GIZI UNESA - Masalah gangguan makan pada balita kerap menjadi kekhawatiran para orang tua. Terutama ketika anak mengalami kesulitan makan seperti anoreksia atau Gerakan Tutup Mulut (GTM), di mana balita menolak makan dan berat badannya terus menurun. Kondisi ini tidak hanya mengganggu tumbuh kembang anak, tetapi juga bisa berakibat serius terhadap kesehatan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan edukasi gizi yang tepat kepada orang tua, terutama ibu.
Di Puskesmas Candi, Kabupaten Sidoarjo, mahasiswi dari Program Studi S-1 Gizi Universitas Negeri Surabaya (UNESA), melaksanakan proyek edukasi dan pendampingan gizi bagi ibu-ibu yang memiliki balita dengan gangguan makan. Proyek ini merupakan bagian dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) Gizi Masyarakat yang bertujuan meningkatkan pengetahuan ibu tentang pola makan balita dan cara mengatasi masalah GTM.Â
Pentingnya Penerapan Pola Pemberian Makan yang Tepat
Balita yang mengalami gangguan makan, terutama anoreksia, sering kali kekurangan asupan gizi yang sangat penting. Akibatnya, pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif mereka bisa terganggu. Oleh karena itu, penerapan pola makan yang tepat menjadi sangat penting, terutama dalam hal variasi makanan, pola makan yang teratur, dan suasana makan yang menyenangkan.
Dalam studi yang dilakukan di Puskesmas Candi, ditemukan bahwa sekitar 35%Â balita yang datang ke poli gizi selama bulan Januari hingga Agustus 2024 mengalami anoreksia/gangguan makan. Gangguan ini sering disebabkan oleh penolakan anak terhadap makanan yang monoton dan tidak menarik dalam pemberian makanan sehari-hari. Maka, penting bagi para ibu untuk mengetahui pola pemberian makan makan yang lebih bervariasi dan menarik bagi anak-anak mereka.
Hasil Intervensi Gizi: Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap
Proyek edukasi ini dilaksanakan kepada tiga ibu yang memiliki balita dengan anoreksia. Sebelum edukasi dilakukan, para ibu diberikan pre-test untuk menilai tingkat pengetahuan awal mereka tentang masalah gizi balita. Setelah menerima edukasi dan pendampingan, didapati pengetahuan mereka meningkat secara signifikan.
Hasil ini menunjukkan bahwa edukasi gizi yang diberikan mampu meningkatkan pemahaman ibu tentang pentingnya pemberian makanan yang baik untuk balita. Tidak hanya itu, perubahan sikap ibu juga terlihat dalam cara mereka menangani masalah GTM pada anak-anak mereka. Setelah intervensi, para ibu menjadi lebih proaktif dalam menciptakan variasi makanan dan berusaha menciptakan suasana makan yang menyenangkan bagi anak-anak mereka.