Namun, setelah penampilan luar biasa dan menjanjikan di Hongkong, peforma Mortara justru menurun. Terutama saat kualifikasi untuk menembus sepuluh besar saja sulit sekali. Hasilnya, Mortara hanya merangkup 29 poin dari 9 balapan yang dia ikuti (Mortara tidak mengikuti seri Berlin dan New York karena komitmen sebagai pembalap DTM, digantikan Tom Dillmann).
Gelar rookie terbaik sepertinya sangat pantas disematkan kepada pembalap Techeetah, Andre Lotterer. Menghabiskan hampir keseluruhan karirnya di Jepang Super Formula dan ajang balap ketahanan, Lotterer sanggup beradaptasi cepat di ajang yang sangat berbeda baginya ini. Lotterer melakoni debut yang buruk dengan menabrak tembok saat start di Hongkong, menyebabkan traffic jam dan memicu bendera merah.
Pemenang Le Mans 24 Jam tiga kali ini sempat mengejutkan banyak pihak ketika berhasil menembus superpole dengan waktu tercepat di Santiago, walaupun saat sesi superpole sendiri dia harus menabrak tembok. Dan di seri Santiago itu juga Lotterer mendapat poin sekaligus podium pertamanya di Formula E. Dia finis posisi dua, menemani rekan setimnya, Vergne di posisi pertama.
Penampilan Lotterer semakin membaik dengan mencatat satu podium tambahan di seri Roma dan berhasil mengakhiri balapan di posisi sepuluh besar 6 kali beruntun. Secara total, mantan pembalap Porsche LMP1 ini berhasil naik podium dua kali dan meraih 69 poin secara total. Lotterer mengakhiri musim di peringkat delapan klasemen.
Musim depan, Formula E akan memasuki era baru. Era masa depan. Dengan mobil generasi terbaru, lebih cepat, lebih modern, lebih besar dan lebih efisien karena satu pembalap satu mobil. Tidak akan ada lagi pit stop ganti mobil. Regulasi baru yang akan membuat balapan terasa berbeda. Sebuah era yang akan mengubah dunia motorsport.
Sampai jumpa sampai musim depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H