Circle Pertemanan Dapat Mempengaruhi Mindsetmu
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar pepatah yang mengatakan, "Kamu adalah rata-rata dari lima orang yang paling sering kamu habiskan waktu bersamanya." Pernyataan ini mengandung makna yang mendalam, terutama dalam konteks bagaimana pertemanan atau circle pertemanan kita dapat memengaruhi cara berpikir dan perkembangan pribadi kita.
Sebagai makhluk sosial, manusia cenderung dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya. Apa yang kita percayai, bagaimana kita memandang dunia, bahkan kebiasaan kita sehari-hari, sering kali dipengaruhi oleh orang-orang dalam lingkaran sosial kita. Psikolog dan ahli pengembangan diri sepakat bahwa lingkungan pertemanan memiliki dampak yang sangat besar terhadap mindset individu.
1. Circle Pertemanan dan Pola Pikir Positif
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan bahwa orang yang berada dalam kelompok sosial yang mendukung dan positif cenderung memiliki pandangan hidup yang lebih optimis. Ketika seseorang dikelilingi oleh teman-teman yang mendorong kesuksesan, berbagi visi yang serupa, dan memberi dukungan emosional, mereka lebih mungkin untuk mengembangkan pola pikir positif dan rasa percaya diri yang lebih tinggi.
"Ada fenomena yang disebut sebagai 'social contagion', di mana sikap, perilaku, dan bahkan emosi bisa menular dari satu individu ke individu lainnya dalam sebuah kelompok," ujar Dr. Maria Santosa, seorang psikolog sosial di Universitas Indonesia. "Jika kamu bergaul dengan orang-orang yang berpikiran terbuka dan optimis, kamu juga akan lebih cenderung mengadopsi pola pikir serupa."
2. Pengaruh Circle Pertemanan terhadap Mindset Pertumbuhan
Salah satu teori yang banyak dibicarakan dalam psikologi adalah growth mindset atau pola pikir berkembang, yang dikemukakan oleh psikolog Carol Dweck. Orang dengan growth mindset meyakini bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat berkembang melalui usaha dan pembelajaran. Sebaliknya, mereka yang memiliki fixed mindset percaya bahwa kemampuan seseorang bersifat tetap dan tidak dapat berubah.
Circle pertemanan yang terdiri dari individu dengan growth mindset dapat mempengaruhi seseorang untuk berpikir lebih terbuka terhadap tantangan dan kegagalan. Sebagai contoh, jika teman-teman kita melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, kita pun cenderung mengadopsi pandangan yang sama.
"Sangat penting untuk memiliki teman-teman yang mendukung pengembangan diri dan mendorong kita untuk terus belajar," kata Dweck dalam sebuah wawancara baru-baru ini. "Mereka membantu kita melihat potensi kita dan bukan hanya keterbatasan kita."
3. Dampak Negatif Circle Pertemanan yang Toksik
Namun, tidak semua pertemanan berdampak positif. Circle pertemanan yang tidak sehat atau toksik dapat memperburuk pola pikir seseorang. Sebagai contoh, teman-teman yang cenderung pesimis, kritis, atau bahkan merendahkan dapat memperkuat mindset negatif, seperti rasa takut gagal, rasa tidak cukup baik, atau bahkan kecemasan sosial.
Studi yang dilakukan oleh Universitas Harvard menunjukkan bahwa individu yang sering berada dalam lingkungan sosial yang penuh dengan negativitas cenderung lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan. Orang-orang dalam lingkungan tersebut lebih cenderung untuk merasa terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan karena kurangnya dukungan dan dorongan untuk berubah.
"Circle pertemanan yang toksik dapat memengaruhi tidak hanya perasaan kita, tetapi juga cara kita melihat diri kita sendiri dan masa depan," kata Dr. Rina Pramudita, seorang konselor psikologi. "Penting bagi kita untuk belajar mengenali apakah lingkungan sosial kita mendukung kesejahteraan mental kita atau justru menghambatnya."
4. Membangun Circle Pertemanan yang Positif
Membangun dan menjaga pertemanan yang sehat memang memerlukan usaha. Berikut adalah beberapa cara untuk menciptakan circle pertemanan yang mendukung mindset positif:
Pilih teman yang memiliki nilai dan tujuan yang sejalan. Teman-teman yang memiliki nilai hidup yang mirip dengan kita akan lebih mudah memahami dan mendukung perjalanan kita.
Jaga komunikasi yang terbuka dan saling mendukung. Pertemanan yang sehat didasarkan pada komunikasi yang baik, saling mendengarkan, dan berbagi pengalaman tanpa takut dihakimi.
Beri dukungan, bukan kritik yang merusak. Teman yang baik adalah mereka yang memberi dorongan, bukan yang menghancurkan semangat kita dengan kritik yang tidak membangun.
Kelilingi diri dengan orang-orang yang mendorong perkembangan diri. Cari teman-teman yang tidak hanya berada di zona nyaman mereka, tetapi yang terus berusaha untuk berkembang dan maju dalam hidup.
Circle pertemanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mindset kita. Orang-orang yang kita pilih untuk berada di sekitar kita dapat membentuk cara kita berpikir, memandang tantangan, dan mengejar tujuan. Oleh karena itu, penting untuk memilih pertemanan yang tidak hanya mendukung secara emosional, tetapi juga membantu kita tumbuh sebagai individu yang lebih baik.
Seiring berjalannya waktu, kita mungkin akan menyadari bahwa perubahan positif dalam hidup kita sering dimulai dari perubahan kecil dalam lingkungan sosial kita. Dengan demikian, menjaga circle pertemanan yang positif bukan hanya tentang mendapatkan dukungan, tetapi juga tentang memperbaiki cara kita berpikir dan melihat dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H