Mohon tunggu...
Ditta Widya Utami
Ditta Widya Utami Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

A mom, blogger, and teacher || Penulis buku Lelaki di Ladang Tebu (2020) ||

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?

14 Juli 2022   17:14 Diperbarui: 15 Juli 2022   08:45 4239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi murid. Murid mampu belajar dari siapa, kapan dan di mana pun juga. 

Kemajuan teknologi bahkan membuat pengetahuan dapat diakses dengan lebih mudah. Menembus batas ruang dan waktu. Murid dapat memilih cara belajarnya sendiri.

Itje Chodidjah (Pelatih Guru dan Praktisi Pendidikan) dalam sebuah video di Platform Merdeka Mengajar mengatakan bahwa terkadang guru abai dengan perubahan keadaan. 

Merasa ilmu dan pengalamannya selama ini cukup untuk mengantarkan murid meraih kesuksesan. Padahal, murid hidup pada zaman dan keadaan yang jauh berbeda dengan guru ketika ia menempuh pendidikan dulu.

Apa Itu Kurikulum?

Hingga saat ini, belum ada pengertian kurikulum yang mengikat secara universal. Meski kurikulum sering diartikan sebagai seluruh pengalaman belajar murid.

Namun, sejatinya kurikulum itu lebih kompleks dan multidimensi. Menurut Itje, kurikulum dapat dimaknai sebagai titik awal hingga titik akhir pengalaman belajar murid.

Dalam pendidikan, kurikulum ibarat jantung. Jika jantungnya lemah, maka proses penyaluran darah tidak akan lancar dan bisa berakibat fatal.

Ralph Tyler dalam bukunya The Principle of Curriculum menyatakan setidaknya ada 4 komponen kurikulum, yaitu: tujuan, konten, metode/cara, dan evaluasi. 

Umumnya banyak negara yang mengklasifikasikan komponen kurikulum menjadi tiga, yaitu : tujuan pembelajaran/konten, panduan pedagogi, dan panduan evaluasi. Komponen-komponen inilah yang dapat digunakan dalam mendesain kurikulum sesuai kebutuhan murid.

Kurikulum bagi seorang guru adalah pedoman dan acuan untuk melakukan proses pembelajaran.

Mengapa Kurikulum Harus Berubah?

Sejak tahun 1947, kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Berikut adalah lini masa perkembangan kurikulum di Indonesia:

Perkembangan Kurikulum di Indonesia (sumber: Kemendikbud)
Perkembangan Kurikulum di Indonesia (sumber: Kemendikbud)

Isu-isu kekinian seperti perubahan iklim global, teknologi digital, industri multinasional dan transformasi budaya telah menuntut satuan pendidikan untuk mampu membantu murid agar siap menghadapi tantangan zaman. 

Kurikulum yang bersifat dinamis dapat dikembangkan dan diadaptasi sesuai konteks dan karakteristik murid demi membangun kompetensi yang dibutuhkan. 

Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa, "Maksud pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat".

Oleh karena itu, agar dapat menuntun murid sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya, pembelajaran termasuk kurikulum harus disesuaikan (berubah). 

Bukankah saat ini kita tidak harus meminta murid mengumpulkan makalah yang ditulis dengan mesin ketik atau disimpan dalam disket? Ya, zaman telah berubah. Itulah mengapa kurikulum pun perlu berubah.

Kurikulum, Tanggung Jawab Siapa?

"It takes a village to raise a child" - pepatah

Makna dari pepatah "dibutuhkan seluruh desa untuk membesarkan seorang anak" menurut Itje adalah bahwa dalam proses tumbuh kembang anak (termasuk pendidikan) diperlukan peran orang tua, sekolah dan masyarakat.

Dokpri
Dokpri

 Oleh karena itu, ketiganya (orang tua, masyarakat dan sekolah) disebut sebagai tiga pilar pendidikan. Dibutuhkan kerja sama yang baik untuk mewujudkan kurikulum yang berpihak pada murid. 

Keberhasilan suatu kurikulum, bukanlah tanggung jawab salah satu pihak. Guru dapat terus meningkatkan kompetensinya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 

Orang tua dapat terus memantau perkembangan dan kebutuhan anak-anaknya, menjadi support system yang baik. 

Sedangkan masyakarat (pemerintah setempat atau pusat misalnya) dapat berkontribusi membuat kebijakan terhadap pendidikan dengan memerhatikan kebutuhan murid.

Mari menjadi bagian dari perubahan yang akan membantu anak-anak/murid kita ke arah yang lebih baik. 

Semoga bermanfaat, salam.

Note: Pembaca yang baik hati, jika berkenan silakan isi refleksi berikut ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun