Mohon tunggu...
DIVA
DIVA Mohon Tunggu... Aktor - MAHASISWA

Untuk Tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aku Mendukung Kaum LGBTQ+?

23 Januari 2024   19:58 Diperbarui: 23 Januari 2024   20:01 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

LGBTQ+ adalah singkatan yang tidak asing lagi untuk kita dengar. Isu tentang LGBTQ+ menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan. Isu ini menimbulkan pro, kontra, dan bahkan netral terkait pemahaman tentang LGBTQ+. Sebelum kita membahas lebih lanjut, mari kita pahami pengertian dari singkatan LGBTQ+. L artinya lesbian, lesbian adalah seseorang yang menyukai sesama perempuan. 

G artinya gay, gay adalah seseorang yang menyukai sesama laki-laki. B artinya biseksual, biseksual adalah seseorang yang menyukai laki-laki dan perempuan. T artinya transgender, transgender adalah seseorang yang bertransisi dari gender kelahirannya. Q artinya queer, queer digunakan untuk berbagai jenis kelamin dan seksualitas. Untuk tanda + menandakan banyak spektrum gender di antara kata-kata LGBTQ+.

Meskipun isu tentang LGBTQ+ menimbulkan pro dan kontra di antara kita tetapi banyak orang juga netral tentang LGBTQ+. Bagi kebanyakan orang yang berada di tim netral mereka menganggap LGBTQ+ hanyalah terkait dengan seseorang yang menyukai sesama jenis, menyukai 2 jenis kelamin, atau bahkan mengganti jenis kelamin saja. 

Padahal LGBTQ+ dapat merusak lingkungan kehidupan kita. LGBTQ+ di Amerika Serikat telah mencuci atau mendoktrin otak anak-anak untuk memengaruhi pola pikir mereka dan identitas anak-anak yang masih dalam masa perkembangan. 

Di lingkungan yang pro terhadap LGBTQ+ telah menggubah buku yang harusnya mengedukasi anak-anak malah mengarah ke kaum LGBTQ+ dengan sengaja kaum LGBTQ+ merusak pemikiran anak-anak. 

Di Indonesia juga ternyata  terdapat buku anak-anak yang mengarah ke LGBTQ+ seperti buku yang berjudul "Balita Langsung Lancar Membaca" terbitan pustaka Widyatama. Ketika kita membaca dari judulnya saja tidak ada sama sekali terlintas di pikiran kita bahwa ada unsur yang mengarah tentang LGBTQ+ dalam buku tersebut. 

Faktanya dalam buku tersebut terdapat kalimat yang mengarah ke LGBTQ+ yaitu opa bisa jadi waria, Fafa merasa dia wanita, dan ada waria suka wanita. Tidak hanya buku yang diubah oleh kaum LGBTQ+ tetapi tontonan atau film yang mengedukasi anak-anak juga diubah mengarah ke LGBTQ+.

Tidak hanya di lingkungan anak-anak, di lingkungan olahraga LGBTQ+ juga membohongi atau merusak lingkungan dunia olahraga dengan keberadaan mereka seperti keberadaan seorang atlet Lia Thomas. 

Lia Thomas adalah seorang atlet transgender pertama yang meraih emas dalam memenangkan kejuaraan renang putri di Amerika Serikat. Kaum LGBTQ+ menginginkan kaum mereka dihargai, diakui dalam hal apa pun dan tidak didiskriminasi. Padahal disini sudah jelas bahwa lomba renang ini masuk dalam kategori putri bukan putra maupun transgender. 

Dalam hal ini sangat merugikan kaum perempuan karena berdasarkan biologis laki-laki dan perempuan mempunyai kemampuan yang berbeda. Terletak pada otot laki-laki yang cenderung memiliki lebih sedikit lemak yang membuat kekuatan laki-laki lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan perempuan dan hal ini yang membuat adanya kategori putra dan kategori putri dalam perlombaan agar perempuan mempunyai kesempatan untuk menampilkan bakat mereka.

LGBTQ+ juga bertentangan dengan hukum dan agama di Indonesia. Di dalam peraturan perundang-undangan telah ditetapkan bahwa pernikahan yang diakui adalah pernikahan yang sah menurut Pasal 28B UUD NRI 1945. 

Pernikahan yang dianggap sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan agama dan melibat seorang pria dan wanita sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perkawinan No.1/1974. Seperti yang kita ketahui masyarakat Indonesia sangat berpegang teguh pada agama atau kepercayaan mereka. Di agama atau kepercayaan masyarakat Indonesia menentang adanya pernikahan sesama jenis karena Tuhan mereka telah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk berpasangan dan melestarikan umat manusia.

Kita sebagai manusia harus berada di tim kontra karena sesuai penjelasan yang saya paparkan LGBTQ+ selain bertentangan dengan hukum dan agama di Indonesia LGBTQ+ juga merusak lingkungan kita. Kita sebagai manusia memang membutuhkan pasangan hidup tetapi kita jangan sampai terjebak dalam menyukai sesama jenis. Kita memilih pasangan harus sesuai dengan ajaran agama kita yaitu laki-laki diciptakan untuk berpasangan dengan perempuan bukan dengan sesama jenisnya. 

Kita juga harus bersyukur mempunyai jenis kelamin yang telah ditentukan oleh Tuhan kita, bukan malah memikirkan untuk mengganti jenis kelamin kita atau bahkan memikirkan untuk tidak mempunyai jenis kelamin. Kita juga tidak boleh mendiskriminasi kaum LGBTQ+ tapi kita harus mampu membawa mereka kembali ke jalan yang benar meskipun terkesan sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun