Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor - Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bhinneka Tunggal Ika, Sebuah Refleksi Kehidupan

13 Juli 2024   15:08 Diperbarui: 13 Juli 2024   16:11 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilla duduk di ruang tamu dengan buku catatan yang terbuka di pangkuannya, sesekali menatap keluar jendela yang menampilkan pemandangan sore yang tenang. Bunda, yang baru saja keluar dari dapur, memperhatikan putrinya yang tampak termenung.

"Kenapa, Dek? Ada yang kamu pikirkan?" tanya Bunda dengan lembut kepada si bungsu yang biasa dipanggil Adek. Diletakkannya secangkir teh yang dibawanya di meja dan duduk di samping Dilla.

Dilla menarik napas panjang sebelum menjawab, "Aku sedang memikirkan tugas sekolah tentang Bhinneka Tunggal Ika, Nda. Rasanya sulit untuk menjelaskan konsep itu dengan benar."

Bunda tersenyum, "Apa yang membuatmu merasa sulit, Sayang?"

Dilla menggeleng pelan, "Aku tahu arti kata-katanya, Bhinneka berarti beranekaragam, Tunggal berarti satu, dan Ika berarti itu. Jadi, arti Bhinneka Tunggal Ika adalah beraneka ragam itu satu. Tapi, aku bingung bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama di sekolah."

"Mungkin Adek bisa mulai dengan membayangkan sekolah sebagai sebuah miniatur Indonesia?"

Dilla mengerutkan kening, "Maksud Bunda?"

"Bayangkan semua temanmu di sekolah berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang berbeda suku, agama, dan budaya. Seperti apa kehidupan di sekolah jika semua itu dilihat sebagai bagian dari satu kesatuan?"

"Seperti satu keluarga besar?" tanya Dilla sambil tersenyum kecil.

"Benar, seperti satu keluarga besar," jawab Bunda dengan semangat. "Misalnya, ketika kalian merayakan hari besar keagamaan bersama-sama, kalian saling menghargai dan merayakannya dengan cara yang berbeda-beda, kan? Meskipun cara merayakannya berbeda, kalian tetap satu dalam kebahagiaan."

Dilla mulai mengangguk-angguk, "Seperti ketika teman-teman di sekolah mengadakan perayaan hari kemerdekaan, semua ikut berpartisipasi tanpa memandang latar belakang mereka. Kita semua menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh semangat."

"Ya, persis seperti itu. Bhinneka Tunggal Ika sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari kita. Keberagaman bukanlah sesuatu yang membuat kita terpisah, tapi sesuatu yang memperkaya kita," lanjut Bunda.

"Tapi, Nda, kenapa kadang-kadang perbedaan masih menjadi masalah? Kenapa kita tidak bisa selalu melihatnya sebagai sesuatu yang positif?" tanya Dilla dengan raut wajah serius.

Bunda mengelus perlahan puncak kepala Dilla. "Itu karena kita sering kali salah mengartikan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Banyak yang mengartikannya sebagai 'berbeda-beda, tetapi tetap satu', yang secara tidak sadar mengandung konotasi memisahkan. Kata 'berbeda-beda' dan 'tetapi' seolah-olah menunjukkan perbedaan sebagai masalah yang harus diatasi."

Dilla terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Bunda. "Jadi, maksud Bunda, kita harus melihat keberagaman sebagai sesuatu yang memang sudah menjadi bagian dari kita, ya?"

Bunda mengangguk sambil tersenyum. "Betul sekali, Dek. Kita harus kembali ke makna sebenarnya dari Bhinneka Tunggal Ika, yaitu beranekaragam itu satu. Keberagaman adalah satu Indonesia. Kita harus merangkul semua perbedaan itu sebagai bagian dari identitas kita yang lebih besar."

Dilla mulai memahami. "Jadi, kalau di sekolah, misalnya ada teman yang berbeda agama, suku, atau kebiasaan, kita harus menerima mereka dengan terbuka, ya, Nda? Kita harus melihat mereka sebagai bagian dari satu kesatuan, bukan sebagai sesuatu yang terpisah atau asing."

"Tepat sekali, Dek. Saat kita bisa melihat keberagaman sebagai kekayaan, bukan sebagai pemisah, kita akan hidup lebih harmonis dan saling menghargai. Kita akan bisa belajar banyak dari satu sama lain dan tumbuh bersama sebagai satu kesatuan."

"Seperti saat kita mengadakan acara budaya di sekolah. Semua siswa mempersembahkan tarian, lagu, dan makanan khas dari daerah masing-masing. Semua menikmati dan menghargai perbedaan itu sebagai bagian dari satu acara yang menyenangkan," tambah Dilla dengan semangat.

"Itu contoh yang bagus, Dek. Acara seperti itu tidak hanya menghibur, tapi juga mendidik kita tentang betapa beragamnya budaya kita dan bagaimana semuanya adalah bagian dari satu kesatuan," jawab Bunda sambil mengacungkan jempol.

Dilla tersenyum lega. "Sekarang aku tahu bagaimana menyelesaikan tugas ini, Nda. Aku akan menulis bahwa sekolah kita bisa menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dengan saling menghargai dan merayakan perbedaan, melihatnya sebagai kekayaan yang membuat kita lebih kuat sebagai satu kesatuan."

Rona Bunda tampak bahagia. "Itulah semangat yang tepat, Sayang. Ingat, dunia ini penuh warna karena keberagaman. Dan kita harus merangkul semua warna itu untuk membuat hidup kita lebih indah."

Dilla menghela napas lega dan mencatat poin-poin penting di buku catatannya. "Terima kasih, Nda. Sekarang aku merasa lebih siap untuk menyelesaikan tugas ini."

"Nda senang bisa membantu Adek. Selalu ingat bahwa dalam setiap perbedaan ada pelajaran yang berharga. Jangan pernah takut untuk menerima dan merayakan perbedaan, karena itulah yang membuat kita unik dan kuat," tambah Bunda sambil memeluk putrinya dengan hangat.

Percakapan mereka berlanjut, penuh dengan contoh-contoh kecil dari kehidupan sehari-hari yang menunjukkan betapa pentingnya Bhinneka Tunggal Ika. Dilla semakin memahami bahwa keberagaman bukanlah sesuatu yang harus dihindari atau ditakuti, melainkan sesuatu yang harus diterima dan dirayakan. Dengan begitu, mereka berharap bisa menjadi generasi yang lebih bijaksana dan mampu mewawas diri, yang melihat perbedaan sebagai kekayaan yang memperindah kehidupan mereka.

Dilla mengingat kembali, ketika di kelas, teman-temannya sering kali terlibat dalam diskusi yang beragam tentang berbagai topik. Setiap orang memiliki pandangan berbeda sesuai dengan latar belakang dan pemahamannya. Awalnya, perbedaan ini sering menimbulkan perdebatan, tetapi makin sering mereka berinteraksi, mereka makin menyadari betapa kaya dan berharganya setiap perspektif yang berbeda.

"Dek," panggil Bunda lagi. "Bhinneka Tunggal Ika juga berarti kita memulai dengan kesatuan, bukan dengan perbedaan. Kita adalah satu keluarga besar Indonesia, di mana keberagaman menjadi kekuatan kita."

Dilla menatap Bunda dengan mata berbinar, "Jadi, kita tidak memulai dengan memisahkan diri berdasarkan perbedaan, tapi dengan kesadaran bahwa kita semua adalah satu kesatuan, ya, Nda?"

"Benar sekali. Kita memulai dengan kesatuan dan keberagaman adalah bagian dari kesatuan itu. Ini bukan hanya tentang toleransi, tetapi juga tentang menerima dan merayakan perbedaan sebagai bagian dari identitas kita yang lebih besar."

Dilla merasa semakin yakin dengan pemahamannya. Dia menceritakan pengalaman ketika sekolah mengadakan lomba masak antar kelas. Setiap kelas harus memasak makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia. Ternyata, makanan yang disajikan sangat bervariasi dan kaya rasa, mencerminkan kekayaan budaya yang berbeda-beda. Saat mereka makan bersama, tidak ada yang merasa lebih unggul atau lebih rendah, semua menikmati dan saling berbagi cerita tentang asal-usul makanan tersebut.

"Pengalaman itu benar-benar membuka mataku, Nda. Aku sekarang memahami bahwa keberagaman adalah bagian dari satu kesatuan, dan kita harus mulai dari kesadaran itu," kata Dilla dengan penuh semangat.

"Dan ingat, Sayang, ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan merawat keberagaman ini. Kita harus terus belajar dan mengajarkan pentingnya menerima dan merayakan perbedaan."

Dilla mengangguk setuju. "Aku akan menulis tentang bagaimana kita bisa menerapkan konsep Bhinneka Tunggal Ika di sekolah dengan lebih baik. Bukan hanya sekadar slogan, tapi sebagai cara hidup yang kita jalani setiap hari."

Bunda tersenyum bangga. "Itu langkah yang sangat baik, Dek. Kita harus selalu mengingat bahwa keberagaman adalah satu kesatuan. Dan dengan pemahaman itu, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan penuh cinta."

Malam itu, selesai dengan tugasnya, Dilla merenung tentang semua yang telah dia pelajari. Dia tersenyum dan merasa berterima kasih atas pemahaman baru yang disampaikan Bunda. Dalam hati, dia berjanji untuk selalu merangkul dan merayakan perbedaan, menyadari bahwa beraneka ragam itu satu dan itulah yang membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih indah dan berwarna. Kini Dilla tahu bahwa dengan pemahaman yang benar tentang Bhinneka Tunggal Ika, dia bisa berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan inklusif di sekolah dan masyarakat.

Ketika Dilla menyerahkan tugasnya keesokan harinya, dia merasa yakin bahwa dia telah memahami dan mampu menjelaskan konsep Bhinneka Tunggal Ika dengan baik. Dia berharap tulisannya bisa menginspirasi teman-temannya untuk melihat perbedaan dengan cara yang baru, lebih positif, dan lebih menyatukan.

Hari itu, di kelas, ketika gurunya membacakan tugas Dilla di depan semua siswa, suasana menjadi penuh perhatian. Semua mendengarkan dengan saksama, dan di akhir pembacaan, semua memberikan tepuk tangan meriah.

"Ini adalah contoh yang sangat baik tentang bagaimana kita bisa menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan kita sehari-hari. Terima kasih, Dilla, atas pandangan yang sangat berharga ini," kata guru mereka sambil menunjukkan 'jari hati', menyatukan jari telunjuk dan jempol dan membentuk sebuah hati. Dilla dan teman-temannya sontak tertawa melihat ekspresi gurunya.

Dilla merasa lega dan senang. Dia tahu bahwa pesan penting tentang menerima perbedaan dan melihatnya sebagai bagian dari satu kesatuan telah tersampaikan dengan baik. Dalam hati dia berjanji untuk terus hidup dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Percakapan antara Bunda dan Dilla malam itu tidak hanya membantu Dilla menyelesaikan tugas sekolahnya, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan; belajar bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dirayakan, bukan masalah yang harus dihindari. Yang paling penting, Dilla menyadari bahwa menjaga keberagaman adalah tanggung jawab bersama, sebagai bagian dari satu kesatuan yang lebih besar, Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun