Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sumber: Sapardi Djoko Damono 1989
Sapardi Djoko Damono adalah salah satu penyair ternama yang puisinya banyak bertemakan percintaan atau romansa. Salah satu puisi romansa yang pernah ditulis olehnya berjudul "Aku Ingin".
Salah satu bahasa kias yang digunakan dalam puisi ini yaitu, majas repetisi. Repetisi adalah majas yang menggunakan pengulangan kata, frasa, dan kalimat untuk menekankan makna.
Dalam puisi ini Sapardi Djoko Damono menggunakan majas repetisi untuk mengulang frasa "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana", untuk menekankan keinginan penutur mencintai dengan cara sederhana dan tulus.
Selain repetisi, Sapardi juga menggunakan personifikasi. Personifikasi adalah majas yang menggambarkan benda mati seolah-olah memiliki sifat manusia.
Pada bait kedua dan ketiga, "dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu". Kayu dan api digambarkan seolah-olah dapat berbicara dan berinteraksi, memberikan sifat manusia pada benda mati. Bermakna sebagai sebuah pengorbanan, Seseorang yang rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi kebahagiaan pasangannya bisa diibaratkan sebagai kayu yang menjadi abu untuk api.
Personifikasi dapat ditemukan juga pada bait kelima dan keenam, "dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada". Awan digambarkan seolah-olah mampu berkomunikasi dan menyampaikan isyarat kepada hujan. Bermakna menggambarkan ketidakmampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengungkapkan suatu pesan secara langsung, menunjukkan bahwa cinta yang tulus kadang-kadang lebih kuat diungkapkan dengan tindakan daripada kata-kata.
Secara keseluruhan, bahasa kiasan dalam puisi "Aku Ingin" berhasil menciptakan gambaran mendalam tentang cinta yang sederhana namun penuh makna. Melalui penggunaan repetisi dan personifikasi, Sapardi menggambarkan perasaan cinta yang tulus dan pengorbanan. Puisi ini menunjukkan bahwa cinta sejati tidak menunjukkan kata-kata atau isyarat yang rumit, tetapi diungkapkan melalui tindakan. Keindahan bahasa kias dalam puisi ini membuatnya menjadi karya sastra yang abadi dan menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H