Untung saja saat itu aku belum nikah dan tentu saja tidak memiliki anak. Bayangkan teman-temanku sejawat yang sudah memiliki istri dan anak. Tentu kelimpungan harus mencari pekerjaan baru dalam waktu singkat.
Aku teringat orangtuaku di desa yang memberi saran mudah. Minta aku kembali ke desa dan mengurus sawah. Beruntung orangtua masih memiliki lahan sawah, meski tak luas, hanya berukuran 113,5 ru atau 1.589 meter persegi.
Jujur, kalau mau mudah sih tinggal bangun kontrakan atau dijadikan lahan perumahan. Namun untuk bangun kontrakan di desa pasti tidak mudah. Selain tidak ada market, bangun kontrakan juga perlu modal sangat wah.
Akhirnya aku mencoba peruntungan menjadi petani milenial. Sambil membantu orangtua sekaligus saranaku olahraga agar imunku kebal. Soalnya, pada medio 2021, aku malah divonis terkena COVID-19. Lebih apesnya lagi, seluruh rumah sakit di Kediri, Jawa Timur sedang penuh. Terpaksa harus isolasi mandiri di rumah, meski tetangga sinis pulang-pulang dari Jakarta malah membawa wabah.
Tantangan Besar Petani Milenial
Sejak kecil, aku memang nggak pernah diajarkan bertani. Kalau pun ke sawah, aku hanya mengantarkan bekal makanan untuk ayah. Pekerjaan mencangkul, menanam, membersihkan rumput, menyemprot hama, hingga memanen benar-benar tak pernah ada pada bayanganku semuanya.
Berbekal ayah yang menjadi salah satu pengurus kelompok tani (poktan), aku mulai dikenalkan dengan petani-petani di sekitar. Nggak hanya petani dari satu desa, tapi sudah mulai satu kecamatan hingga ikut perkumpulan petani se-Kabupaten Kediri.
Dan memang benar, rata-rata petani berusia di atas 50 tahun. Kalaupun ada yang muda, biasanya melanjutkan sawah milik orangtua dan benar-benar tidak memiliki pengalaman lain, selain bertani. Itu pun sudah berusia 30 tahun.
Dari beberapa kali pertemuan, aku menyimpulkan tantangan besar petani milenial. Di antaranya, kurang akses informasi tentang berbagai hal. Misal akses pertanian lebih modern, bantuan benih dan pupuk subsidi, hingga akses pasar penjualan produk. Belum lagi upah murah buruh dan ketidakpastian pendapatan dari penjualan hasil panen.