Mohon tunggu...
Diva Fisya Anafri
Diva Fisya Anafri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Nama : Diva Fisya Anafri NIM : 43222010010 Jurusan : Akuntansi Kampus : Universitas Mercu Buana Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   15:24 Diperbarui: 12 November 2023   22:18 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itulah makna dari kesembilan simbol  dan Kesembillan nama lain  yang terdapat pada Semar, dari kesembilan simbol dan kesembilan nama lain tersebut, jika diterapkan kembali makna maknanya oleh rakyat Indonesia, bukan tidak mungkin kasus korupsi di Indonesia dapat dibenahi. Karena Semar merupakan budaya asli Indonesia. Jadi penulis rasa, penerapan tersebut sangat cocok untuk kembali membenahi moral moral rakyat bangsa ini.

Tidak sampai disini saja mengenai pembahasan Semar. Setelah kita mengetahu arti “What?” yang terkandung dalam simbol simbol dan nama lain dari  semar, selanjutnya ialah arti “Why?” yang kali ini terkandung pada senjata yang digunakan oleh Semar. Berikut penjabaran tentang mengapa senjata Semar memiliki arti juga dalam kehidupan.

(Gambar 7/Dok Pribadi)
(Gambar 7/Dok Pribadi)

Dalam pewayangan, dikisahkan bahwa Semar memiliki senjata unik, yakni "Kentut". Penulis ingin menggali makna simbolik dari senjata tersebut, meski pemahaman ini terbatas pada pandangan pribadi penulis.

Dalam narasi kepahlawanan wayang purwo/kulit, senjata menjadi unsur penting untuk meraih kemenangan dalam peperangan. Seperti pada contoh Arjuna dengan panah Pasopati, Bima dengan kuku Pancanaka, dan Sri Kresna dengan Cakra. Pewayangan juga memasukkan unsur keris sebagai senjata dari Jawa.

Tradisi memuja senjata meresap dalam budaya dan sejarah Jawa pada masa kejayaan kerajaan Hindu dan Islam, termasuk keris Empu Gandring milik Ken Arok, gada Besi Kuning Raja Balambangan, atau tombak Kyai Plered milik Panembahan Senopati.

Senjata diartikan sebagai alat untuk memenangkan peperangan atau persaingan, dan melibatkan sumber daya serta peralatan dalam bisnis dan politik, seperti informasi, sistem, strategi, prosedur, dan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pentingnya ditekankan bahwa dalam konteks Semar, senjata yang dimilikinya adalah "Kentut", bukan senjata fisik seperti panah, pedang, atau tombak. Ciri-ciri unik dari senjata "Kentut" milik Semar perlu dianalisis lebih lanjut untuk memahami alasan pemilihan senjata ini dan apakah makna simboliknya dapat diartikan dalam konteks peralatan atau sumber daya yang bersifat non-fisik, seperti informasi, strategi, atau kualitas manusia.

  1. Kentut berasal dari diri Semar sendiri, sehingga senjata ini merupakan kekuatan yang timbul dari dalam pribadi Semar, bukanlah hasil ciptaan atau produksi eksternal.
  2. Semar menggunakan senjatanya tidak untuk membunuh, melainkan lebih untuk memberikan kesadaran. Dalam beberapa lakon pewayangan, Semar menggunakan senjata "Kentut"nya untuk menghadapi resi, raja, atau ksatria yang tidak dapat dikalahkan oleh Pandawa Lima. Akibatnya, lawan tersebut "badar" atau sadar kembali pada perwujudannya yang sebenarnya, yang sering kali adalah Bhatara Guru, Bhetari Durga, dan sebagainya.
  3. Semar menggunakan senjata "Kentut"nya ketika pendekatan konvensional dengan senjata biasa tidak cukup untuk mengatasi permasalahan.

Makna simbolik dari "Kentut" memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

  • Selalu memiliki nuansa suara dan aroma.
  • Aroma biasanya tidak sedap atau tidak enak.
  • Dengan demikian, "Kentut" dapat diartikan sebagai suara dengan aroma atau nuansa yang kurang menyenangkan didengar maupun dirasakan.

Dengan menggabungkan simbolik "Kentut" dengan simbolik Semar sebagai suara "rakyat" kecil yang mencirikan kesederhanaan, kearifan, dan pandangan yang suci, senjata "Kentut"nya Semar dapat diartikan sebagai simbol suara "rakyat" yang membawa kebenaran. Suara ini memberikan kesadaran kepada para pemimpin agar kembali pada jalan yang benar. Bagi pemimpin, suara ini terasa tajam dan tidak enak didengar, serta tercium bau busuk karena kritiknya yang jujur, meskipun mungkin menyakitkan bagi mereka.

Setelah mengetahui tentang What? Dan Why? Dari representatif Semar, didapatlah How, untuk melakukan pencegahan terhadap budaya  korupsi dinegara ini. Cara cara pencegahan itu ialah dengan memaknai simbol – simbol, nama lain,serta senjata dari semar itu sendiri. Berikut adalah nilai nilai integritas yang harus dilakukan untuk mengupayakan pencegahan kasus korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun