Mohon tunggu...
Didik Purwanto
Didik Purwanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Tech Buzz Socialist

Menyukai hal-hal berbau keuangan, bisnis, teknologi, dan traveling. Tulisan bisa dilihat di https://www.didikpurwanto.com dan https://www.ranselio.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Petani Makin Melek Teknologi, Sejahtera Bersama IndiHome Lewat Informasi

10 Mei 2023   22:43 Diperbarui: 10 Mei 2023   23:02 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajarkan ayah memakai ponsel dan laptop. Foto: dokumen pribadi

Begitu pula akses penjualan hasil pertanian. Beberapa petani aku ajarkan untuk membuat akun Facebook. Hal ini untuk mengetahui perkembangan harga pasar di Pasar Induk. 

Selama ini petani di poktan desa mendistribusikan hasil panen melalui Pasar Induk Pare Kediri. Letaknya, hanya satu kilometer dari tempat kursus Kampung Inggris Pare.

Dari sini, petani akan memiliki gambaran harga pasar, baik untuk sayuran maupun palawija di pasar induk. Jika ada perbedaan harga, biasanya hanya selisih maksimal Rp 500 dengan tengkulak. 

Bagi petani yang memiliki kendaraan, juga bisa langsung membawa dan menjual di pasar induk. Sehingga harga panen yang diterima petani bisa lebih maksimal dibandingkan melalui tengkulak yang akan memotong biaya angkut dan komisi hasil panen.

Ajari Melek Investasi Saham

Mengandalkan hasil panen sawah memang tidak akan sebanyak gaji menjadi pekerja kantoran mewah. Namun jika memiliki lahan luas serta harga jual panen tinggi, gaji setara upah minimum regional (UMR) sekelas Jakarta pun bisa dilibas. 

Sekadar contoh saat panen mentimun. Dalam satu hari ada yang pernah panen hingga 1 kuintal/100 kg. Jika harga mentimun mencapai Rp 6.000/kg, petani mengantongi Rp 600 ribu. Jika panen 10 kali akan mendapat Rp 6 juta. Itu pun belum dari hasil panen lainnya. Apalagi saat harga cabai di atas Rp 50 ribu. Petani langsung sejahtera.

Namun bertani memang tidak bisa diambil enaknya saja. Masih banyak tantangan seperti hama, perubahan iklim, harga pupuk dan obat nonsubsidi mahal, pupuk subsidi sulit dicari, hingga ketidakpastian harga pasar. Belum lagi makin susah mencari buruh muda. Yang masih kuat mencangkul hingga melakukan pekerjaan kasar di sawah. Otomatisasi pertanian kadang menimbulkan lonjakan biaya operasional yang justru menekan pendapatan petani.

Dari sini petani tak bisa berhenti di sini. Harus ada inovasi agar mereka bisa sejahtera nanti. Misalnya mengajari mereka untuk membuka rekening perbankan. Karena nanti mereka akan mendapatkan Kartu Tani yang langsung terhubung dengan rekening bank.

Selain itu, pelan-pelan aku mengajari untuk investasi saham. Belajar membeli saham untuk koleksi saat pensiun atau sebagai bekal pendidikan anak/cucu mereka.

Jadi investor ritel saham Telkom Indonesia. Foto: dokumen pribadi
Jadi investor ritel saham Telkom Indonesia. Foto: dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun