Namun ini bukan berarti obat bagi hemofilia sudah ditemukan. Melihat betapa seringnya hemofilia masih muncul pada bayi, ini berarti bawah rantai genetik pembawa hemofilia belum terputus. Sejauh ini, yang baru ada adalah upaya untuk meringankan gejala hemofilia, yaitu pembekuan darah yang lambat dan pembekuan darah spontan.
Melihat fakta bahwa angka kematian akibat hemofilia masih dapat tertekan, ini menunjukan bahwa upaya-upaya untuk meringankan gejala dan meningkatkan kemungkinan hidup penderita cukup berhasil. Walau belum tentu pada bayi, terutama yang baru lahir. Bayi yang baru lahir pada dasarnya sangatlah lemah, jadi belum tentu upaya ini dapat seberhasil pada penderita yang sudah lebih dewasa. Jumlah bayi yang tak dapat tertolong akibat pendarahan cukup tinggi.
Dalam kasus seperti ini, biasanya bayi yang tidak tertolong mengalami pendarahan di dalam tubuhnya, salah satu contohnya adalah pendarahan intrakranial. Untuk saat seperti ini, maka operasi adalah jalan yang diambil beserta pemberian faktor pembekuan darah. Hal ini tentu tidak hanya berlaku pada bayi, terutama langkah untuk memberikan faktor pembekuan darah.
Memasukan faktor pembekuan darah dari luar ke dalam tubuh pasien adalah salah satu hal yang sangat mungkin, melihat kemajuan IPTEK saat ini, yang tidak mungkin untuk membuat faktor pembekuan darah atau mengambil dari donor. Prosedur ini sudah menjadi prosedur umum yang dilakukan untuk memperingan gejala hemofilia berupa pendarahan. Keefektifannya pun cukup teruji, pendarahan dalam kasus-kasus yang terjadi banyak yang tertolong oleh prosedur ini. Memasukan faktor pembekuan darah ini dapat dilakukan melalui infuse atau suntikan, sebab target utama dari prosedur ini ialah darah, agar dapat membeku jika terjadi luka. Faktor yang dimasukan tentu disesuaikan dengan jenis hemofilia yang diderita. Pada hemofilia B, yang disuntikan adalah faktor pembekuan 9, dan tiap minggu perlu disuntik dengan jarga tiap suntikan yang tak terbilang murah.
Tapi melihat fakta bahwa ini adalah sesuatu yang dimasukan ke dalam tubuh dan bukan buatan tubuh penderita sendiri, jelas kefektifannya bukanlah sesuatu yang bisa diandalkan untuk jangka panjang. Pemasukan yang berulang-ulang bisa saja diperlukan jika pendarahan yang terjadi terlalu hebat. Jadi, bisa dibilang, walaupun meringankan gejala hemofilia, memasukan faktor pembekuan darah dari donor maupun hasil rekayasa ilmu pengetahuan melalui infuse atau suntikan, belum menjadi solusi untuk menyembuhkan hemofilia.
Untuk sementara ini, hanya ada terapi pembekuan darah dan pemberian obat untuk peringanan gejala sebagai solusi semantara selain pemberian faktor pembekuan darah. Melihat masih adanya penderita hemofilia menunjukan jelas bahwa obat yang ada sejauh ini hanya sejauh berfungsi membantu mempermudah hidup penderita, namun belum dapat memutus rantai genetik pembawa hemofilia. Obat ini ialah antifibrinolitik yang berfungsi membantu pembekuan darah agar lebih kuat.
Perlu diingat lagi bahwa hemofilia adalah penyakit yang biasanya disebabkan oleh faktor keturunan di mana terjadi kegagalan dalam kode DNA yang mengakibatkan kurangnya faktor pembekuan darah. Faktor pembekuan darah yang harusnya dilepas ke dalam darah oleh kurang sehingga darah sukar membeku. Maka, seharusnya ada solusi agar tubuh dapat memproduksi faktor pembekuan darah. Solusi ini berupa penyuntikan hormon, melihat bagaimana hormone sangat mempengaruhi fungsi tubuh manusia. Solusi ini memang sudah ada, namun hanya berlaku pada hemofilia yang masih ringan.
Hal ini masuk akal, penyuntikan hormon ini berfungsi untuk merangsang pelepasan faktor pembekuan darah, dan pada hemofilia sedang dan berat, pendarahan spontan kerap terjadi. Tubuh manusia jelas akan kacau saat terjadi pendarahan, dan dengan fungsi pembekuan yang kurang baik bahkan nyaris gagal, penderita hemofilia jelas tidak dalam keadaan yang menguntungkan. Menyuntik memang dapat dilakukan oleh diri sendiri, tapi tetap saja sebisa mungkin dilakukan oleh tenaga profesional. Jika pendarahan spontan yang terjadi cukup hebat dan berkejadian cukup jauh dari tempat yang memiliki tenaga profesional seperti rumah sakit, maka jelas penyuntikan hormon bukan solusi yang paling baik. Sekali pun dapat menyuntik sendiri, pendarahan spontan kerap terjadi pada persendian dan otot, hal ini jelas akan membuat penderita cenderung panik dan kesulitan bergerak. Selain itu, hormon bernama DDAVP ini juga cenderung untuk hemofilia A yang masih ringan. Bukan hemofilia A berat atau hemofilia B.
Namun, jika luka yang terjadi pada penderita hemofilia, terutama yang ringan, mengompres dengan es dan membalut dengan perban masih dapat membantu untuk mempercepat penutupan luka. Sebab, penderita hemofilia masih memiliki kemampuan untuk membekukan darah, walau lebih kecil daripada orang pada normalnya. Tapi jelas ini bukanlah solusi untuk jangka panjang. Dan perlu diketahui juga, bahwa penyuntikan hormon tidak pernah memiliki harga yang murah, sementara hal ini jelas perlu dilakukan berulang-ulang dan hanya bersifat meringankan gejala, bukan menyembuhkan.
Ada juga Kriopresipitat, yang merupakan endapan dari plasma beku. Kriopresipitat ini sendiri terbukti efektif pada hemofilia tipe A yang kekurangan faktor pembekuan 8. Namun nampaknya Kriopresipitat bukanlah solusi paling baik, melihat efek samping yang ditimbulkannya ialah infeksi patogen pada darah, seperti: hepatitis B, hepatitis C, dan HIV. Banyak pasien yang telah menerima efek samping ini.
Sejauh ini, terapi genetik mungkin merupakan jawaban terbaik bagi penderita hemofilia agar dapat memiliki masa depan yang lebih baik. Terapi gen pada dasarnya ialah mengganti gen pada sel sumsum tulang pasien agar dapat memproduksi faktor pembekuan darah lebih baik melalui pemanfaatan virus bernama adenovirus yang dapat membuat hati memproduksi faktor pembekuan darah. Virus ini terutama digunakan pada hemofilia tipe B. Hasil dari terapi gen ini nampak cukup baik pada hemofilia tipe A dan B. Hal ini menunjukan bahwa terapi gen dapat berlaku pada semua jenis hemofilia walaupun tiap hemofilia berbeda penyebabnya. Tipe A kekurangan faktor pembekuan 8, B faktor pembekuan 9, dan C faktor pembekuan 11. Kebanyakan solusi cukup terikat dengan jenis hemofilia, namun terapi gen tampak lebih fleksibel.