Apa kabar ?
Ah, bukan kabar tuan.
Bukankah saya sudah bertanya tadi diawal.
Aissh..
Apa kabar ?
Apa kabar hubungan kita?
Ah, mungkin sekarang agak tabu mengucap kata ganti kita.
Baik, saya ralat.
Apa kabar hubungan saya dengan tuan?
Hubungan yang bahkan tidak sekalipun terucap kata perpisahan?
Ah, mungkin masih tertunda,
Atau mungkin saya yang terlalu tuli untuk tidak mendengarkan.
Tuan,
Saya kini tengah duduk di hadapan tuan.
Tuan hanya menatap saya dengan tatapan kawan.
Sedang hati yang tertatap ini lebam.
Tuan,
Puan di hadapanmu ini retak.
Tunggu sampai hari tuan, hingga puan ini sempurna pecah.
Tuan memang hanya diam.
Sama seperti saat saya terus bertanya kenapa. Dulu.
Tuan memang hanya diam.
Namun, karton berpita putih ini meneriakan kembali genderang perang.
Tuan,
Tuan sendiri yang mengantarkan kertas yang tercetak nama tuan dan puan yang tidak aku kenal.
Indah memang, teihat mewah.
Sedang saya yang awalnya dengan suka cita menyambut fajar yang telah kembali,
Harus dengan gemetar berucap selamat.
- sajak patah, dari puan yang patah patah.