Kuncung putih tegak keatas, Kuncung Semar yang digambar dengan rambut berwarna putih atau abu-abu, menggambarkan bahwa setiap manusia akan mengalami proses penuaan oleh karena itu harus  selalu sadar diri. Kuncung putih juga melambangkan kearifan kuno  seorang Semar, tidak hanya umurnya yang sudah tua  tetapi juga pemikiran, sikap dan perilakunya yang sudah tua. Tua, dalam arti pemikirannya sudah dewasa, tidak gampang tersinggung terhadap perkataan orang lain, dan memiliki pikiran untuk mengayomi.
Jika kita sangkut pautkan dengan tindakan korupsi, simbol kuncung ini bisa berarti, kita sebagai manusia pasti akan mengalami proses penuaan menuju kematian, maka dari itu sebelum melakukan tindakan korupsi tersebut, seharusnya kita mengingat perihal dosa yang akan didapat jika melakukan tindakan tersebut. Kita tidak tahu kematian itu akan datang, yang pasti akan terjadi hanyalah kematian itu pasti akan datang. Sebelum kematian itu datang, jauhkanlah perilaku perilaku yang berakibat dosa, dan persiapkanlah amalan baik, salah satunya dengan tidak melakukan tindakan korupsi tersebut.
Mata Rembesan, mata rembesan dalam penggambaran Jawa, ialah mata yang bersedih atau mata berair. Maknanya ialah Semar selalu bersikap prihatin terhadap penderitaan yang dirasakan orang lain. Berbanding sangat terbalik dengan apa yang dilakukan para koruptor, para koruptor tidak akan merasa sedih ataupun bersalah terhadap perbuatan yang ia lakukan, telah merugikan banyak orang.
Hidung Sunthi, pada Semar menggambarkan penciuman yang tajam, hal ini ditandai dengan kerutan kerutan pada bagian hidungnya. Maknanya ialah sebagai manusia kita harus mempunyai rasa kepekaan, rasa kepekaan yang dimaksud ialah peka terhadap situasi dan kondisi sekitar, dan peka terhadap perasaan orang lain.
Giwang (anting) Lombok abang, anting tersebut terdapat pada daun telinga pada Semar. Fungsi dari telinga adalah mendengar, indra pendengaran adalah salah satu indra sangat penting bagi kehidupan, karena kita sebagai manusia harus saling mendengar satu sama lain. Begitupun Semar, seperti yang sudah dijelaskan diawal, karakter Semar diceritakan sebagai penasihat para ksatria. Maka dari itu memberikan nasihat yang tepat, Semar perlu mendengarkan dengan baik keluh kesah, atau permasalahan, ataupun apa saja yang ksatria butuhkan nasihatnya dari Semar.
Mulut Cablek, bentuk dari mulut cablek ini adalah, khas pada bagian mulut bawah lebih panjang jika dibandingkan dengan mulut bagian atas. Sehingga menyebabkan bibir bagian segaris lurus dengan bagian muka. Mulut Cablek ini menggambarkan tokoh Semar selalu tersenyum, yang dimana artinya, tokoh Semar selalu berusaha menghibur, serta berusaha memberikan nasihat dengan tutur kata yang baik.
Badan ngropoh, karakter semar digambarkan memiliki badan yang gemuk dan susu yang besar, tetapi terlihat sangat kendur dan membungkuk. Maksud dari penggambaran tersebut ialah Semar digambarkan sebagai orang yang sudah tua, yang memiliki makna. Orang yang sudah tua ialah orang yang selalu berserah diri kepada tuhan, karena usianya yang uzur dan selalu berpikir menghadap kematian.
Driji nuding, jari yang selalu menunjuk, artinya Semar menunjukan petunju atau jalan menuju kehidupan yang lebih baik. Jari menunjuk ini juga bisa bermakna gerakan salat umat islam, yang dimana bermakna semar selalu beribadah kepada Allah SWT, dan menyerakhan segala kehidupannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Pocong Dagelan, ini merupakan penerapan pemakain kain dodot pada semar, kain ini menghadap kebelakang. Dimana hal itu dilakukan sebagai penggambaran, semua hal buruk atau hal yang tidak baik, untuk tidak diperlihatkan ataupun disembunyikan.
Kain Kampuh Poleng, corak pada kain ini menggambarkan amarah manusia, artinya dimana jika manusia dapat mengendalikan amarahnya, manusia tersebut akan mendapatkan hidup yang bahagia dan sejahtera. Kampuh Poleng juga menggambarkan lembaran  kehidupan yang berubah ubah, dimana bermakna seorang manusi harus dapat menyensuaikan dengan segala perubahan yang terjadi. Kampuh Poleng memiliki warna, merah yang menyimbolkan amarah, hitam yang menyimbolkan aluamah, kuning yang menyimbolkan supiah dan putih yang menyimbolkan supiah. Keempat simbol dari warna warna tersebut merupakan nafsu manusia yang selalu bersaing.