Mohon tunggu...
Divani Truna Wijayanti
Divani Truna Wijayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Tadris IPS.

Just Introvert girl in Gen Z with her hoby exactly writing, she likes sweet foods so much, obssesed with kuromi and purple things.🍦💜✨

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbedaan Tipologi Belajar Pada Individual Peserta Didik

2 November 2024   16:01 Diperbarui: 2 November 2024   18:15 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diera modern seperti saat ini teknologi sudah semakin canggih diberbagai bidang kehidupan. Terutama dibidang pendidikan, berbagai alat dan platform untuk melakukan proses pembelajaran sudah mulai canggih. Penggunaan teknologi meningkat pada saat pandemi covid-19 kemarin. Semua sekolah ditutup dan melakukan pembelajaran dari rumah menggunakan laptop dan hp melalui aplikasi seperti google meet, zoom meet, google classroom, google form dan lainnya. Hal tersebut mempengaruhi proses pembelajaran dan tipologi belajar setiap individu peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, gaya belajar, dan preferensi yang berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti motivasi belajar, kecerdasan dan lingkungan sosial budaya. Pendekatan dalam perbedaan tipe belajar ini dimulai dari melihat bagaimana anak tersebut dibesarkan dan apa solusi yang tepat untuk memahami proses pembelajaran yang tepat. Pendidikan merupakan proses yang kompleks dan dinamis, yang tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan potensi dan kemampuan setiap anak didik 

Tipologi belajar adalah konsep yang mengelompokkan berbagai cara dan karakteristik yang digunakan individu dalam menerima, memproses, dan memahami informasi selama proses belajar. Tipologi ini berfungsi sebagai dasar dalam memahami bahwa setiap individu memiliki cara belajar yang berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor pribadi yang mempengaruhi cara mereka menyerap
dan mengolah informasi. Berikut beberapa gaya belajar dalam konteks pendidikan:

1. Gaya Belajar Visual

Pembelajar visual cenderung lebih mudah memahami informasi melalui gambar, diagram, grafik, atau warna. Mereka mengandalkan penglihatan sebagai cara utama dalam menyerap informasi. 

Ciri-ciri: Lebih tertarik pada presentasi visual, belajar lebih cepat dengan melihat daripada mendengar, dan lebih mudah memahami konsep abstrak jika divisualisasikan.


2. Gaya Belajar Auditori

Pembelajar auditori lebih mudah memahami informasi ketika disajikan secara verbal, baik melalui diskusi, ceramah, atau mendengarkan penjelasan. 

Ciri-ciri: Menyukai metode belajar dengan mendengarkan, lebih mudah mengingat informasi yang disampaikan secara lisan, dan cenderung tetap informasi keras-keras untuk mengingatnya.


3. Gaya Belajar Kinestetik

Pembelajar kinestetik cenderung memahami informasi dengan melakukan kegiatan fisik atau praktik langsung. Mereka merasa nyaman belajar melalui pengalaman atau eksplorasi langsung. 

Ciri-ciri: Suka belajar dengan bergerak atau menggunakan tangan, sulit diam dalam jangka waktu lama, dan lebih memahami materi melalui eksperimen langsung.

 
4. Gaya Belajar Multimodal

Pembelajar multimodal adalah mereka yang menggunakan kombinasi beberapa gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik) secara fleksibel tergantung pada konteks dan kebutuhan belajar. 

Ciri-ciri: Adaptif dalam berbagai situasi pembelajaran, memiliki keterampilan dalam menyesuaikan gaya belajar dengan materi yang sedang dipelajari, dan biasanya dapat belajar dengan baik dalam berbagai format.

Dalam teorinya, Gagne mengidentifikasi delapan jenis belajar yang tersusun dari jenis yang paling sederhana 7 hingga yang paling kompleks. Setiap jenis pembelajaran ini saling berkaitan, di mana jenis yang lebih sederhana menjadi fondasi untuk jenis yang lebih kompleks. Menurut taksonomi yang dikembangkan oleh Benjamin Bloom, ada enam jenis atau level pembelajaran yang dikenal sebagai Taksonomi Bloom. Model ini menggambarkan hierarki keterampilan kognitif yang dimulai dari keterampilan dasar hingga yang lebih kompleks. Jenis-jenis Taksonomi bloom yaitu: 

1. Pengetahuan

Tingkat dasar yang melibatkan kemampuan untuk mengingat informasi, fakta, istilah, dan konsep sederhana. Contoh Aktivitas: Menghafal istilah, mendefinisikan konsep, dan mengidentifikasi fakta dasar. Kata Kerja Operasional: Menyebutkan, mendefinisikan, mengidentifikasi, dan mengingat.

2. Pemahaman

Tingkat di mana siswa memahami informasi dan dapat menjelaskan atau menggambarkannya dengan kata-kata sendiri. Contoh Aktivitas: Menyimpulkan, menjelaskan, dan menggambarkan ide utama suatu bacaan. Kata Kerja Operasional: Menjelaskan, menggambarkan, menggambarkan, dan meringkas.

3. Penerapan

kemampuan untuk menggunakan informasi yang telah dipelajari dalam situasi atau konteks baru. Contoh Aktivitas: Menggunakan rumus matematika dalam soal baru, menerapkan teori ke dalam praktik nyata. Kata Kerja Operasional: Menggunakan, mengimplementasikan, menyelesaikan, dan menerapkan.

4. Analisis

Kemampuan untuk menguraikan informasi menjadi bagian-bagian lebih kecil untuk memahami struktur dan hubungan antar bagian. Contoh Aktivitas: Mengidentifikasi sebab-akibat, menganalisis argumen, menguraikan komponen dalam suatu teks. Kata Kerja Operasional: Menganalisis, menguraikan, mengkategorikan, dan membandingkan.

5. Sintesis

Kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian informasi menjadi suatu bentuk atau konsep yang baru dan kreatif. Contoh Aktivitas: Menulis esai yang memadukan berbagai sumber, merancang proyek atau eksperimen baru. Kata kerja Operasional: Menggabungkan, merancang, merancang, dan mengembangkan.

6. Evaluasi

Level tertinggi di mana siswa dapat menilai atau memancarkan sesuatu berdasarkan kriteria atau standar tertentu. Contoh Aktivitas : Menilai efektivitas metode, memberikan kritik, menilai argumen, dan membuat 10 keputusan berdasarkan bukti. Kata Kerja Operasional : Mengevaluasi, menilai, mengkritik, dan memutuskan.

Taksonomi Bloom sering digunakan oleh pendidik untuk merancang tujuan pembelajaran dan tugas yang mendorong siswa melalui tingkat keterampilan kognitif yang meningkat. Tujuan akhirnya adalah agar siswa tidak hanya menghafal atau memahami informasi, tetapi juga mampu menerapkannya, menganalisis, mensintesis, dan menyebarkan informasi dengan cara yang kritis dan kreatif. Perbedaan individual merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran. Setiap individu memiliki karakteristik yang unik dan berbeda-beda, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individual dalam belajar antara lain: 

A. Intelegensi: Tingkat kecerdasan atau kemampuan intelektual seseorang akan mempengaruhi cara belajarnya. Siswa dengan intelegensi tinggi cenderung lebih cepat menangkap materi pelajaran dibandingkan siswa dengan intelegensi rendah. 

B. Bakat: Bakat alami yang dimiliki individu akan mempengaruhi minat dan kemampuan dalam suatu bidang tertentu. Siswa dengan bakat khusus cenderung akan lebih tertarik dan berprestasi pada mata pelajaran yang sesuai dengan bakatnya. 

C. Gaya Belajar: Setiap individu memiliki preferensi cara belajar yang berbedabeda, seperti visual, auditori, atau kinestetik. Gaya belajar yang sesuai dengan karakter siswa akan mendukung keberhasilan belajarnya. 

D. Motivasi: Tingkat motivasi belajar yang dimiliki siswa akan mempengaruhi seberapa besar usaha dan ketekunan yang mereka curahkan dalam proses pembelajaran. 

E. Latar Belakang Sosial-Budaya: Kondisi lingkungan sosial dan budaya di mana siswa dibesarkan juga turut membentuk karakteristik dan cara belajarnya.

Dalam konteks pendidikan, mengenali tipologi belajar menjadi sangat penting karena dapat membantu pendidik dalam menyesuaikan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, sehingga dapat memaksimalkan potensi belajar setiap peserta didik. Selain tipologi belajar, perbedaan individual juga menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Perbedaan individual mengacu pada variasi yang ada di antara individu dalam hal kemampuan kognitif, gaya belajar, kepribadian, minat, motivasi, dan latar belakang sosial-budaya. Memahami perbedaan individual sangat krusial, terutama dalam konteks pendidikan, karena setiap siswa memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi cara mereka belajar dan bereaksi terhadap lingkungan belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun