki dampak besar bagi perempuan dari sabang sampai merauke. Aksinya mulai dari buku-buku yang ia tulis, sampai mendirikan sekolah untuk perempuan menjadi langkah besar pembuka akses pendidikan untuk perempuan di Indonesia.
Datang dari keluarga bangsawan sehingga ia memiliki kesempatan untuk bersekolah hingga menempuh usia 12 tahun. Sangat berbeda dibandingkan perempuan disekitar kampungnya yang tidak memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan di sekolah yang bagus sepertinya. Setelah selesai menempuh pendidikan, ia dipingit karena mengikuti tradisi.
RA Kartini pada dasarnya adalah perempuan yang cerdas. Selama dipingit dia tidak hanya berdiam diri, ia tetap menambah pengetahuan dengan membaca seperti buku Max Havelaar serta berbagai buku aliran feminis lainnya. RA Kartini kagum akan pemikiran wanita-wanita eropa yang pada saat itu lebih maju dibandingkan wanita pribumi pada masa itu.
Ia juga banyak menulis surat-surat yang berisi keluhannya tentang perempuan pribumi yang memiliki kesulitan untuk maju. Seperti tradisi dipingit, kesulitan untuk bebas menempuh pendidikan, serta berbagai adat yang dianggap menghentikan langkah perempuan untuk berjalan lebih jauh.
RA Kartini seringkali kita lihat dalam fotonya yang menggunakan sanggul dan duduk secara rapi. Namun ternyata, RA Kartini termasuk 'rebel'. Ia sering mengurai rambutnya, sampai tertawa terbahak-bahak yang notabenenya sifat terbalik dengan tuntutan masyarakat pada perempuan pada saat itu.
Aksi RA Kartini menjadi dobrakan untuk stigma dan stereotip perempuan. Perempuan banyak dituntut untuk selalu lemah lembut, selalu manut, perempuan hanya diekspektasikan untuk urusan kasur, dapur, kakus. Padahal, perempuan jauh lebih dari itu.
Perempuan dapat menjadi ibu, dapat menjadi istri, dapat menjadi guru, dapat menjadi dokter, dapat menjadi tentara, dapat menjadi professor, perempuan berhak menjadi apapun dan fokus pada karir apapun yang mereka inginkan. Perempuan memiliki kredibilitas untuk menjadi pemimpin, perempuan memiliki kecerdasan dan ketelitian yang juga sama dengan laki-laki.
Menjadi alpha female harusnya bukanlah sebuah cibiran. Semua perempuan merupakan alpha female dikehidupan mereka. Baik perempuan yang memilih untuk menjadi stay-at-home mother, sampai perempuan yang memilih untuk bekerja dibidang dengan dominasi laki-laki.
RA Kartini membuka jalan untuk perempuan dapat memiliki pilihan. RA Kartini memudahkan kita untuk dapat bersuara. Karena beliau, figur-figur perempuan hebat seperti Najwa Shihab, Sri Mulyani, dan perempuan hebat lainnya dapat lahir. Kita awalnya bahkan tidak dapat menempuh pendidikan dasar namun sekarang perempuan Indonesia dapat menempuh pendidikan sejauh yang mereka mau.
21 April lalu diperingati sebagai Hari Kartini bertepatan dengan hari lahirnya. Terimakasih Raden Adjeng Kartini, jasamu akan selalu mengalir melalui perempuan Indonesia yang akhirnya memiliki kebebasan untuk melangkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H