Mohon tunggu...
Diva Septiyandi Hidajat
Diva Septiyandi Hidajat Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hanya Seorang Manusia Biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Selain Identik Dengan Dodolnya Garut Mempunyai Domba dan Seni Ketangkasan Domba Garut

21 Agustus 2023   12:19 Diperbarui: 21 Agustus 2023   12:25 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garut, 19/8/2023. Domba garut adalah hasil persilangan dari domba lokal, domba capstaad dari Afrika Selatan, dan domba merino dari Australia. Domba-domba ini awalnya diburu secara liar sampai akhirnya diternakan oleh manusia. Domba jawa ekor gemuk sudah ada sejak lama sebagai jenis domba lokal, domba merino dibawa oleh pedagang Belanda ke Indonesia, sedangkan domba caapstad didatangkan para pedagang Arab ke tanah Jawa sekitar abad ke-19.

Hewan ini juga merupakan jenis domba tropis bersifat prolific, yaitu dapat beranak lebih dari dua ekor dalam satu siklus kelahiran. Dalam periode satu tahun, domba garut dapat mengalami dua siklus kelahiran. Domba ini memiliki berat badan rata-rata di atas domba lokal Indonesia lainnya. Domba garut jantan dapat memiliki berat sekitar 60 -- 80 kg bahkan ada yang dapat mencapai lebih dari 100 kg. Sedangkan domba garut betina memiliki berat antara 30 -- 50 kg.

Populasi domba garut terbesar di Indonesia tentunya ada di wilayah provinsi Jawa Barat dengan lokasi daerah penyebaran antara lain; Garut, Majalengka, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Indramayu, dan Purwakarta.

Bila dicermati, tanduk domba garut berbentuk khas, berbeda dengan domba lain. Sedikitnya ada empat bentuk tanduk yang menjadi favorit para penghobi domba, yakni bentuk "gayor", "golong tambang", "leang", dan "ngabendo". Penamaan tersebut menunjukkan perbedaan bentuk dan arah tumbuh tanduk. Supaya tanduk domba hitam mengilap, peternak biasanya mengoleskan minyak kemiri atau minyak kelapa pada tanduk domba. Ciri lain domba garut yaitu telinganya "rumpung" atau "ngadaun hiris" dan ekor "ngabuntut beurit" atau "ngabuntut bagong."

Domba merupakan salah satu hewan yang sangat dekat dengan manusia karena memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, domba adalah hewan ternak yang biasa dipelihara dan dibudidayakan. Domba juga memiliki beragam fungsi dan manfaat seperti penghasil pupuk organik, daging, hingga seni atau tradisi seni ketangkasan domba. Meski demikian, banyak orang yang lebih mengenal hewan ternak domba garut sebagai domba aduan yang berlaga di arena adu ketangkasan.

Dokumentasi Lapang Pusaka Balarea Leles, Cantik Group, Sabtu 19 Agustus 2023, (Foto: Dokumen Pribadi)
Dokumentasi Lapang Pusaka Balarea Leles, Cantik Group, Sabtu 19 Agustus 2023, (Foto: Dokumen Pribadi)

Ketangkasan domba garut menjadi salah satu pertunjukan berorientasi seni budaya yang sudah sangat populer di kalangan masyarakat Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Garut. Seni ketangkasan domba juga kerap dipertontonkan sebagai salah satu pertunjukan yang cukup menghibur bagi sebagian masyarakat dan peternak domba terlebih bagi peternak domba garut. Tak hanya warga setempat, seni ketangkasan domba ini bahkan menjadi salah satu daya tarik wisatawan di Garut.

 Sejarah Seni Ketangkasan Domba Garut konon bermula sejak abad ke-19 saat Kabupaten Garut dipimpin oleh Bupati Suryakanta Legawa pada sekitar tahun 1815 -- 1829. Berdasarkan berbagai informasi maupun penuturan dari para sesepuh, cikal bakal domba garut yang kerap diadu ketangkasannya tersebut berasal dari domba milik sang bupati yang bernama Si Toblo. Si Toblo adalah hasil perkawinan domba jantan yang bernama Si Dewa, dan domba betina pemberian saudara seperguruan Bupati Suryakanta yang bernama Si Lenjang.

Dikatakan domba tangkas karena memiliki seni ketangkasan yang dipadukan dengan seni pencak silat, dan dikatakan domba laga karena berlaga di lapangan yang menarik perhatian orang banyak serta memiliki unsur seni yang indah dipandang. Setelah berdirinya Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) istilah "adu" dihilangkan karena kata "adu" dinilai lebih identik dengan perjudian.

Dalam satu pertandingan biasanya terdapat tiga juri, wasit, dan bobotoh. Pertandingan juga diiringi lantunan musik yang dimainkan oleh para nayaga. Domba dibagi menjadi tiga kelas yaitu A, B, dan C. C diperuntukan untuk bobot kurang dari 65kg, B diperuntukan untuk bobot 65kg -- 75kg, dan A diperuntukan untuk bobot melebihi 75kg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun