Yang sering difokusin ketika ada pelatihan guru, guru harus cepat paham dan bisa menerapkan di kelasnya.
Yang sering dilupakan, bahwa proses belajar itu butuh waktu. Tidak bisa diburu-buru.
Seringkali sesuatu yang baru seperti kurikulum, dipaksakan untuk harus segera bisa, segera ahli ... dan mengesampingkan proses belajar guru.
Guru butuh waktu. Ada proses menyelami, mungkin keliru beberapa kali, lalu ada proses refleksi dan memperbaiki diri.---@kampuspemimpinmerdeka
Berdiskusi terkait hal-hal yang diminati selalu menarik. Seperti kemarin, saat saya membagikan link tulisan tentang Insight Apa yang Didapat dengan Melakukan Aksi Nyata di PMM? (tayang di Kompasiana, 4 Juli 2023, baca di sini).
Salah seorang teman menanggapi dengan mengirim video dari @kampuspemimpinmerdeka yang isinya sebagaimana tertulis di awal artikel.
Wah menarik!
Pikiran saya langsung bercabang kemana-mana karena kalimat-kalimat dalam video tersebut bisa ditanggapi dari berbagai sisi. Menjadi banyak bahan diskusi yang menarik.
Segala Sesuatu Butuh Proses
Salah satu konsep penting yang saya dapatkan dari umpan balik berupa video tersebut adalah “proses”. Yap, segala sesuatu butuh proses. Tak bisa instan.
Pak Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar, Kurikulum & Asesmen Pendidikan dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (21/7/22) meluruskan salah satu miskonsepsi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) ini.
Beliau menyebutkan bahwa salah satu miskonsepsi IKM yang ada adalah banyak yang beranggapan cukup ikut pelatihan satu kali, sudah cukup, langsung bisa, langsung tuntas.
Faktanya, untuk hal sekompleks menerapkan kurikulum merdeka pasti butuh proses. Kita mungkin mengalami jatuh bangun, ada maju mundurnya, naik turunnya.
Meski demikian, beliau menyatakan bahwa hal itu wajar, yang penting Ibu Bapak guru dapat menerapkan siklus belajar – terapkan – refleksikan, belajar lagi terapkan lagi lalu refleksikan lagi, begitu seterusnya (menjadi pembelajar sepanjang hayat).
Oleh karena itu, wajar bila dalam caption video umpan balik yang dikirim, tertulis “Miskonsepsi Guru Belajar: Guru Belajar itu Instan, Tidak Perlu Waktu Lama. Padahal guru belajar perlu melewati proses iterasi (red-perulangan) berkali-kali”.
Ya, dibutuhkan perulangan di setiap proses belajar dan itu yang membuatnya tidak bisa menjadi instan.
Refleksi Proses Belajar
Bisa dibilang, untuk urusan kurikulum merdeka saya termasuk yang harus melakukan iterasi berkali-kali agar bisa betul-betul paham.
Saya mengenal pembelajaran yang berpihak pada murid (merdeka belajar) pertama kali saat menjadi Pengajar Praktik (PP) di Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 3 (tahun 2021-2022).
Melalui modul-modul PGP, LMS, ruang kolaborasi bersama fasilitator, elaborasi pemahaman bersama instruktur, proses pendampingan individu dan lokakarya dengan Calon Guru Penggerak (CGP), saya belajar sedikit demi sedikit tentang pembelajaran terdiferensiasi.
Saya juga mulai melakukan aksi nyata di lingkup kelas yang saya ajar. Saya sepenuhnya sadar, aksi nyata yang saya lakukan saat itu mungkin belum sebaik yang sudah dilakukan oleh para CGP saya.
Refleksi murid misalnya, saat itu saya lebih sering melakukan secara lisan, sehingga belum terdokumentasikan.
Tapi kembali lagi, segala sesuatu itu berproses. Saya tetap bergerak dan mulai konsisten melakukan hal-hal seperti menerapkan diferensiasi proses, konten dan produk, melakukan asesmen diagnostik dan memperbanyak asesmen formatif walau bentuknya masih sangat sangat sederhana.
Di tahun kedua saya menjadi PP (PGP Angkatan 6, tahun 2022-2023), saya berupaya memperbaiki hal-hal yang masih harus ditingkatkan dari proses pembelajaran di kelas. Tak hanya di PGP, saya juga belajar dari berbagai webinar/workshop termasuk Pelatihan Mandiri di Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Kini, meski sudah purnabakti sebagai PP, saya tetap mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan implementasi kurikulum merdeka dari berbagai sumber belajar (buku, artikel, video, PMM, webinar, dsb).
Mencoba menerapkan di kelas, melibatkan murid dalam pembelajaran, meminta umpan balik dari rekan sejawat maupun murid, serta melakukan refleksi mandiri pun sudah lebih konsisten saya lakukan.
Karakteristik Guru
Tak hanya murid, sejatinya setiap orang termasuk guru pasti memiliki karakteristik yang berbeda termasuk dalam hal proses belajar. Saya sendiri sudah menemukan beberapa guru yang masuk kategori pembelajar cepat.
Cepat paham, cepat beraksi, dan selalu tepat baik pemahaman maupun aksinya (bukan asal cepat). Istilah anak zaman now sih mereka itu bukan kaleng-kaleng.
Namun, sebagaimana para guru yang melakukan pembelajaran terdiferensiasi untuk murid, perlu dipahami bahwa guru pun memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda. Tiap guru memiliki pengalaman yang berbeda, memiliki proses pemahaman yang berbeda.
Mengutip dari Kampus Pemimpin Merdeka, jika kita sering mengupayakan diferensiasi pada murid, hal yang sama juga perlu kita terapkan pada guru. Oleh karena itu, hal ini juga jadi catatan penting bagi para pemimpin atau penggerak pendidikan.
Jika ingin mencapai hasil yang baik, ya bersabarlah dengan prosesnya.
Berkaca pada diri sendiri, saya selalu mengatakan bahwa tak apa bila belajarnya tak secepat yang lain. Mau berlari atau berjalan, yang penting masih bergerak. Bahkan merangkak pun masih jauh lebih baik dari sekedar diam di tempat.
Oleh karena itu, mari … senantiasa untuk tergerak, bergerak, dan menggerakkan!
“Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.” – Nadiem Makarim.
Note:
Terima kasih kepada Bu Nining dari Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB) yang telah mengirimkan video umpan baliknya sehingga saya bisa membuat tulisan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H