Mohon tunggu...
Aditia Ekalaya
Aditia Ekalaya Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir di Bandung, besar di Cilegon Banten, nakal di Bandung, merasakan pedih nya menuntut ilmu di Sydney Australia, bercinta di Bandung lagi, belajar hidup mandiri di Jakarta sampai akhirnya mencari rejeki di Kramatwatu Banten... oiii Rejeki, where are youuuu ??

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya manusia dan bukan barang.

17 September 2011   22:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:52 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

karena terlihat dari sang sopir yang selalu menginjak rem berkali-kali untuk sekedar memperlambat laju.
Mungkin karena tidak berdaya, salah seorang penumpang bertanya kepada sang sopir.
Berikut percakapan dalam bahasa sunda tapi sudah saya bahasa Indonesiakan agar lebih mudah dimengerti :

Penumpang 1 :     " Mang sopir, pelan-pelan atuh bawa angkotnya.. ",
Sopir :     " Kalem we pak, saya dah biasa koq bawa mobil yang rem nya kaya gini. ",
Penumpang 1 :    " Emang rem nya kenapa mang ? ",
Sopir :        " Biasa pak, harus dikocok dulu soalnya seal rem nya sobek. "

Penjelasan sang sopir mulai membuat panik seantero kabin angkot tapi keadaan masih aman terkendali sehingga seorang penumpang

lagi kali ini seorang ibu yang kelihatannya baru berbelanja dari pasar Lembang bertanya :

Penumpang 2 :    " Tiap hari kaya gini mang ? ",
Sopir :        " Enggak bu, saya mah cuma ngegantiin sopir yang biasa bawa mobil ini. ",
Penumpang 1 :    " Memangnya sopir yang biasa kenapa mang ? ",
Sopir :        " Kan minggu kemarin kecelakaan nabrak pohon pak. ",
Penumpang 1 :    " Parah kondisinya mang ? ",
Sopir :        " Cuma kaki nya patah pak. ",
Penumpang 2 :     " Mobilnya gimana mang ? ",
Sopir :        " Kan ini mobilnya bu, ini juga belum beres diperbaiki.. ",
Semua penumpang : " ......................................STOP KIRI ! "

Alhamdulillah, walau sang sopir sambil mengomel dan harus beberapa kali memompa pedal rem semua penumpang termasuk sepasang

ayam tadi bisa turun dengan selamat dan menumpang di angkot berikutnya.

Dan akhirnya.. Saya merasa muak dengan transportasi umum..
Awalnya dikarenakan tarif transportasi yang naik karena menyesuaikan dengan kenaikan BBM.
Yang oleh pemerintah disebut-sebut kenaikan tarif tersebut untuk meningkatkan pelayanan.
Kenyataannya ?
Omong kosong !
Saya masih diturunkan ditengah perjalanan.
Saya masih sempat bertemu dengan transportasi umum yang sudah tak laik jalan akan tetapi masih beroperasi sampai saat ini.
Saya masih sering melihat sopir kendaraan umum membawa kendaraannya dengan ugal-ugalan.
Saya masih duduk berdesak-desakan dan menunggu transportasi umum tersebut berjalan karena penumpang yang belum juga penuh

sesak.
Saya masih sempat menjadi korban pencopetan di dalam bis kota.
Saya masih bertemu dengan ayam yang kali ini ada 4 pasang menuju arah Cileunyi...

Akhirnya saya dan banyak orang menyerah...
Saya berpindah ke kendaraan pribadi dengan alasan : Lebih aman, nyaman dan manusiawi !

Tapi ternyata penderitaan saya tidak berhenti..
Kendaraan umum ternyata sangat senang untuk menyiksa diri saya...
Mereka berhenti seenaknya tanpa memberikan lampu sen.
Mereka berhenti lebih lama di persimpangan untuk mencari penumpang.
Mereka berhenti mencari penumpang tanpa perduli bahwa posisi kendaraan mereka menghalangi kendaraan lain.
Dan jika saya teruskan mungkin akan lebih banyak lagi dosa-dosa mereka..
Biarlah, saya kali ini masih bisa memaklumi karena mereka juga berjuang untuk hidup.
Tapi apa tidak bisa berjuang dengan benar ??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun