Bagi sebagian kalangan masyarakat, masuk 6 besar Lomba Karya Tulis (LKT) Ilmiah Tingkat SMP/sederajat sekabupaten mungkin merupakan hal yang biasa. Namun, apa jadinya jika salah satu sekolah yang masuk 6 besar adalah sekolah yang awalnya tidak diperhitungkan?
SMPN 1 Cipeundeuy Subang termasuk sekolah yang jarang terdengar kabarnya dalam menjuarai beberapa kompetisi akademik di tingkat kabupaten. Sekolah kami lebih sering menjuarai bidang-bidang nonakademik, seperti Pencak Silat, Paskibra, Pramuka dan PMR. Wajar, apabila masih ada yang tidak percaya atau merasa asing jika sekolah tempat penulis mengajar masuk 6 besar LKT dari total 38 peserta/sekolah yang ikut serta. Oleh karena itu, kemenangan ini harus dijadikan pemicu untuk dapat berprestasi lebih baik dan lebih baik lagi.
LKT yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Kabupaten Subang untuk siswa SMP dan SMA sederajat bertema "Pencegahan HIV/AIDS di Kalangan Remaja". Lima sekolah menengah pertama yang masuk posisi enam besar adalah SMPN 1 Cipeundeuy, SMPN 1 Ciater, SMPN 1 Subang, SMPN 1 Serang Panjang dan dua tim dari SMPN 1 Ciasem. Setelah mendapat nilai terbesar dalam seleksi draft, keenam tim harus presentasi untuk menentukan urutan juara di hadapan tiga orang juri yang merupakan perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan, serta Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Subang. Kamis (1/11) Aula Dinas Sosial Kabupaten Subang menjadi saksi perjuangan keenam peserta.
Tidak ada yang kebetulan
Tim yang solid
Sejak awal bimbingan, ketiga siswa ini sudah terlihat kompak. Tidak saling mengandalkan, melainkan masing-masing ikut berperan dalam proses pembuatan karya tulis. Jika ada satu orang yang kesulitan, maka yang lain akan membantu.
Tidak ada yang merasa "paling": paling hebat, paling pintar, paling aktif, dll. Semua saling menghargai meski terkadang muncul perbedaan pendapat. Ibarat fondasi untuk membangun rumah, kekompakan tim adalah salah satu unsur penting untuk meraih kesuksesan.
Mengikuti arahan pembimbing
Kunci penting yang kedua adalah senantiasa mengikuti arahan pembimbing. Hal ini berlaku tidak hanya dalam lomba karya tulis, tetapi juga untuk bidang-bidang lainnya. Seperti ketiga peserta didik yang penulis bimbing, mereka mampu mengeksekusi tugas dengan baik.
Saat diarahkan untuk segera membuat kerangka karya tulis, mereka membuat bersama-sama. Saat diarahkan untuk mencari referensi tambahan, mereka juga segera melaksanakan. Intinya, setiap kali bimbingan selalu ada kemajuan sesuai atau minimal mendekati target yang telah ditetapkan. Hal ini tentu semakin memudahkan tim untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Memiliki mental juara
Bisa dikatakan penulis cukup tegas dalam membimbing. Saat mereview karya tulis yang sudah dibuat siswa, banyak pertanyaan yang penulis lontarkan. Jika belum bisa menjawab, maka penulis meminta tim untuk mencari data tambahan lagi dan lagi. Meminta karya tulis untuk direvisi lagi dan lagi. Termasuk saat harus presentasi di hadapan juri, penulis meminta siswa untuk berlatih presentasi berulang kali.
Sekalipun harus banyak mengulang, namun hampir tidak ada keluhan sama sekali dari peserta didik yang penulis bimbing. Mereka sungguh memiliki mental juara. Tidak peduli rintangan yang menghadang, mereka tetap bergerak tanpa henti dan tanpa tapi. Mental juara inilah yang merupakan salah satu faktor terpenting saat mengikuti perlombaan atau kejuaraan.
Menurut penulis, mental juara termasuk sesuatu yang langka. Tidak semua orang memiliki mental juara, mental pantang menyerah, mental untuk tetap bergerak, baik saat situasinya mudah ataupun sulit.
Mereka bisa saja menyerah saat tekanan terasa semakin berat, bisa saja menyerah saat tahu mereka harus berkompetisi dengan tim dari sekolah-sekolah favorit dengan segudang prestasi akademik. Mereka bisa saja menyerah dalam keterbatasan karena tidak memiliki laptop, bisa saja menyerah saat lelah menulis karya di atas lembaran-lembaran kertas folio. Tapi toh mereka tidak berhenti. Â
Meminjam istilah dari Pak Dedi (Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Cipeundeuy, Subang), bahwa "Emas tetaplah emas meski tertutup debu". Maka sungguh, mereka telah memiliki potensi juara. Insya Allah ketiganya bisa menjadi orang-orang yang sukses.
Hadiah untuk keluarga besar SMPN 1 Cipeundeuy
Sabtu (10/11), seluruh peserta peraih juara LKT dan lomba poster yang diadakan Dinas Sosial Kabupaten Subang berkumpul di alun-alun kota untuk menerima trofi dan piagam penghargaan. Upacara peringatan Hari Pahlawan ditutup dengan pemberian hadiah oleh Plt Bupati Subang, Pak Ating Rusnatim kepada para juara.
"Hadiah terakhir kelas tiga, Bu." begitu kata Trisanti kepada penulis saat menyaksikan penyerahan piala dan piagam penghargaan. Betul juga karena semester depan ketiga anak ini harus fokus menghadapi ujian nasional.
 Selamat Hari Pahlawan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H