Tips lainnya adalah dengan melihat percentile. Pastikan range-nya di atas 50 (menunjukkan jurnal tersebut memiliki kualitas yang bagus dan pasti masuk Q2 atau bahkan Q1).
Selain membedah Scopus, peserta juga diajak untuk mencoba berbagai aplikasi lain seperti deepL untuk menerjemahkan teks berbahasa asing, turnitin untuk mengecek plagiat, Drone Emprit untuk menganalisa media sosial dan platform online, formulir kemdikbud, chatGPT yang berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), mendeley, sci-hub, publish or perish, ResearchGate, jurnal SAGE dll.Â
Inilah rahasia dalam menulis jurnal. Jika bisa memanfaatkan semuanya dengan baik, membuat jurnal pun bisa lebih mudah. Yah, meski beberapa di antaranya ada yang berbayar. Tapi segala sesuatu butuh effort bukan?
Spirit dalam Dunia Menulis
Di hari kedua, peserta belajar tentang teknik penulisan artikel ilmiah dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) antara lain dengan ChatGPT dan chat pdf.
Sebelum mengikuti workshop, sebenarnya saya sudah pernah mencoba menggunakan ChatGPT dari openAI. Penggunaannya mudah. Cukup buka di browser, login, lalu kita bisa mencari tahu tentang apa pun dalam waktu yang sangat-sangat singkat.
ChatGPT akan memberi kita jawaban dengan menganalisis ribuan, jutaan, atau bahkan miliaran data terkait apa yang ingin kita ketahui. Hanya saja saat ini masih terbatas hingga data tahun 2021. Artinya jika ada perubahan setelahnya, mungkin chatGPT tidak akan memberikan jawaban yang terlalu akurat.
Saat bingung membuat judul artikel, misalnya. Tanya saja pada ChatGPT maka kita akan mendapat saran sesuai kata kunci yang dimasukkan.
Meski sempat jadi pro-kontra karena dengan ChatGPT bahkan anak SD pun bisa membuat artikel ilmiah dengan baik, namun ternyata sudah ada aplikasi-aplikasi yang dapat mendeteksi apakah tulisan kita dibuat dengan chatGPT atau tidak. Wah, harus tetap bijak dalam menulis ya.
Pak Vudu Abdul Rahman, seorang guru yang menjadi narasumber kedua, mengenalkan peserta dengan chat pdf. Aplikasi ini bisa menerjemahkan artikel berbahasa asing dengan hasil yang baik langsung dari file pdf-nya.
Pak Vudu lebih banyak mengajak peserta untuk melakukan refleksi. Seperti kalimat yang saya tulis di awal artikel, Pak Vudu berhasil membuat peserta workshop untuk merenung. Menyampaikan spirit bagi peserta workshop.