Sebagian menuliskan harapan dalam satu dua kalimat. Ada juga yang mampu bercerita panjang lebar melalui tulisan harapannya.
Jawaban murid tersebut membantu saya mengenali murid mana yang sudah mahir dalam mengemukakan isi pikiran atau emosinya dan mana yang belum.Â
Saya juga jadi bisa memetakan murid mana yang kemampuan menulisnya sudah baik dan mana yang masih perlu mendapat perhatian/bimbingan lebih.
Selain harapan terkait proses pembelajaran, beberapa ada yang terbuka menyampaikan kondisi dan harapan terkait keluarganya.Â
Ada yang merasa kurang mendapat perhatian, ada yang ternyata rindu dengan orang tua (terpisah karena pekerjaan atau perceraian ortu), dsb. Mereka yang dalam kasus serupa berharap keluarganya kembali menjadi "keluarga cemara".
Semoga, semua harapan baiknya terwujud ya, Nak. Dan semoga umpan balik yang diberikan Budit bisa berarti bagi kalian.
Pentingnya Memiliki Harapan
Dr. Groopman, dalam bukunya The Anatomy of Hope, memaparkan kisah nyata berdasarkan pengalamannya sebagai dokter spesialis yang mengobati kanker darah. Pasien-pasien yang ditemui Dr. Groopman berhasil mengatasi tantangan penyakit berkat harapan yang kuat dan tekad untuk bertahan.
Selain harapan, menurut Dr. Groopman, dukungan emosional dan spiritual juga mendukung dalam proses penyembuhan seseorang.
Inti yang disampaikan dalam buku tersebut adalah pentingnya memiliki harapan. Orang yang memiliki harapan, akan memiliki kekuatan untuk menghadapi situasi sulit sekali pun. Tak mudah menyerah atau berputus asa. Menjadi pribadi tangguh yang siap menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Itulah mengapa di awal tahun ajaran baru ini saya memutuskan membuat dinding harapan. Saya harap, dinding/lembar harapan yang sudah ada bisa menjadi kekuatan murid-murid saya untuk tetap semangat belajar, apa pun yang terjadi dalam proses belajar nanti.
Tak sekedar dalam tulisan, semoga setiap harapan menjadi resolusi hidup setiap murid yang dapat mengarahkan mereka pada perubahan yang lebih baik. Aamiin.