Mohon tunggu...
Diva Fisya Anafri
Diva Fisya Anafri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Nama : Diva Fisya Anafri NIM : 43222010010 Jurusan : Akuntansi Kampus : Universitas Mercu Buana Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   15:24 Diperbarui: 12 November 2023   22:18 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahaya korupsi terhadap Politik. Marak sekali praktik mencapai tujuan kekuasaan dengan cara korupsi, hal yang biasa dilakukan adalah dengan menyuap orang orang untuk memilihnya menjadi pemimpin. Kekuasaan politik yang dicapai dengan cara ini dapat membuat Masyarakat tidak percaya dengan pemerintah, maka Masyarakat menjadi tidak patuh terhadap otoritasi pemerintahan.

Bahaya korupsi bagi ekonomi bangsa. Tentu saja Tindakan korupsi sangat sangat merugikan perekonomian suatu negara, karena para koruptor hanya mementingkan memperkaya dirinya saja lewat keuangan negara yang dikorupsinya, sehingga membuat perkembangan perekonomian suatu negara menjadi terhambat.

Peran moral sangat penting dalam menghadapi kasus Tindakan korupsi ini agar tidak terus semakin menjadi, para Masyarakat tidak boleh berpikir bahwa Tindakan korupsi adalah hal yang lumrah untuk dilakukan. Saksi Masyarakat pun harus dipupuk agar para pelaku korupsi tidak menyepelekan akan hal ini.

Diperlukan ajaran moralitas yang sesuai dengan karakter budaya di Indonesia. Ajaran moralitas ini nampak penting ketika kita sadar bahwa kita membutuhkan sebuah karakter dan jati diri sebagai bangsa.

Pertunjukan wayang merupakan salah satu budaya Indonesia yang mengajarkan tentang perlajaran moralitas kehidupan. Semar adalah salah satu tokoh karakter wayang yang menyimbolkan kehidupan manusia, khususnya kehidupan manusia Masyarakat jawa. Dalam mitos jawa terdapat dua versi asal usul Semar.

(Gambar 3/Dok pribadi)
(Gambar 3/Dok pribadi)

Versi pertama mengatakan semar lahir dari perkawinan Sang Hyang Tunggal dan Dewi Rekatawati. Sang Hyang Tunggal merupakan putra Sang Hyang Tunggal yang merupakan penguasa bumi dan langit. Dari perkawinan inilah menetas sebuah telur, bagian kulit telur bernama tagog, putih telur bernama bathara guru, dan kuning telur bernama semar. Jika kita maknai lebih dalam dari cerita versi pertama ini, dapat kita simpulkan Semar merupakan bagian inti dari telur, yang merupakan bagian utama dalam kehidupan bumi dan langit.

Versi kedua mengatakan alam semesta terbentuk dari sebutir telur yang menetas digenggaman Sang Hyang Tunggal. Dari pecahan telur itu terdapat dua bagian, dimana putih telur bernama Semar yang ditranformasikan sebagai pemelihara atau pelindung bumi atau dunia, Sedangkan kuning telur bernama manik yang ditranformasikan sebagai raja waktu kewaktu dan berperan menjadi dewa di surga atau bathara guru.

Kelahiran Semar secara simbolik sangat berpengaruh untuk keadaan moral bangsa Indonesia, terkhusus masyarakat Jawa, permuculan karakter Semar dalam perwayangan memuat banyak makna tentang kehidupan manusia, terkhusus gaya kepemimpinan Semar.

Sebenarnya inilah alasan mengapa penulis mengkaitkan kasus korupsi di Indonesia dengan karakter Semar. Karena biasanya kasus korupsi di Indonesia paling banyak terjadi dilakuan oleh para pemimpin yang serakah, secara tega merampas hak milik orang lain. Budaya tindakan korupsi di Indonesia, tak sepatutnya terjadi bilamana para pemimpin indonesia menerapkan gaya kepemimpinan serta visi misi Semar. Moral pemikiran masyarakat Indonesia harus dibudayakan kembali dengan paham paham asli bangsa Indonesia ini, karena bias budaya sebagaimana efek globalisasi inilah yang menyebabkan rusaknya moralitas masyarakat Indonesia saat ini. Sebelum penulis menjabarkan tentang apa saja visi misi serta gaya pemikiran semar, penulis akan terlebih dahulu menjelaskan apa itu Semar yang umum diketahui masyarakat Indonesia saat ini.

Pertunjukan wayang bagi masyarakat Jawa adalah sebagai tontonan, tuntunan, dan tantanan. Maksud dari 3 kata barusan ialah, pertunjukan wayang sebagai kegiatan yang menghibur dilihat orang banyak orang, disisi lain pertunjukan tersebut harus diselipi nilai nilai kehidupan sebagai ajaran moral pemikiran. Jika pemikiran positif dari tontonan ini telah diterapkan dengan baik, maka akan tercipta tatanan masyarakat yang bernilai positif dalah hidup berbangsa dan bernegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun