Mohon tunggu...
ditdots.
ditdots. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hidup itu paradoks,kita tidak bisa memaksakan hanya 1 perspektif,semua itu relatif. lagi pula seru juga kombinasi kuas cat dengan rumus rumus matematika. #Bangkit melawan atau duduk kosidahan #mama jangan paksa aku tuk jadi mereka

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Inovasi Produk Makanan Ringan Berbahan Baku Pisang oleh Mahasiswa Universitas Pamulang

20 Desember 2021   09:00 Diperbarui: 20 Desember 2021   09:01 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edukasi Bagaimana Cara Mengolah Keripik Pisang (Dokpri)

Kampung Muara Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Sentul, Bogor Jawa Barat. Desa strategis yang berlokasi dikaki gunung pancar ini menjadi salah satu desa yang menjadi pusat perhatian bagi salah satu kelompok mahasiswa dari Universitas Pamulang untuk melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masayarakat (PKM).

Sekelompok mahasiswa ini tertarik dengan desa ini karena memilik banyak potensi dari segi wisata maupun umkm. Desa ini memiliki daya Tarik tersendiri dengan  wisata air terjunnya yang indah. 

Tempat tersebut cukup ramai didatangi pengunjung saat hari libur kerja.Mayoritas pengunjung adalah masyarakat dari luar kota seperti Jakarta,Bekasi dan sekitarnya. (Curug) itu yang sering terucap bilamana sedang membicarakan desa ini.

“ih kadang kalo emang lagi libur saya sering kesini hiking, abis itu ke curug untuk mandi airnya jernih, sejuk membuat tenang. Terlebih lagi pemandangannya bagus banget wkwk bikin betah gamau pulang” Ucap salah satu pengunjung yang sedang berlibur di curug (Bogor, 18 November 2021).

Tempat wisata yang telah dikelola oleh warga dibantu sebuah yayasan ini memberi dampak sangat baik bagi warga sekitar kampung muara ini. Warga merasa terbantu, terutama dari segi ekonomi yang mana mayoritas warganya sebagian besar berprofesi sebagai petani.

Tapi sekelompok mahasiswa ini melihat sesuatu yang lain, tidak dengan keindahan wisatanya melainkan dengan hasil tani/kebun warga kampung ini.

Pisang.terdengar biasa saja bukan? namun siapa sangka, menurut sumber valid yang warga katakan pisang disini adalah pisang dengan kualitas terbaik tidak kalah dengan pisang-pisang impor diluar sana.

“Pisang disini teh bagus-bagus, terbaik lah bisa dibilang. Banyak orang luar yang beli pisangnya disini karena menurut pembeli pisang disini dari segi tekstur kulit, aroma, tekstur buah itu beda dari pisang ditempat lain. Karena emang mungkin disini kan di kaki gunung ya jadi tanahnya juga bagus untuk ditanami buah-buahan. Kata nenek saya dulu juga teh kampung ini mah emang lokasinya strategis” Ucap Kang Herman selaku Ketua RT dikampung tersebut (Bogor, 18 November 2021).

Sekelompok mahasiswa yang beranggotakan 4 orang ini (Dito Anggara, Keke Rizky, Putri Nur Ayunda, dan Vendi) tertarik dengan hasil kebun warga desa ini, fokus mereka adalah pisang.

Diprakarsai oleh Dito Anggara, kelompok ini meriset pisang hasil kebun tersebut. Berbincang banyak dengan warga mengenai hasil kebun dan pada akhirnya mereka mengambil kesimpulan permasalahan di desa ini adalah hasil kebun lumayan melimpah. Namun warga bingung bagaimana cara penjualannya.

Kelompok ini berdiskusi bagaimana bahan baku pisang ini bisa menjadi sumber potensi ekonomi desa ini. Karena menurut mereka “sayang sekali jika ada sesuatu yang berpontensi tapi tidak bisa dimanfaatkan dengan baik” ucap Dito selaku ketua kelompok. Setelah perbincangan yang lumayan panjang kelompok ini memiliki ide cukup menarik. Tidak dengan bagaimana setandan pisang ini bisa dibeli, tapi bagaimana seonggok pisang ini bisa menarik dimata para masyarakat.

Lalu apa ide tersebut? ya, dengan mengolahnya terlebih dahulu “akan sia-sia jika pisang dengan kualitas terbaik tapi hanya dijual dalam bentuk buah lalu dipasarkan” ucap Vendi. Kelompok ini ingin memanfaatkan pisang tersebut agar memiliki nilai jual dengan diolah menjadi keripik pisang. Dengan begitu “tidak perlu susah susah kita mencari pembeli, dengan kita membuat produk keripik pisang yang menarik, pembeli yang akan mencari kita” ucap Keke.

Pada hari berikutnya kelompok tersebut pun mengumpulkan warga untuk memberikan edukasi kepada warga bojong koneng untuk memberikan pemaparan bagaimana cara mengolah pisang menjadi keripik pisang. Diluar ekspetasi kelompok ini, para warga desa ini sangat mahir dalam mengolah pisang menjadi keripik.tapi, warga kebingungan “jika hanya keripik pisang saja dipasaran pun banyak” ucap segelintir warga yang mayoritas hadir adalah ibu rumah tangga.

Tidak mau warga pesimis dengan ide tersebut, kelompok ini memberikan solusi “tenang ibu-ibu, bagaimana jika keripik pisang ini kita beri varian rasa? jadi tidak hanya polos keripik pisang, kita kasih varian rasa seperti coklat, strawberry dll. Pasti produk ini tidak akan kalah saing dengan produk keripik pisang yang lain” ucap Putri (Bogor, 19 November 2021).

Warga pun terlihat sangat antusias menanggapi hal ini. Dengan basic sedikit pengetahuan tentang f&b, Putri pun dicecar banyak pertanyaan seputar olahan keripik tersebut.

Kembali kepermasalan utama, minimnya pengetahuan bagaimana cara penjualan, mahasiswa teknik industri ini memberi edukasi tentang dasar strategi pemasaran seperti penentuan pasar, perencanaan produk, manajemen harga, distribusi, komunikasi dan promosi. Banyak materi yang diberikan kepada masyakarkat. Warga pun terlihat sangat fokus mendengarkan.

Tidak mau warga tegang, bosan serta kebingungan diberi materi yang cukup asing di kepala warga. mereka mengadakan kuis berhadiah dengan memberi pertanyaan seputar materi yang sudah dipaparkan, warga sangat antusias menjawab. Suasana pun kembali cair dan mahasiswa ini pun senang karena materi yang dipaparkan dimengerti oleh warga.

Ibu Dewi Pemenang kuis berhadiah (Dokpri)
Ibu Dewi Pemenang kuis berhadiah (Dokpri)

Dan satu lagi permasalahan didesa ini adalah dengan media komunikasi,di desa ini sinyal sangat kurang baik, saat kami mengedukasi bagaimana penjualan produk melalui platform digital seperti sosial media, tempat belanja online dll, warga disini kesulitan karena untuk membuka aplikasi saja susah. Jangankan membuka aplikasi, ingin mengirim pesan melalui whatsapp saja harus mencari lokasi yang ada sinyal terlebih dahulu agar pesan terkirim.

Mohon untuk pemerintahan setempat, lebih diperhatikan lagi desa desa yang jauh dari perkotaan ini, terutama masalah jaringan. Bagaimana desa ini ingin berkembang jika sinyal saja susah. revolusi industri sudah mencapai 4.0 dan ingin menuju 5.0. semua serba digitalisasi, jangan sampai warga-warga desa terkena dampak buruk revolusi industri karena tertinggal jauh dari segi digitalisasi. Kelompok ini berharap keseriusan pemerintah setempat untuk lebih fokus terhadap potensi-potensi yang ada didesa. 

Tidak hanya  desa Bojong Koneng saja, namun di desa desa lain pun demikian. Mereka yakin masih banyak potensi desa desa lain yang amat menarik untuk dikembangkan. Semoga pemerintah peka terhadap apa yang diinginkan warga desa agar tercipta kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

Dan dengan adanya pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat ini,diharapkan masyarakat dapat menerapkan ilmu yang sudah diberikan agar senantiasa dapat digunakan dalam meningkatkan usaha kecil menengah desa serta agar dapat membantu perekonomian masyarakat setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun