"Ya, persis seperti itu. Bhinneka Tunggal Ika sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari kita. Keberagaman bukanlah sesuatu yang membuat kita terpisah, tapi sesuatu yang memperkaya kita," lanjut Bunda.
"Tapi, Nda, kenapa kadang-kadang perbedaan masih menjadi masalah? Kenapa kita tidak bisa selalu melihatnya sebagai sesuatu yang positif?" tanya Dilla dengan raut wajah serius.
Bunda mengelus perlahan puncak kepala Dilla. "Itu karena kita sering kali salah mengartikan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Banyak yang mengartikannya sebagai 'berbeda-beda, tetapi tetap satu', yang secara tidak sadar mengandung konotasi memisahkan. Kata 'berbeda-beda' dan 'tetapi' seolah-olah menunjukkan perbedaan sebagai masalah yang harus diatasi."
Dilla terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Bunda. "Jadi, maksud Bunda, kita harus melihat keberagaman sebagai sesuatu yang memang sudah menjadi bagian dari kita, ya?"
Bunda mengangguk sambil tersenyum. "Betul sekali, Dek. Kita harus kembali ke makna sebenarnya dari Bhinneka Tunggal Ika, yaitu beranekaragam itu satu. Keberagaman adalah satu Indonesia. Kita harus merangkul semua perbedaan itu sebagai bagian dari identitas kita yang lebih besar."
Dilla mulai memahami. "Jadi, kalau di sekolah, misalnya ada teman yang berbeda agama, suku, atau kebiasaan, kita harus menerima mereka dengan terbuka, ya, Nda? Kita harus melihat mereka sebagai bagian dari satu kesatuan, bukan sebagai sesuatu yang terpisah atau asing."
"Tepat sekali, Dek. Saat kita bisa melihat keberagaman sebagai kekayaan, bukan sebagai pemisah, kita akan hidup lebih harmonis dan saling menghargai. Kita akan bisa belajar banyak dari satu sama lain dan tumbuh bersama sebagai satu kesatuan."
"Seperti saat kita mengadakan acara budaya di sekolah. Semua siswa mempersembahkan tarian, lagu, dan makanan khas dari daerah masing-masing. Semua menikmati dan menghargai perbedaan itu sebagai bagian dari satu acara yang menyenangkan," tambah Dilla dengan semangat.
"Itu contoh yang bagus, Dek. Acara seperti itu tidak hanya menghibur, tapi juga mendidik kita tentang betapa beragamnya budaya kita dan bagaimana semuanya adalah bagian dari satu kesatuan," jawab Bunda sambil mengacungkan jempol.
Dilla tersenyum lega. "Sekarang aku tahu bagaimana menyelesaikan tugas ini, Nda. Aku akan menulis bahwa sekolah kita bisa menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dengan saling menghargai dan merayakan perbedaan, melihatnya sebagai kekayaan yang membuat kita lebih kuat sebagai satu kesatuan."
Rona Bunda tampak bahagia. "Itulah semangat yang tepat, Sayang. Ingat, dunia ini penuh warna karena keberagaman. Dan kita harus merangkul semua warna itu untuk membuat hidup kita lebih indah."